*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Unsur komedi enggak jarang dicampurkan dengan genre lain, karena komedi bisa menjadi penyegar dan pencair ketegangan. Seperti yang dilakukan dalam film Mendadak Kaya, menggabungkan unsur komedi dan drama.
Menceritakan tiga sekawan, Doyok (Fedi Nuril), Otoy (Pandji Pragiwaksono), dan Ali Oncom (Dwi Sasono) yang sedang putus asa karena masalah ekonomi. Segala cara dilakukan demi dapat uang, hingga nasib membawa mereka ke suatu koper yang penuh uang.
Mereka pun mendadak kaya. Namun, ternyata, uang tersebut dicari oleh pemiliknya. Lalu, uang siapakah itu? Bagaimana Doyok, Otoy, dan Ali Oncom mengatasi masalah tersebut?
Komedi Situasional yang Lebih Relate
Tenang aja, film ini bukan lanjutan dari film DOA: Cari Jodoh (2018), kok. Meski semestanya sama, bukan berarti kalian harus nonton film sebelumnya. Buat yang baru nonton, jangan khawatir enggak nyambung.
Mirip dengan komik strip-nya yang selalu tampilkan cerita baru, film Mendadak Kaya layaknya episode komik yang klise, tapi tampil lebih fresh. Komedi yang dilontarkan pun enggak sekaku film sebelumnya.
Perkembangan cerita juga lebih relate. Meski ada sedikit imajinasi untuk lebih mendramatisir, tapi bisa diterima.
Konflik yang ditawarkan dieksekusi dengan sederhana. Saking sederhananya, udah ketebak akhirnya. Buat sebagian orang, akan terasa membosankan.
Tampaknya, Anggy Umbara sebagai sutradara juga enggak menjual konflik cerita, melainkan, memaksimalkan komedi situasionalnya ala masyarakat menengah ke bawah.
Oh ya, buat kalian yang enggak terbiasa dengan jokes receh lewat kata “makian”, film Mendadak Kaya akan terasa berlebihan. Jika sebaliknya, komedi ini akan bikin ketawa sepanjang film.
Karakter Luwes dan Berkembang
Karakter Doyok, Otoy, dan Ali Oncom dibuat lebih luwes dibandingkan dengan film sebelumnya. Anggy enggak hanya mengembangkan cerita, tapi juga mengembangkan karakter agar diterima penonton hari ini.
Mengingat, karakter tiga sekawan tersebut udah hidup sejak era tahun ’70-an di koran Poskota, penting bagi sineas untuk berinovasi pada karakter tersebut, lewat komedinya.
Terlebih, film Mendadak Kaya masuk dalam kategori 13 tahun ke atas, udah pasti, penonton termudanya generasi masa kini yang enggak tahu siapa Doyok, Otoy, dan Ali Oncom, serta keseharian mereka yang ternyata menggambarkan kehidupan kelas menengah ke bawah.
Keberadaan para komika yang lebih banyak juga menambah keseruan. Harus diakui, alasan mereka kerap hadir di berbagai judul film Indonesia bukan numpang eksis, tapi karena mereka bisa jadi pencair suasana. Kelebihan lain, film ini menghadirkan banyak cameo dari kalangan selebritas, maupun seniman.
Cerah dan Hidup
Visual yang cerah ala film-film MD Pictures juga terpatri di film Mendadak Kaya. Sesuai dengan mood film yang penuh komedi, semua terlihat ceria. Sayangnya, kurang membekas.
Dilengkapi dengan scoring yang enggak neko-neko, drama komedi makin hidup. Momen sedih pakai nada sendu, momen bahagia pakai nada seru.
Untungnya, enggak ada adegan nyanyi-nyanyi, meski maksudnya menarik impresi penonton. Sebagai gantinya, konsep breaking the fourth wall semakin intens.
***
Secara garis besar, film Mendadak Kaya lebih baik dari film Doyok, Otoy, dan Ali Oncom sebelumnya. Makna yang bisa diambil film ini juga lebih general. Enggak berat ditonton usia 13 tahun ke atas, enggak klise ditonton khalayak dewasa.
Enggak perlu muluk-muluk berhadap film Mendadak Kaya sajikan drama komedi gelap yang intens. Cukup tonton dan hilangkan penat dengan komedinya.
Oh ya, enggak perlu buru-buru keluar studio, karena ada behind the scene yang menarik untuk ditunggu. Kalian bisa nonton film ini bareng keluarga, teman, atau gebetan mulai 20 Juni 2019 di bioskop.
Kalau udah nonton, kasih ulasan kalian di kolom review yang ada di awal artikel ini. Tunggu ulasan film selanjutnya, hanya di KINCIR.