Tahun 2017, satu tahun setelah hubungannya dengan Pangeran Harry diketahui publik, Meghan Markle adalah sosok perempuan yang dicintai oleh media di Inggris. Ia dianggap sebagai perubahan, sesuatu yang progresif. Ia terlihat periang, merupakan janda, multiras, dan hal itu seolah mendobrak kerajaan Inggris Raya yang terlihat terlalu kaku dan monoton.
Beberapa tahun kemudian, kondisinya berbeda. Begitu banyak cercaan dan kritik pedas mampir ke arah Pangeran Harry sekaligus Meghan Markle. Markle dianggap enggak mau mengindahkan peraturan kerajaan, kerap melakukan hal-hal yang membahayakan kerajaan seperti membagikan tanda tangannya, serta memboroskan uang untuk melakukan renovasi Frogmore Cottage dari pajak. Ada banyak rumor tentang Meghan Markle yang pada akhirnya membalikkan opini media dan masyarakat Inggris.
Dirilisnya serial Harry & Meghan di Netflix pada tanggal 8 Desember 2022 adalah sebuah pernyataan dari pasangan ini untuk menjawab semua rumor buruk setelah mereka memutuskan mundur dari anggota senior keluarga kerajaan. Namun, lebih banyak khalayak yang melancarkan kritik ketimbang mendukungnya.
Meghan Markle: Antara tempat escape dan tokoh antagonis
Dilansir dari BBC, media Inggris memang hobi membuat tokoh-tokoh protagonis kerajaan dan lawannya, tokoh antagonis. Misalnya, Elizabeth II yang digambarkan teratur, sementara itu Margaret, saudaranya, digambarkan nakal dan hobi gonta-ganti pacar. Kemudian, Lady Diana juga kerap dianggap tokoh protagonis berhati bidadari, sementara Sarah Ferguson, istri Pangeran Andrew, dianggap nakal, tidak bisa menjaga berat badan, dan mengalami body shaming.
Dalam konteks Meghan Markle, semua kabar buruk tentang dirinya membuat pers dan masyarakat bisa menciptakan drama antagonis-protagonis baru. Kate Middleton dianggap santun dan sederhana. Sementara itu, Meghan Markle sangat hedonis, blak-blakan, dan seenaknya.
Terkait semua tuduhan terhadap istrinya, dalam serial ini, Harry menceritakan bagaimana ia melewati masa kecilnya. Dari jauh, ia selalu melihat pemandangan paparazi dan bertanya-tanya, “Apa sebetulnya peranku di dunia ini?”.
Ia pun mengingat bagaimana ibunya, tak pernah punya pilihan. Hidup Lady Diana enggak lagi menjadi hidupnya, karena enggak pernah ada ruang bagi dirinya bahkan untuk menjadi manusia.
Harry mengenang bagaimana kehidupan mantan-mantan kekasihnya berubah karena dirinya adalah pangeran. Keluarga mereka diganggu, privasi mereka direnggut. Inilah yang ia takutkan terjadi kembali saat berhubungan dengan Meghan Markle.
Media begitu banyak menyorot tentang bagaimana serial Harry & Meghan menjadi pembelaan enggak perlu atas kerajaan yang justru dipermalukan oleh tingkah keduanya. Apalagi, media pernah menyebut Harry sebagai “anak nakal kerajaan”. Maksudnya, jika dibandingkan dengan William, Harry cenderung mudah melampiaskan emosinya dan kerap berbuat “seenaknya”.
Ingin memulai hidup yang normal
Terlepas dari kontroversinya, docu-series terbaru Netflix Harry & Meghan, mencoba untuk melihat sisi manusiawi dari Pangeran Harry dan istrinya. Serial yang ditolak kerajaan Inggris untuk dikomentari ini banyak menyorot bagaimana Harry merasa muak dengan apa yang ditakdirkan untuk dirinya.
Kebanyakan orang berkata bahwa menjadi anggota keluarga kerajaan itu menyenangkan, tetapi enggak dengan Harry yang kehilangan kebebasan sejak lahir dan kehilangan ibu sejak kecil. Ia hanya ingin hidup damai dengan istri dan anaknya.
Dalam serial ini, penonton juga bisa melihat berbagai hal yang membuat Harry jatuh cinta kepada Meghan Markle. Misalnya, bagaimana Meghan Markle mampu mendefinisikan kebebasan seperti yang ia damba, kecerdasannya, passion-nya yang besar terhadap banyak hal, serta gaya bicaranya yang ceplas-ceplos.
Nah, bagaimana pendapatmu terkait kontroversi serial ini? Apakah kamu berada di sisi Harry-Meghan atau justru di sisi keluarga kerajaan? Tonton dulu aja, yuk, di Netflix!