Dalam setiap gelaran Olimpiade, panitia penyelenggara pasti menyediakan kampung atlet sebagai basecamp bagi setiap atlet yang berlaga di ajang olahraga empat tahunan ini. Mereka biasanya membangun bangunan mirip dengan apartemen yang siap menampung belasan ribu atlet yang berkompetisi secara bersamaan.
Tinggal di kampung atlet ternyata memberikan pengalaman yang tidak terlupakan bagi beberapa atlet. Dalam sebuah artikel ESPN, beberapa atlet memberikan gambaran bagaimana “kegilaan” yang terjadi di sana.
Meskipun dihuni oleh atlet dengan tingkat disiplin dan fokus yang di atas rata-rata orang normal, namun nyaris semua atlet yang tinggal di sana sepakat kalau kampung atlet justru adalah tempat party tergila yang pernah mereka tinggali. Mulai dari tingkah gila di kantin hingga pesta seks di jacuzzi, inilah beberapa fakta yang terjadi di kampung atlet Olimpiade!
Mitos tentang kampung atlet Olimpiade yang penuh dengan pesta dan seks
Kantin menjadi pusat kegilaan bersama
Dalam artikelnya, ESPN mewawancarai beberapa atlet yang menggambarkan pengalaman meraka menetap di kampung atlet. Atlet polo air Amerika Serikat Tony Azevedo mengatakan, “Suasana saat pertama kali datang ke kampung atlet seperti hari pertama masuk kuliah. Semua orang sangat gugup dan excited, soalnya kami ingin berkenalan dan berkencan satu sama lain.”
Sama seperti di kampus, kantin menjadi salah satu tempat buat orang-orang bersosialisasi. Hal yang sama juga terjadi di kantin kampung atlet, yang memang menjadi satu-satunya tempat bagi para atlet berkumpul dan menyantap makanan.
Brandi Chastain selaku mantan atlet sepak bola Amerika Serikat memberikan pengalamannya. Ia mengatakan, “Ketika saya pertama kali ke kantin, tiba-tiba semuanya bersorak gembira. Ternyata ada dua atlet handball asal Prancis yang berdiri di atas meja makan hanya menggunakan pakaian dalam dan saling menyuapi makanan satu sama lain.”
Sementara itu Julie Foudy yang memenangi dua medali emas bersama tim sepak bola Amerika Serikat menggambarkan suasana yang terjadi di sana. Ia mengatakan, “Kami sepakat jika suasananya mirip dengan kantik di SMA, tetapi semuanya ganteng dan cantik. Kami memakan makanan kami hingga berjam-jam sambil menikmati “pemandangan” dan menyesali mengapa saya sudah menikah.”
Belasan ribu kondom dipesan demi memenuhi permintaan atlet
Menjadi tempat berkumpulnya atlet terbaik dunia secara bersamaan, membuat “cinlok” menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Kiper timnas sepak bola Amerika Serikat Hope Solo mengakui jika seks menjadi aktivitas yang lumrah terjadi di sana. Hal senada juga diungkapkan oleh perenang Amerika Serikat Ryan Lochte yang mengatakan, “Seberapa banyak yang berhubungan seks? Saya rasa 75% hingga 80% atlet di kampung atlet pasti berhubungan seks selama di sana.”
Makanya panita penyelenggara biasanya harus memesan kondom dalam jumlah ekstra selama periode Olimpiade berlangsung. Misalnya saja pada Olimpiade 2000 Sydney, terdapat 20 ribu kondom yang dipesan. Jumlah tersebut terus bertambah setiap tahunnya, panitia penyelenggara Olimpiade 2024 sampai harus menyiapkan 300 ribu kondom seperti yang dilansir dari The Mirror.
Panita sendiri sudah mencari beberapa solusi supaya menekan aktivitas seks para atlet selama berada di kampung atlet. Salah satunya adalah menciptakan kasur yang terbuat dari kardus sejak Olimpiade 2020 Tokyo. Meskipun menggunakan dalih mudah didaur ulang, namun para atlet berpendapat jika kasur kardus tersebut memiliki misi lain yaitu untuk membatasi aktivitas seksual mereka.
“Pesta yang sesungguhnya” baru dimulai saat beberapa cabor telah selesai bertanding
Meskipun berbagai kegilaan sudah terjadi sejak hari pertama Olimpiade berlangsung, namun banyak yang berpendapat jika “pesta yang sesungguhnya” baru dimulai saat beberapa cabang olahraga selesai bertanding. Atlet renang biasanya menjadi atlet yang paling lama berpesta karena cabang olahraga renang termasuk yang paling cepat selesai di setiap gelaran Olimpiade.
Ryan Lochte mengatakan, “Setelah seluruh kegiatan pertandingan berakhir, biasanya kami menghabiskan malam di pub bersama para suporter sepak bola. Namun beberapa rekan saya banyak yang lebih memilih buat berhubungan seks di balkon kamar kampung atlet.”
Meskipun bisa berpesta di luar kampung atlet, kebanyakan atlet justru ingin membawa pesta ke kampung atlet. Hope Solo mengatakan, “Ini adalah momen sekali seumur hidup, makanya banyak orang ingin menciptakan memorinya sendiri selama Olimpiade mulai dari seks, pesta, hingga performa di lapangan. Saya melihat sendiri ada pasangan yang berhubungan seks di ruang terbuka, mulai dari di rumput hingga di antara gedung kampung atlet. Banyak atlet yang mencoba mewujudkan fantasinya masing-masing.”
Carrie Sheinberg mendapatkan cerita dari seorang atlet di Olimpiade musim dingin 2010. Ia mengatakan, “Seorang atlet ski asal Jerman memberi tahu saya jika enam orang atlet dari Jerman, Kanada dan Austria berkumpul di kampung atlet. Mereka berkumpul di jacuzzi yang awalnya hanya ngobrol bersama tiba-tiba berubah menjadi pesta seks.”
Seluruh hal gila yang terjadi di kampung atlet menjadi memori tersendiri bagi mereka. Soalnya mereka semua sepakat dengan moto yang sama-sama dipegang dan sudah menjadi peraturan tidak tertulis bagi atlet, yaitu “what happens at the village, stays at the village.”
Upacara penutupan menjadi puncaknya
Intensitas kegiatan yang dilakukan atlet di kampung atlet tidak menurun bahkan menjelang upacara penutupan. Malah hal-hal yang mereka lakukan justru semakin gila dan tidak terbendung.
Hope Solo mengatakan, “Saya pernah menyelinapkan selebriti ke kampung atlet. Setelah berpesta di luar, kami ingin melanjutkan pestanya ke kampung atlet. Ketika saya menunjukkan medali emas saya, kami berhasil mencuri perhatian penjaga di kampung atlet dan menyelinapkan beberapa selebriti ke dalam kampung atlet.”
Tidak hanya itu, Alicia Ferguson mantan atlet sepak bola Australia membeberkan pengalamannya saat negaranya menjadi tuan rumah Olimpiade 2000. Tim sepak bola dan baseball Australia menggelar pesta api unggun bersama atlet dari negara lain sambil membakar beberapa furniture yang ada di kampung atlet saat malam upacara penutupan. Ia mengatakan, “Siapa yang tahu jika furniture di sana mudah sekali terbakar. Kami melibatkan pemadam kebakaran dan mereka sangat akomodatif menanggapi permintaan kami. Setelah itu kami mulai berpesta dan berkencan satu sama lain.”
Kegilaan juga terjadi di stadion yang menjadi tempat berlangsungya upacara penutupan. Alicia Ferguson menambahkan, “Panitia penyelenggara mengumpulkan kami semua di stadion dan mempersilakan kami buat berpesta, mabuk, dan berhubungan seks dan itu semua kami lakukan bersama atlet asal Kanda. Ini yang tidak kalian lihat di TV, mayoritas atlet datang ke upacara penutupan dalam keadaan mabuk. Selama upacara penutupan kami kerap bolak balik dari lapangan ke stadion buat mengambil minuman keras.”
Jangan lupa buat terus mengunjungi KINCIR untuk mendapatkan informasi terbaru seputar olahraga, rekomendasi game dan esports ya!