5 Kelebihan Film Ipar adalah Maut Mengemas Kisah Perselingkuhan

Dalam 12 hari, film besutan MD Pictures Ipar adalah Maut telah berhasil menembus 2,6 juta penonton. Hal ini tentu merupakan sebuah kesuksesan besar untuk ukuran film Indonesia. Bukan hanya peraihan jumlah penonton, Ipar adalah Maut juga sukses secara kualitas. Kendati ada sedikit catatan, komentar positif banyak dilontarkan para kritikus film.

Ipar adalah Maut diambil dari kisah viral yang diceritakan ulang oleh seorang selebritas Internet mengenai pernikahan bahagia Aris, seorang dosen, dan Nisa, mantan mahasiswinya. Pernikahan mereka dikaruniai seorang anak perempuan. Suatu hari, Nisa diminta ibunya untuk menampung Rani, adiknya yang berkuliah di tempat mereka. Hal yang awalnya terlihat biasa ini nyatanya menjadi badai di pernikahan mereka: Aris berselingkuh dengan Rani.

Premis perselingkuhan memang sudah banyak digunakan di berbagai serial televisi, VOD, sampai film. Enggak banyak produk visual yang mampu mengemas isu perselingkuhan dengan baik. Salah-salah, cerita itu justru bisa terlihat berlebihan dan terlalu dangkal.

Namun, layaknya serial WeTV Layangan Putus, Ipar adalah Maut bisa mengemas perselingkuhan dengan plot dan penceritaan yang baik, seolah mementahkan prasangka beberapa pihak bahwa film ini kualitasnya bakal kayak FTV. Apa yang membuat Ipar adalah Maut berhasil menjadi film perselingkuhan yang bermutu? Sisi-sisi apa yang menjadi kelebihan dari film ini? Mari simak di sini.

Kelebihan Film Ipar adalah Maut Mengemas Kisah Perselingkuhan

Penokohan yang Manusiawi

Perselingkuhan film Ipar adalah Maut
Ipar adalah Maut via Istimewa

Dalam serial-serial televisi yang berkutat dengan kisah azab dan masalah keluarga, kita kerap menemukan penokohan yang terlalu hitam dan putih. Pelaku selingkuh dan orang ketiga kerap digambarkan terlalu kejam, seolah mereka memang lahir di dunia dengan sifat yang sangat buruk, enggak punya sisi manusia sama sekali.

Perselingkuhan antara Aris dan Rani, yang bisa kamu simak lebih lengkap di ulasan KINCIR, memang bukan sesuatu yang patut untuk dimaafkan. Bahkan, bisa dibilang kesalahan ada pada Rani dan Aris, mengingat Nisa telah menjadi istri dan ibu yang baik. Namun, Ipar adalah Maut menggambarkan Aris dan Rani dengan manusiawi. Aris digambarkan sebagai pria yang awalnya bertanggung jawab dan berada di jalan yang lurus.

Perselingkuhannya dengan Rani terjadi karena pertemuan yang terlampau sering dan ketidakmampuan Aris untuk menahan nafsunya untuk mencari selingan dari rutinitas pernikahan yang membosankan. Aris, biar bagaimana pun, enggak digambarkan sebagai sosok yang terlampau villain bahkan saat ia dikonfrontir oleh istrinya terkait hal ini.

Rani, yang masuk ke dalam rumah tangga Aris dan kakaknya, juga enggak langsung digambarkan sebagai penggoda yang enggak tahu diri. Kita bisa melihat bahwa Rani awalnya juga merasa bingung dan bimbang dengan perbuatannya. Ada hal-hal yang mendorongnya melakukan hal ini, bukan serta-merta menjadi tabiatnya menjadi seorang penggoda suami orang.

Nisa pun enggak digambarkan sebagai karakter istri yang pasrah. Ia cukup tegas, mandiri secara finansial, dan ia memiliki amarah yang sangat manusiawi saat mengetahui perselingkuhan ini. Tentu hal itu berbeda dengan kebanyakan serial di televisi yang kerap menggambarkan korban perselingkuhan sebagai sosok yang pasrah, mudah dibodohi, dan hanya bisa meratapi nasib.

Character Development yang Apik

Rani via Istimewa

Lydia, yang dari segi fisik, penampilan, serta sifat digambarkan sebagai perempuan yang menggoda, tentu enggak sulit untuk ditempatkan sebagai sosok orang ketiga. Namun, seorang Rani, yang awalnya merupakan mahasiswi lugu, kemudian ditempatkan sebagai orang ketiga, tentu merupakan sebuah tantangan besar, dan film ini cukup berhasil dalam merancang character development-nya.

Kalau kamu sudah menonton film ini, kamu pasti tahu apa saja hal-hal yang sudah dialami Rani. Sebagai seorang perempuan Islami, awalnya ia tahu bagaimana ia harus menempatkan diri di rumah kakak ipar dan kakaknya. Ia bahkan merasa malu saat keluar tanpa jilbab dan enggak sengaja bertemu Aris.

Namun, adanya kejadian di kampus yang membuatnya trauma serta perilaku Aris kepadanya yang cenderung masuk ke perilaku grooming, membuat character development-nya sebagai perebut laki orang menjadi utuh dan believable. Bahkan, kita bisa dibuat bertanya-tanya: apakah sebetulnya Rani adalah korban, mengingat sebagai perempuan yang baru beranjak ke usia dewasa muda, pemikirannya kurang matang dan mudah dimanipulasi?

Perkembangan karakter yang apik juga terjadi pada Aris. Film ini berhasil membuat kita bisa memahami bagaimana seorang pria yang lurus, pekerja keras, dan penyayang keluarga bisa jatuh ke lubang dosa. Kehidupan Aris yang awalnya sempurna memang terkesan monoton, bahkan ada kecenderungan bahwa jauh di dalam hatinya, Aris memang mudah tertarik pada gadis yang muda. Istrinya pun sebelumnya adalah mahasiswi di kampusnya.

Jadi, perselingkuhannya dengan Rani berjalan secara natural dan sudah punya dasar yang kuat. Di balik kemasannya yang lurus, Aris seolah memang mencari sparks dan warna, serta menginginkan memori “memacari gadis muda” yang dulu pernah ia dapatkan sebelum ia menikah. Hal-hal yang menantang semacam itu, ia dapatkan saat berselingkuh dengan Rani.

Sosok Nisa, sebagai anak sulung yang mandiri dan istri yang baik, juga punya perkembangan yang rapi. Kebaikan hatinya enggak lantas membuatnya pasrah. Ia bisa sangat marah dan berubah menjadi sosok yang mengerikan saat mengetahui apa yang disembunyikan sang suami. Dan bagusnya, dalam adegan pertengkaran ini, kita juga bisa melihat kerapuhan sang suami dan ketakutannya akan perbuatannya sendiri.

Akhir yang Realistis

Aris via Istimewa

Film ini bermaksud memberikan pesan berdasarkan hadis Nabi dalam Islam yang memperingatkan bahwa hubungan dengan ipar sebaiknya dijaga batasannya, jika enggak, maka mautlah yang akan muncul. Maut yang dimaksud bukan tentang kematian saja, tetapi tentang akhir yang buruk. Akhir dalam film ini enggak memberikan kebaikan bagi tokoh-tokoh yang berselingkuh. Nah, Ipar adalah Maut enggak menyajikan ending yang tragis layaknya FTV pada umumnya, melainkan ending buruk yang wajar dan bahkan bisa menjadi kontemplasi bagi para penonton.

Setelah tragedi yang terjadi di dalam rumah tangga, tentu pernikahan Aris dan Nisa enggak berlanjut. Nisa yang mandiri move-on, Aris dan Rani mendapatkan risiko dari apa yang mereka perbuat. Namun, ending-nya cukup terbuka, sehingga membuka ruang imajinasi bagi penonton bahwa mungkin Nisa akan belajar untuk bisa ikhlas menerima kenyataan serta menjelang kehidupan yang lebih baik bersama anaknya –walaupun keluarganya enggak sesempurna dulu.  Sementara itu Rani dan Aris mungkin akan belajar dari kesalahan besarnya untuk kemudian berubah menjadi orang yang lebih baik.

Proses yang Alami

Aris dan Rani via Istimewa

Perselingkuhan Aris dan Rani baru terjadi sekitar satu jam setelah film ini dimulai. Sebelumnya, kita akan melihat pembangunan cerita yang cukup kuat mengenai pernikahan Aris dan Nisa yang terlihat happily ever after. Kita juga bisa menyelami relasi mesra mereka dan bagaimana mereka membangun rumah tangga sewajarnya banyak pasangan muda lainnya. Karakterisasi Rani pun dibangun dengan baik lewat interaksinya dengan sang kakak, kakak ipar, dan cerita-ceritanya di kampus.

Maka dari itu, ketika penonton sampai ke kisah perselingkuhan, mereka enggak akan kaget. Soalnya, jalan menuju ke sana sudah dibangun dengan baik.

Sinematografi yang Cukup Apik

Nisa via Istimewa

Shot-shot dalam Ipar adalah Maut memang bukan yang istimewa, tetapi cukup apik dan bikin nyaman. Bahkan, film ini cukup berani mengambil shot-shot yang agak steamy, tetapi enggak terlampau vulgar untuk menggambarkan bahwa perselingkuhan di antara Aris dan Rani berlangsung secara intens dan udah di luar batas.

Pengambilan gambar yang cukup baik juga bisa dilihat saat adegan pertengkaran besar antara Nisa dan Aris. Mengambil adegan pertengkaran memang bukan hal yang mudah. Salah-salah, adegan semacam ini bisa terlihat dangkal seperti kebanyakan FTV yang terlalu sering mengambil close shot di bagian wajah untuk menimbulkan kesan dramatis. Adegan pertengkaran Nisa-Aris memang enggak se-memorable adegan “tampar aku, Mas” dari film Noktah Merah Perkawinan atau “it’s my dream” dari serial Layangan Putus, tetapi pengambilan gambar dari adegan ini cukup intens dan menegangkan.

Overall, Ipar adalah Maut memang bukan cuma menyajikan topik perselingkuhan yang bombastis, tetapi merangkainya menjadi sebuah tontonan yang menarik dan menginspirasi para penonton. Sudahkah kamu menonton Ipar adalah Maut?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.