Pertukaran pemain memang menjadi metode yang tidak lazim terjadi di sepak bola saat bursa transfer. Soalnya tidak mencari klub yang mau melakukan barter tentunya tidak mudah, serta pemain yang didapat belum tentu menjadi sosok yang benar-benar dibutuhkan oleh sebuah tim.
Meskipun begitu terdapat beberapa klub yang nekad buat barter pemain di bursa transfer yang berakhir dengan tidak menyenangkan. Penasaran dengan barter pemain di bursa transfer terburuk yang pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir? Yuk, simak artikel KINCIR berikut ini!
Barter terburuk yang terjadi di bursa transfer
Zlatan Ibrahimovic – Samuel Eto’o
FC Barcelona mengejutkan banyak orang di musim panas 2009. Tim asal Spanyol tersebut mengumumkan jika mereka menukar Samuel Eto’o plus uang senilai €40 juta demi mendatangkan Zlatan Ibrahimovic ke Camp Nou.
Sayangnya transfer tersebut tidak berjalan sesuai harapan petinggi FC Barcelona. Zlatan Ibrahimovic berselisih dengan Pep Guardiola dan hanya bertahan di sana selama satu musim sebelum ditendang ke AC Milan. Sementara Samuel Eto’o? Berhasil mempersembahkan treble winners buat Inter Milan di musim pertamanya.
Alexis Sanchez – Henrikh Mkhitaryan
Performa gemilang Alexis Sanchez bersama Arsenal membuat banyak klub yang ingin meminangnya. Salah satunya adalah Manchester United yang berhasil memboyong pemain asal Chile ini dengan memberikan Henrikh Mkhitaryan ke Arsenal sebagai alat barternya pada bursa transfer musim dingin 2019.
Sayangnya kiprah Alexis Sanchez di Manchester United bisa dibilang sangat mengecewakan. Ia hanya mencetak 3 gol selama dua musim membela Manchester United. Sementara itu di saat yang sama, Henrikh Mkhitaryan juga tidak bisa menunjukkan performa gemilang bersama Arsenal. Bisa dibilang baik Arsenal maupun Manchester United menjadi dua pihak yang dirugikan dalam kasus ini.
Francesco Coco – Clarence Seedorf
Pada awal kariernya, Francesco Coco mendapatkan label sebagai penerus Paolo Maldini di AC Milan. Pemain ini menempati posisi serta bermain di klub yang sama dengan sang legenda. Hal itulah yang membuat tim tetangga, Inter Milan tertarik buat membajak pemain ini dari sang rival.
Hal tersebut akhirnya kesampaian pada bursa transfer musim panas 2002, saat Inter Milan memberikan Clarence Seedorf mereka anggap gagal demi memboyong Francesco Coco. Sayangnya karier Coco di Inter Milan lebih banyak dihinggapi cedera, sebelum akhirnya pensiun pada 2007. Sementara itu Clarence Seedorf sendiri sangat sukses di AC Milan, 2 gelar Serie A dan 2 Liga Champions yang ia raih bersama I Rossoneri.
Fabian Carini – Fabio Cannavaro
Entah apa yang terjadi pada Inter Milan pada bursa transfer musim panas 2005. Mereka menukar salah satu bek tengah terbaik sepanjang Italia, Fabio Cannavaro dengan kiper cadangan Juventus, Fabian Carini yang saat itu keduanya sama-sama memiliki value sebesar €10 juta.
Meskipun tidak bertahan lama di Juventus, namun Fabio Cannavaro berhasil mempersembahkan 2 gelar Serie A buat Juventus sebelum akhirnya gelar tersebut dicabut lantaran kasus pengaturan skor. Sementara itu Fabian Carini masih tetap menjadi cadangan dan hanya bermain buat Inter di Serie A sebanyak 4 kali selama tiga tahun bersama tim tersebut.
Roberto Carlos – Ivan Zamorano
Inter Milan menjadi awal karier Roberto Carlos di Eropa. Namun potensi bek asal Brasil tersebut tidak maksimal di sana. Hal itulah yang membuat manajemen Inter Milan memutuskan buat menukar sang pemain dengan Ivan Zamorano, yang saat itu berstatus striker papan atas Real Madrid.
Bersama Real Madrid, Roberto Carlos menjelma menjadi bek kiri terbaik dunia. Ia mempersembahkan berbagai gelar buat los blancos, mulai dari Liga Spanyol, Copa del Rey, hingga Liga Champions. Sementara itu Ivan Zamorano justru kehilangan tajinya di ranah Italia. Ia hanya mampu mencetak 25 gol selama lima musim di sana dan posisinya digeser oleh striker lain yang lebih muda.
Jangan lupa buat terus mengunjungi KINCIR untuk mendapatkan informasi terbaru seputar olahraga, rekomendasi game dan esports ya!