*Spoiler Alert: Artikel review serial House of the Dragon episode 8 ini mengandung bocoran cerita yang mungkin bisa mengganggu kamu yang belum nonton.
Setelah gonjang-ganjing yang terjadi di Driftmark pada episode ke tujuh. Review serial House of the Dragon melanjutkan kisahnya yang penuh polemik pada episode ke delapan. Dari delapan episode yang sudah tayang, harus diakui kalau episode delapan adalah episode paling menghentak sepanjang musim pertama serial ini.
House of the Dragon sudah tayang di HBO GO sejak tanggal 10 Oktober lalu, buat kamu yang ikutin kisah keluarga naga ini, harap nonton episode ini dengan serius, karena ada banyak adegan penting yang ditampilkan.
Review serial House of the Dragon episode 8
Sinopsis House of the Dragon episode 8
Pada episode ini teka-teki siapa yang akan memimpin Driftmark terjawab. Satu hal yang pasti, sosok ini akan menguatkan posisi politik salah satu kubu yang tengah berseteru.
Di sisi lain, Viserys mulai memperlihatkan kharismanya sebagai seorang raja. Meskipun dalam kondisi yang kian memburuk, tapi ia mampu menambal keretakan yang terjadi di keluarga Targaryen. Hal ini yang menjadi alur krusial bagi episode 8 House of the Dragon. Pasalnya, sudah banyak konflik yang terjadi hingga rasanya situasi kerajaan makin tak terkendal.
Untuk mengetahui ulasan lengkap serial House of the Dragon episode 8, simak artikel berikut ini!
Berebut takhta penguasa lautan
Setelah pertikaian di Driftmark dan membuat jurang pemisah antara keluarga Alicent dan keluarga Rhaenyra terbentuk. Putri Rhaenyra memilih untuk tinggal di Dragonstone bersama suami baru sekaligus pamannya Daemon Targaryen.
Setelah pertikaian di Driftmark itu Rhaenyra tak pernah pulang ke Kings Landing. Sampai sebuah berita mengejutkan muncul yang membuat Rhaenyra harus kembali.
Lord Corlys Velaryon dikabarkan meninggal dunia dalam sebuah peperangan yang membuatnya tak pulang selama enam tahun. Ketika Corlys dikabarkan meninggal. Maka klaim penerusnya sebagai “Lord of the Tides” atau pemimpin Driftmark dipertanyakan. Sebetulnya hak waris posisi itu sudah disematkan untuk Lucerys Velaryon, Putra Rhaenyra .
Namun Vaemond Velaryon hendak mematahkan klaim tersebut. Menurutnya dia yang lebih pantas meneruskan trah sebagai Lord of the Tides.Vaemond beranggapan jika Lucerys hanyalah anak kecil. Terlebih darah Velaryon tak mengalir pada tubuhnya. Lucerys hanya seorang anak haram dari hubungan Rhaenyra dan Harwin Strong.
Akhir yang indah bagi sang raja
Sejak episode pertama, Raja Viserys memang lebih terlihat sebagai raja yang cupu ketimbang raja yang gagah dan otoriter. Viserys selalu hendak terlihat bijak meski kadang pilihan politiknya sering keliru. Jangankan bicara soal pilihan politik. Perkara menombak rusa yang ada di depan mata dan telah dipegangi prajurit saja Viserys gak berhasil.
Sampai akhirnya episode ke delapan rilis. Dalam episode kali ini, kondisi raja Viserys sudah terlihat menghawatirkan. Penyakit yang ada dalam dirinya sudah semakin membuatnya tidak berdaya. Bahkan urusan kerajaan telah dipegang oleh Ratu Alicent karena Viserys hanya tergeletak di kasurnya.
Penyakit Viserys membuat separuh wajahnya rusak, matanya hilang dan sekujur badannya dipenuhi luka basah yang menjijikan. Penyakit itu yang membuat dia bertahun-tahun tak memimpin kerajaan. Namun, untuk menentukan siapa yang layak memimpin Driftmak. Viserys rela turun dari ranjang dan mengenakan topeng emas untuk menutupi wajahnya yang sudah mulai membusuk.
Dia kembali duduk di singgasana dan memutuskan dengan penuh perhitungan. Ini jadi episode dimana akhirnya Raja Viserys punya kharisma. Disisa-sisa hidupnya, Viserys akhirnya benar-benar terlihat pantas menjadi seorang raja. Bahkan gak sampai disitu, dia juga mengumpulkan semua keluarganya untuk makan malam bersama supaya tak ada lagi keretakan antar keluarga kerajaan.
Kejadian itu adalah beberapa saat sebelum hembusan nafas terakhir sang raja. Viserys memang bukan raja yang kejam. Bukan juga raja yang tegas. Tapi di ujung usianya. Dia berhasil memancarkan kharisma baik untuk ditulis sebagai nilai keistimewaanya dalam sejarah seven kingdoms
Penampilan brilian Paddy Considine sebagai Viserys mendapat sambutan positif dari para penggemar House of the Dragon. Banyak tulisan di lini masa menyebut jika kualitas akting Paddy pada episode ini patut diganjar penghargaan Emmy Award. Dengan riasan yang mengubah tubuh dan wajahnya, Paddy tetap dapat berakting maksimal bahkan aksinya berhasil menyentuh hati penonton.
Selain jalan cerita yang bikin penonton terkesima. Sound effect dan sinematografi episode delapan serial House of the Dragon ini memang enggak main-main.
Perang baru saja dimulai
Enggak cuma penampilan Viserys yang memukau. Dalam episode kali ini ada beberapa adegan yang membuat penonton tersentak. Jalan ceritanya juga semakin mengerucut pada peperangan dua keluarga.
Perlakuan yang dibuat Daemon pada Vaemond di Kings Landing tentu akan berimbas pada gesernya dukungan klan Velaryon ke kubu Alicent. Sementara itu Aemond masih memendam dendam yang begitu besar pada dua anak Rhaenyra. Terbukti dengan keributan yang diciptakannya setelah makan malam usai.
Perang memang akan segera dimulai apalagi pesan terakhir Viserys sebelum dirinya wafat membuat Alicent merasa jika dia dan Aegon anaknya adalah sosok yang dipinta oleh sang raja meneruskan trah kerajaan. Viserys menyampaikan itu ketika dirinya tengah tidak benar-benar sadar. Namun, tentu kata-kata tersebut jadi kartu as bagi Alicent menggulingkan legitimasi Rhaenyra.
***
Minggu depan kita akan menyaksikan episode kesembilan. Episode terkutuk bagi semesta Game of Thrones. Biasanya, menjelang akhir musim pasti ada tokoh penting yang mati. Bisa jadi, di episode House of the Dragon yang akan datang, kita menyaksikan salah satu karakter mati sebagai “tumbal.”
Jangan lupa untuk terus kunjungi KINCIR agar kamu enggak ketinggalan review serial lainnya, ya!