*Spoiler Alert: Review drama Korea Doona mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Setelah kesuksesan besar Crash Landing on You, sutradara Lee Jung-Hyo siap untuk memikat penonton dengan kisah cinta yang indah antara dua orang di awal usia 20-an. Drama Korea terbarunya adalah Doona.
Dengan naskah cerita yang diadaptasi dari webtoon karya Min Song Ah, serial ini menampilkan akting dari Bae Suzy dan Yang Se Jong. Meski sudah lama terjun ke dunia akting, Bae Suzy masih mempertahankan pesona dan kemampuan berakting yang mengesankan. Tak heran jika drama ini sempat jadi trending topic karena Suzy kembali jadi idol, meski hanya dalam drama Korea.
Bagaimana penampilannya? Simak review drama Korea Doona berikut ini.
Kisah melankolis dua anak muda butuh pelarian
Drama Korea ini bercerita tentang Doona (Bae Suzy). Dia adalah ikon utama dari sebuah grup idola, Dream Sweet, hingga suatu saat dia mengalami kehancuran dan memutuskan keluar dari dunia tersebut.
Doona kemudian pindah ke sebuah kompleks sewa kecil, di mana para penghuni lainnya merupakan para mahasiswa. Salah satu di antara mereka adalah Lee Won-joon (Yang Se-jong), yang juga baru saja pindah ke tempat tersebut.
Doona adalah sosok yang penuh dengan kebingungan, memiliki kelemahan diri, sering melakukan tindakan merusak diri, tidak dapat diandalkan, dan selalu dipacu oleh impulsifitasnya. Sementara itu, Won-joon adalah pribadi yang berhati-hati, terkontrol, dan lebih stabil. Mereka adalah dua kutub yang berlawanan dalam banyak hal, namun berbagai kebetulan membuat mereka menjalin persahabatan yang rapuh dan bergantung satu sama lain.
Bae Suzy kembali bersinar dalam Doona
Ketika membahas drama Doona, jangan harapkan kisah klise yang biasanya ditemui dalam drama Korea. Sebaliknya, kita dihadapkan pada eksplorasi karakter yang mendalam dan tak terduga, khususnya karakter Doona.
Dalam hal penampilan, Bae Suzy hampir mirip sekali dengan Lee Doo-Na dari webtoon aslinya yang populer. Dengan kulit yang sempurna, rambut hitam yang mengkilap, dan mata yang memikat, tidak bisa disangkal bahwa dia adalah pilihan terbaik untuk peran tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Bae Suzy tentang karakternya, Lee Doo-Na terlihat tegas dan kuat, namun sebenarnya dia sangat rapuh di dalamnya.
Suzy memerankan Doona dengan luar biasa, dia jadi sorotan banget di sini. Doona itu bukan cuma sosok kuat, tapi juga punya sisi lemah yang membuat dia jadi makin menarik. Gak seperti tokoh cewek kuat pada umumnya, Doona lebih sering nunjukin sisi rapuhnya. Sisi ini yang bikin kita bisa ngerasain emosi dia lebih dalam. Suzy emang bener-bener cocok banget jadi Doona, dan aktingnya di sini sungguh bikin kagum.
Selain cerita utama, karakter-karakter pendukung dan pasangan-pasangan di sini juga punya daya tariknya sendiri, sih. Jinju jadi salah satu karakter favorit KINCIR. Sayangnya, karakter lainnya agak kurang greget, kecuali pas mereka interaksi sama Doona.
Slow pace dan open ending
Bagi yang mencari K-Drama yang ringan dan mudah dicerna, mungkin akan merasa kecewa. Ceritanya berjalan dengan pace rendah, serius, dan lambat. Meski begitu, plotnya terasa nyata dan penuh emosi. Hal ini didukung oleh sinematografinya luar biasa, disertai dengan pemilihan musik yang tepat.
Sayangnya, ada beberapa bagian yang terasa buru-buru. Misalnya, latar belakang keluarga Won-joon atau keluarga Doona sendiri. Yap, bisa jadi karena keterbatasan durasi, karena drama ini hanya sembilan episode. Mungkin jika diberi beberapa episode tambahan bisa memberikan lebih banyak latar belakang karakter.
Dalam hal bahasa dan unsur romansa, serial ini memang lebih dewasa dan lebih intim dibandingkan dengan drama Korea biasanya. Bahkan KINCIR menyadari ada beberapa pengambilan gambar terhadap Bae Suzy dengan nuansa voyeuristik. Pengambilan gambar yang mempertahankan fokus pada kaki Suzy yang hampir seperti fetish.
Tentang akhir ceritanya, ada sedikit kontroversi dan teori yang muncul di antara para penonton. Akhir cerita ini mungkin terasa getir. Beberapa penonton mengacu pada video opening dan vignette untuk menunjukkan bahwa akhir cerita ini bahagia, dengan menunjukkan bahwa adegan-adegan dari opening tiap episodenya adalah adegan-adegan yang terjadi setelah percakapan terakhir antara tokoh utama di akhir drama.
Adegan pembuka mencakup momen saat Doona dan para roomate barunya berada di pantai untuk “field trip” yang dijanjikan Jinju kepada Doona, yang tidak ada dalam drama itu sendiri. Mungkin akhir cerita ini sengaja dibuat ambigu atau open ending.
***
Jika kamu menikmati drama slow pace seperti My Liberation Notes, Our Blues, dan Nevertheless, maka serial ini cocok untuk kamu. Apakah kamu sudah nonton? Bagaimana pendapatmu?