Musim keempat Mobile Legends Professional League (MPL Season 4) sempat menghadirkan polemik. Bukan cuma soal “uang daftar” yang mencapai angka Rp15 miliar, model franchise league dituding bakal mematikan skena amatir karena kompetisi hanya diadakan bagi delapan tim yang resmi mendaftar.
Untungnya, Moonton menepati janjinya untuk tidak melupakan skena amatir dengan membuat kompetisi “divisi kedua” MPL, yakni Mobile Legends Developmental League (MDL). Ajang ini pun ditujukan bagi tim-tim profesional yang tidak berpartisipasi dalam franchise league MPL seperti Recca Esports, Siren Esports, Victim Esports, dan XCN Kings.
Di tengah kompetisi yang sudah berjalan, publik pun kembali bertanya-tanya tentang adil atau tidaknya sistem yang diterapkan Moonton di MDL. Pasalnya, delapan tim franchise league MPL juga berpartisipasi dengan tim lapis duanya. Bahkan, kedelapan tim tersebut juga bisa menukar pemain yang terdaftar di MDL untuk berlaga di MPL, pun sebaliknya. Sementara itu, tim non-MPL tidak mendapat keistimewaan tersebut.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, KINCIR pun menanyakan isu tersebut langsung kepada beberapa pemain profesional, baik mereka yang bermain di MDL maupun MPL. Yuk simak pembahasannya di bawah ini!
Tidak Masalah Ditukar Demi Kepentingan Tim
Sebagai turnamen Mobile Legends tingkat pertama, MPL pun hanya mempunyai delapan tim untuk bisa bertanding di ajang ini. Para pemain yang tampil pun sudah mempunyai yang enggak bisa diragukan lagi kemampuannya dalam m engendalikan Hero-hero yang ada di game besutan Moonton ini.
Adanya pertukaran pemain dari ajang MPL ke turnamen tier dua, MDL, membuat salah satu pemain yang ada di RRQ Hoshi pun turut merasakan kekhawatiran untuk dipindahkan. Pasalnya, bermain di panggung MPL merupakan impian dari setiap pemain Mobile Legends.
Walaupun enggak merasakan keberatan, Vyn pun akan menunjukkan kemampuannya untuk bisa membawa timnya berada di posisi teratas. Bahkan jika dirinya harus diutus memperkuat RRQ Sena di MDL.
“Kalau nantinya saya ditukar untuk ke MDL enggak masalah karena untuk kepentingan tim. Pasti sedih jika itu terjadi, tapi kita juga harus profesional. Kita juga akan menunjukkan kemampuan kita. Karena MDL pun turnamen yang besar,” ungkap Vyn.
Sebagai Ajang Pembuktian Skill Para Pemain
Sempat mendapat pertentangan dengan menghadirkan sistem franchise league untuk ajang tertingginya, Moonton sebagai publisher pun mewajibkan tim yang akan bertanding untuk membayar sebesar Rp15 miliar. Mereka pun hanya membuka untuk delapan tim. Hal ini pun dinilai mematikan impian serta tim-tim kecil untuk bisa berlaga di panggung mewah tersebut.
Berjanji akan membuka turnamen selain MPL, Moonton menepatinya dengan mengadakan ajang MDL. Walaupun sebagai turnamen tier dua, mereka pun akan menjalankan turnamen ini sama dengan ajang MPL. Turnamen ini pun sebagai wadah tim MPL untuk mencari talenta baru untuk bisa bergabung bersama mereka.
Tantyo “Doyok” Aditya, midlaner Geek Fam, melihat pertukaran pemain ini sebagai hal positif. Langkah ini dianggapnya bisa jadi ajang bagi para pemain untuk membuktikan talenta sekaligus ajang evaluasi untuk menilai mana pemain yang cukup “mental” bermain di MPL maupun MDL.
“Dengan adanya pergantian pemain ini, tim juga bisa memilih mana pemain yang kurang bagus untuk digantikan dengan yang sudah siap untuk bertanding. Hal ini juga bisa jadi ajang pembuktian untuk para pemain itu sendiri,” ungkap Doyok Geek Fam.
Ajang Adu Kuat dengan Para Pemain MPL
Enggak bisa merasakan panggung MPL, empat tim yang berada di tim MDL pun merasa ajang ini sama seperti turnamen utama. Pasalnya, pemain yang dulu sempat berlaga di MPL, kini juga ikut bertanding di ajang tier dua ini seperti XIN, Watt, dan Liam. Makanya, hal ini pun dianggap para punggawa XCN Kings sebagai aspek positif lain yang bisa dijadikan bahan pelajaran.
Tim yang hingga saat ini belum terkalahkan di MDL ini lewat salah satu pemainnya pun mengatakan jika mereka juga bisa merasakan "atmosfer" keseruan MPL dengan melawan para pemain tersebut. Hal ini pun diungkapkan oleh Ravicy salah satu pemain dari XCN Kings. Dirinya pun mengatakan jika adanya pertukaran pemain di sisi tim MPL pun enggak masalah.
“Enggak masalah jika ada pertukaran, soalnya di MDL juga ada pemain yang dulunya bermain di MPL seperti XIN dan Liam. Tim dua mereka pun baru terbentuk, jadi untuk bisa menukar dengan pemain yang lebih siap untuk turun bertanding,” ujar Ravicy.
Perjuangan Pemain untuk bisa Berlaga di MPL
Memang, untuk sebagian pemain Mobile Legends, bisa berlaga di MPL sebagai turnamen kasta tertinggi merupakan sebuah cita-cita untuk berlaga di panggung tersebut. Sayangnya, dengan adanya sistem franchise league dan slot yang terbatas, mereka pun harus lebih bisa menunjukkan skill individunya di MDL.
Jika tim yang dibela tidak bisa masuk ke franchise league MPL, MDL pun dijadikan para pemain sebagai ajang unjuk bakat. Pasalnya, enggak hanya sekedar menjadi turnamen tier dua, Moonton membuat MDL sebagai wadah untuk para tim MPL mencari pemain-pemain baru dengan skill yang mumpuni. Saanji dari Victim Esports pun mengungkapkan keinginannya untuk bisa bertanding di MPL.
“Semua pemain Mobile Legends pasti ingin bermain di MPL. Adanya MDL ini juga sebagai wadah untuk mencari pemain yang bisa direkrut untuk memperkuat tim di MPL. Untuk bisa lolos, saya pun melakukan yang terbaik di sini. Kalau bisa, semua pemain dari Victim pun bisa ikut bersama,” ungkap Saanji Victim.
Benefit bagi Tim Franchise League
Untuk bisa berlaga di ajang MPL, kini Moonton pun mewajibkan tim yang akan bertanding untuk membayar “uang pendaftaran” sebesar Rp15 miliar. Mereka pun baru membuka delapan slot yang sudah terisi oleh Aerowolf, AURA, Alter Ego, Bigetron, EVOS Esports, Geek Fam, ONIC, dan RRQ.
Hal ini pun dianggap publik sebagai bentuk ketidak adilan bagi tim-tim MDL non-MPL. Pasalnya, mereka tak bisa melakukan pertukaran pemain sesuka hati. Namun, Miracle, pemain Recca, menganggap pertukaran pemain tersebut sah-sah saja karena memang sudah jadi benefit bagi tim franchise league yang sudah membayar mahal demi berlaga di MPL.
"Melihat mereka sudah bayar Rp15 miliar, saya rasa adil-adil saja adanya pertukaran pemain dari MDL ke MPL. Pertukaran ini juga bisa menjadi acuan untuk pemain untuk bisa berkembang," ujar Miracle.
Meski MDL bisa jadi ajang scouting agar bisa direkrut tim MPL, Miracle lebih memilih untuk tetap bersama Recca ketimbang pindah ke tim lain. Makanya, dia sangat berharap Moonton mau membuka slot di MPL.
"Walaupun MDL jadi wadah untuk pemain bisa direkrut tim dari MPL, untuk pindah tim saya belum ada rencana. Kami pun berharap Moonton membuka slot MPL,” tambah sang pemain.
***
Kebijakan pertukaran pemain antara pemain MPL dan MDL ini wajar jika mengundang polemik. Bagi sebagian penggemar Mobile Legends, peraturan ini mungkin terasa tidak adil dan membuat para pemain di tim MDL jadi kurang berkembang.
Namun, kita juga harus apresiasi semangat berjuang para pejuang MDL yang tak patah arang dengan kebijakan ini. Justru, mereka menganggap sistem tersebut sebagai hal yang positif dan membuat mereka semakin berkembang. Rasanya, tentu Moonton sebagai penyelenggara juga telah memikirkan kebijakan dengan sangat matang sebelum benar-benar mengambil keputusan.
Bagaimana tanggapan kalian tentang pertukaran pemain di MPL dan MDL? Apakah kalian merasa kebijakan ini sudah cukup adil, atau justru sebaliknya? Jangan sungkan untuk memberikan komentar kalian di kolom bawah, ya. Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita seputar esports.