Film Barbie live-action oleh Greta Gerwig bukan film pertama yang sukses diangkat dari mainan. Sebelumnya, ada banyak film yang meraih kesuksesan bukan hanya karena film-film tersebut berkualitas, tetapi karena mereka diangkat dari mainan-mainan yang sudah memiliki basis penggemar besar secara internasional.
Apa saja mainan-mainan yang diangkat menjadi film dan seperti apa ramuannya? Mari simak di sini.
Selain Barbie, mainan ini sukses dijadikan film
Toy Story
Tokoh-tokoh utama dalam Toy Story, seperti Andy dan Buzz Lightyear mungkin adalah tokoh-tokoh baru yang kemudian dijadikan mainan. Namun, ada banyak tokoh yang diangkat dari mainan-mainan legendaris anak.
Beberapa mainan legendaris yang memiliki peran penting dalam waralaba Toy Story antara lain adalah Mr. Potato Head, mainan klasik sejak tahun 40-an, Slinky Dog, mainan sejak tahun 50an, Green Army Men (1938-an), Barrel of Monkeys (1960an), bahkan Lots of Hugging Bear yang menjadi villain dan tentunya Barbie dan Ken.
LEGO Movie
Siapa yang enggak kenal dengan LEGO? Mainan yang terbuat dari kepingan plastik ini bisa mewujudkan imajinasi siapa saja. Anak-anak sangat suka menyusun LEGO baik sesuai dengan instruksi pada kemasan mau pun sesuai keinginan mereka.
Sudah ada banyak film dengan konsep LEGO, mulai dari The LEGO Movie (2014) hingga film yang berkolaborasi dengan karakter lain seperti LEGO Scooby-Doo! Haunted Hollywood (2016) dan The LEGO Batman Movie (2017) Seolah enggak ingin meninggalkan karakteristik dari LEGO, semua film dan video TV dari LEGO menggunakan konsep stop-motion sehingga seolah-olah mainan yang terbuat dari LEGO itu bisa bergerak.
Transformers
Transformers, mainan yang diproduksi oleh Takara (perusahaan Jepang) berkolaborasi dengan Hasbro (perusahaan Amerika Serikat), sangat sukses saat diangkat menjadi waralaba serial dan film, bahkan hingga sekarang. Awalnya, mainan yang berkonsep convertible ini dirilis pada tahun 80-an. Hingga saat ini, setiap bagian dari mainan bisa diubah menjadi kendaraan atau gawai tertentu, sesuai dengan slogannya: “More Than Meets The Eyes” serta “Robots in Disguise”.
Mainan Transformers kemudian diperkenalkan lewat komik Marvel pada tahun 1984 kemudian diangkat ke serial pada tahun 1987 (di Jepang) dan dibuat versi full CGI pada akhir tahun 1990-an.
Kemudian, pada tahun 2007, Paramount Pictures mendistribusikan versi film Transformers hingga tahun 2023 ini. Secara box office dan pendapatan, film-film waralaba Transformers memang sukses besar. Namun, kalau dilihat dari segi review, hanya Bumblebee yang mendapatkan nilai baik dari para kritikus.
Trolls
Tahukah kamu bahwa karakter-karakter mini unik ini sudah diproduksi sejak tahun 1959 oleh Thomas Dam, tukang kayu asal Denmark? Meski begitu, mainan ini menjadi sangat populer pada tahun 1963-1990-an, baik dimainkan oleh anak-anak atau pun menjadi koleksi. Beberapa mainan Trolls bahkan dihargai agak mahal karena diproduksi secara terbatas.
Mainan Trolls kemudian diangkat menjadi serial pada tahun 2005 oleh DIC Entertainment. Namun, justru serial itu malah dituntut oleh keluarga Dam karena dianggap melakukan misinterpretasi atas sosok mitologi Jerman-Skandinavia itu. Lagipula, serialnya memang dianggap kurang bagus dan menarik.
DreamWorks Animation kemudian mengambil alih hak cipta dan membuat film Trolls (2016) yang dilanjutkan dengan sekuel-sekuel dan serialnya. Kini, DreamWorks memegang hak cipta atas mainan dan cendera mata lainnya kecuali di negara-negara Skandinavia. Di negara-negara tersebut, hak ciptanya dipegang oleh keluarga Dam.
Dungeons and Dragons
Berawal dari mainan role playing board yang diproduksi oleh Wizards of the Coast mulai tahun 1974, Dungeons and Dragons kemudian diangkat menjadi trilogi pada tahun 2000 (Dungeons and Dragons), 2005 (Dungeons & Dragons: Wrath of the Dragon God), dan 2012 (Dungeons & Dragons 3: The Book of Vile Darkness). Meskipun cukup laris di pasaran, tetapi trilogi ini mendapatkan rating yang kurang baik.
Pada tahun 2023, gim board fantasi ini kemudian diangkat kembali ke layar sinema dengan judul Dungeons and Dragons: Honor Among Thieves. Ceritanya lebih kuat dengan rating yang jauh lebih bagus daripada pendahulunya.
My Little Pony
Diproduksi pertama kali dengan nama My Pretty Pony pada tahun 1981, nama My Little Pony kemudian dirilis pada tahun berikutnya dan menjadi salah satu mainan favorit hingga saat ini. Bukan hanya anak-anak, perempuan dewasa pun banyak yang menjadikannya collectible items. Beberapa seri juga dihargai cukup mahal karena kelangkaannya.
My Little Pony diangkat menjadi serial pada tahun 1986-1987, kemudian pada tahun 1992 (My Little Pony Tales), tahun 2010-2019 (My Little Pony: Friendship Is Magic), My Little Pony: Pony Life (2020-2021), dan film My Little Pony: Make Your Mark (2021). Nuansa adaptasinya sangat colorful, bubbly, dengan cerita sederhana tentang persahabatan dan hal sehari-hari yang cocok bagi anak-anak.
My Little Pony memiliki warna-warna cerah menyenangkan yang membuat anak-anak sangat menyukainya. Bahkan, selain figures, My Little Pony juga hadir dalam bentuk cendera mata lain seperti tas dan tempat pensil.
Ouija
Ya, bukan hanya elemen fiktif di film, Ouija justru awalnya adalah mainan yang diproduksi di dunia nyata, untuk tujuan yang kurang lebih sama dengan apa yang kamu lihat di dalam film-film. Ouija berbentuk papan kayu dengan alfabet, angka 0-9, tulisan “Yes”, “No”, dan “Goodbye”.
Sebenarnya konsep permainan ini sudah ada sejak lama di beberapa negara, tetapi konsep board dengan nama Ouija ini pertama kali dikenal pada tahun 1886-an saat masa Perang Sipil Amerika Serikat. Pada saat ini, banyak orang meninggal dunia dan mereka yang masih hidup kerap berusaha memanggil sanak saudara mereka dengan papan ini. Namun, pada tahun 1901, William Fuld dan Elijah Bond memproduksinya untuk tujuan hiburan dan komersial.
Permainan Ouija banyak diangkat ke berbagai film seperti 13 Ghosts (1960), The Exorcist (1973), Ouija (2007), Ouija (2014), dan Ouija (2016) dan diceritakan sebagai board pemanggil arwah yang justru menyebabkan malapetaka.
Jelangkung
Indonesia juga punya mainan yang kemudian diangkat menjadi film! Sama seperti Ouija, Jelangkung atau Jailangkung merupakan mainan tradisional Nusantara yang digunakan untuk memanggil arwah dari dunia lain. Diduga, Jelangkung diambil dari nama Tionghoa Cay Lan Gong (Dewa Keranjang) dan bisa dimasuki dewa untuk menjawab berbagai pertanyaan.
Namun, berbeda dengan versi Tiongkok yang menggunakan boneka keranjang, Jelangkung menggunakan tempurung kelapa dengan pakaian dan gagang kayu. Boneka ini dipegang dua orang dengan satu orang sebagai pemanggil dewa.
Jelangkung sendiri telah diangkat menjadi beberapa film berbeda. Yang pertama, film Jelangkung (2001) yang mendapatkan banyak pujian, Tusuk Jelangkung (2003), Jelangkung 3 (2007), Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya (2018), dan Jailangkung: Sandekala (2022).
***
Mengangkat permainan ke dalam film adalah ide yang menarik, terlebih jika mainan-mainan itu sudah memiliki basis penggemar besar. Tentu saja yang menjadi PR adalah bagaimana nuansa dan memori tentang mainan itu bisa tetap dibawa ke dalam film tanpa merusak plot. Menurutmu, mana adaptasi mainan ke dalam film yang paling keren?