30 tahun setelah perilisan The Crow (1994), Lionsgate dan sutradara Rupert Sanders belum lama ini merilis versi reboot untuk film tersebut. Sebagian dari kamu pastinya setuju bahwa The Crow versi 1994 merupakan salah satu film ikonis yang menghadirkan kisah pembalasan dendam atas nama cinta dengan nuansa gotik yang begitu kental. Fakta menariknya lagi, The Crow merupakan film yang diadaptasi dari komik berjudul sama karya James O’Barr.
Walau menjadi salah satu film ikonis dari era 1990-an, The Crow menyimpan kisah tragis saat pembuatannya. Pemeran utamanya, yaitu Brandon Lee, tewas karena tidak sengaja tertembak saat proses syuting. Setelah kematian Lee, proses syuting tetap diselesaikan menggunakan stuntman dan teknologi CGI karena sutradara Alex Proyas ingin The Crow menjadi tribute untuk Lee.
Sutradara The Crow versi jadul sindir versi reboot-nya
Itulah sebabnya, sutradara Proyas sangat tidak setuju ketika Lionsgate menggarap film reboot untuk The Crow. Bagi Proyas, The Crow seharusnya terus dikenang sebagai warisannya Lee. Setelah versi reboot-nya dirilis, banyak kritikus yang tampaknya setuju dengan Proyas. Hingga artikel ini diterbitkan, The Crow versi reboot hanya mendapatkan skor 20% di Rotten Tomatoes. Proyas kini akhirnya memberikan tanggapannya tentang The Crow versi reboot yang mendapatkan penilaian jelek dari kritikus.
Lewat akun Facebook-nya, seperti yang bisa kamu lihat pada gambar di atas, sutradara Proyas hanya memberikan tanggapan singkat, jelas, dan padat berikut ini, “Wow. Berbagai review-nya sangat brutal.” Keresahan Proyas atas proyek The Crow versi reboot akhirnya benar-benar terbukti setelah filmnya dirilis.
Siapa yang sudah menonton The Crow versi 1994 dan versi reboot-nya? Apakah kamu setuju dengan sutradara Alex Proyas atau menurut kamu versi reboot-nya bukanlah film yang buruk? Jangan lupa ikuti terus KINCIR buat dapatin berbagai informasi seputar film lainnya, ya!