*Spoiler Alert: Artikel review serial Andor episode 6 ini mengandung bocoran cerita yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton.
Aksi. Elemen yang sejak awal ditunggu oleh para penikmat serial Andor. Berlandaskan kisah mata-mata Rebellion terbaik di Rogue One, tentu kita menginginkan gejolak perjuangan dan pertempuran saat menonton serial yang eksklusif disiarkan di Disney+ ini.
Setelah agak “kentang” dan membosankan di episode ke-5, Andor came back dengan episode ke-6 yang lebih mendebarkan dan intens. Alih-alih obrolan canggung dan drama ketidakpercayaan, episode 6 langsung dibuka dengan adegan Andor dan pemberontak lain yang bersiap untuk menyerbu pos terdepan Imperial. Mereka menunggu waktu dan menunggu masyarakat Aldhani muncul agar penyamaran mereka enggak terlalu kentara dan fokus penjaga terbelah.
Empire enggak menganggap mereka ancaman. Namun, yang mereka enggak tahu, para pemberontak ini punya senjata lain yang bisa diam-diam meledak: dendam dan prinsip nothing to lose.
Para pemberontak ini memiliki dendam dan kehilangan keluarga yang membuat mereka rela melakukan apa saja, termasuk nekat menyamar. Di antara mereka, ada Taramyn, seorang mantan stormtrooper. Dan tentunya ada Letnan Gorn. Jadi, soal pengetahuan tentang musuh, minimal mereka sudah punya bekal.
Aksi yang intens
Dibandingkan dengan episode-episode sebelumnya, aksi di episode ini lebih intens dan juga minim drama. Enggak ada slot adegan yang terbuang sia-sia. Semua berjalan dengan efektif; mulai dari pembagian tim pemberontak menjadi dua: satu tim penyamar yang juga terdiri dari Andor, dan yang kedua tim penyusup/pemutus komunikasi.
Cara mereka untuk membajak kapal penting Empire juga cukup efektif, enggak drama. Bahkan, Vel pun pura-pura akan membunuh semua sandera, termasuk anak Jayfold, seorang tentara Empire, yang umurnya masih 14 tahun. Tentu hal itu enggak dilakukan dan semata hanya distraksi saja supaya urusan mereka lancar.
Intensnya adegan perampokan kapal ini berjalin bergantian dengan adegan suku Aldhani yang sedang berpesta dengan baju-baju Bohemian mereka. Ini semua memang tentang pesta: pesta para pemberontak, pesta orang kecil, tetapi bukan pesta orang besar.
Pembuka yang baik
Jika ini adalah awal dari rentetan aksi yang akan terjadi di episode-episode selanjutnya, maka ini adalah pembuka yang baik. Ini adalah saat di mana Andor menunjukkan bahwa ia adalah serial yang merupakan part of Star Wars. Ada ritme cepat, ada pesawat yang terbang di antara bintang-bintang, ada perang, tentu juga ada kegagalan.
Di dalam perjalanan usai mereka menguasai pesawat, Nemik terluka parah ketika beberapa paket menabrak kakinya dan menghancurkannya. Vel memberinya pengobatan sementara sebagai penenang. Namun, nyawanya enggak dapat diselamatkan.
Saat semua terlihat tenang, ketika rencana seolah lancar, ancaman datang dari dalam. Skeen, yang dari awal agak banyak berfilosofi, rupanya mengajak Andor berkhianat dan mengambil kredit di dalam pesawat yang jumlahnya puluhan juta.
“Kita sama-sama lahir dari lubang…”, begitu cara Skeen memengaruhi Andor, membuatnya percaya bahwa mereka seolah setara. Sama-sama orang terbuang yang bertahan hidup.
Namun, Andor lebih punya harga diri daripada yang kita kira. Kesal, atau entah sudah merasa menjadi bagian dari pemberontakan, Andor menembak Skeen, melaporkannya kepada Vel. Dengan jelas dan jujur, Andor mengatakan kepada Vel bahwa ia telah secara adil mengambil bagiannya serta mengatakan bahwa Skeen mengajaknya berkhianat.
Terjebak dalam rasa percaya dan enggak percaya, Vel pun memberikan manifesto Nemik kepada Andor. Kendati enggak mau menerimanya, Vel memaksa, karena itulah pesan terakhir Nemik.
Kisah pun ditutup dengan cemerlang di Empire, di mana semua petinggi Biro Keamanan berkumpul. Enggak ada orang yang boleh tidur, setelah ancaman yang diremehkan ini nyata mengancam mereka.
***
Show, don’t tell, adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan The Eye alias episode 6 musim tayang satu ini. Andor memang sedari awal diplot sebagai pahlawan, tetapi film yang baik enggak akan banyak-banyak membuang narasi untuk meyakinkan penonton.
Andor, dengan cara eksklusif, menunjukkan terlebih dahulu sisi gelap Cassian Andor, kemudian menunjukkan sisi jantan dan pahlawannya pada saat yang tepat. Apalagi kalau bukan saat ia menembak Skeen dan menolak berkhianat.
Dengan cerita yang asyik dan penutup yang bikin penasaran, tentu kita enggak sabar menunggu Andor episode selanjutnya. Kira-kira, ancaman apa lagi yang akan dibuat para pemberontak?