Kupu-Kupu Malam episode kedua memang enggak seseru episode pertama, tetapi ini bisa dimaklumi karena ia adalah episode transisi dari pengenalan yang intens dan panas. Bahkan, pada episode kedua ini, kita dibuat kesal dengan sempitnya pilihan yang dimiliki Laura (Flo) dan bagaimana nasib seolah enggak berpihak kepadanya.
Episode ini dipenuhi dengan “tangan tuhan”, tetapi dalam arti yang negatif. Garis nasib seolah memaksa Laura untuk menyerah: menyerah dengan kemiskinannya, menyerah dengan penyakit adiknya, menyerah dengan uang orang kaya yang seolah bisa membeli semuanya.
Episode 2A dan 2B: Prinsip yang Ditanggalkan
Pencarian dan obsesi Arif enggak berhenti, bahkan makin dalam. Merasa seperti seorang pria yang mampu membeli segalanya, Arif serasa mampu membeli Laura. Namun, prinsipnya menghalangi ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia bahkan terlihat arogan saat menunjukkan bahwa ia pelanggan tetap Mami Rachel yang bisa membayar di atas rata-rata.
Episode ini agak menyebalkan karena banyak hal. Pertama, Mami Rachel seolah hanya berkedok sebagai penyelamat saja, tetapi sebetulnya ia justru semakin menjerumuskan Laura. Karena, Mami Rachel memberikan solusi dengan menyuruh Laura menanggalkan prinsipnya: menemui Arif Dirgantara lagi.
Selain itu, Arif Dirgantara dengan segala kekayaannya memaksa Mami Rachel, memberikan tekanan seolah keberlangsungan hidup Mami Rachel bergantung kepadanya. Secara kebetulan, adik Laura kritis dan harus dibawa ke ICU.
Kondisi ini pun seolah memaksa Laura untuk menanggalkan prinsipnya. Ya, selamat datang di dunia nyata, di mana orang yang bisa “memegang prinsip” hanyalah ia yang punya uang dan kekuasaan. Namun, kesalahan memang juga terletak pada Laura, karena jalan yang ia pilih adalah jalan hitam di bawah aturan, norma, dan juga hukum agama, jadi, bagaimana bisa ia “sok berprinsip” saat ia memasuki dunia yang jelas-jelas hitam dan ilegal ini?
Meski begitu, Laura memberikan syarat bahwa ia baru akan melayani setelah selesai mengurus sang adik.
***
Pada episode kali ini, kita dibuat kasihan dengan Laura. Episode ini pun menunjukkan wajah asli Pak Arif, yang ternyata lebih kejam daripada yang ia tampakkan. Pak Arif, enggak terlihat berusaha untuk melindungi dan menolong Laura. Apa yang ia rasakan bukanlah cinta, melainkan obsesi.
Bahkan, Pak Arif enggak menghormati prinsip Laura. Baginya, Laura adalah sesuatu yang dapat menjadi kesenangan atau hobi barunya. Laura hanyalah barang, sesuatu yang bisa dinego dan dipertukarkan hanya karena nasib dan finansialnya lebih buruk.
Apa yang akan terjadi di episode selanjutnya? Akankah hubungan mereka berdua berlanjut? Ataukah serial ini akan menjadi serial klise yang memosisikan Pak Arif sebagai “pria dingin tapi keren” love interest tokoh utama? Ikuti terus di WeTV.