5 Alasan yang Bikin Ju-On: Origins Gagal Meneror

– Hal-hal yang melatarbelakangi gagalnya Ju-On Origins.
– Gagal meneror bukan berarti serial horor ini jelek, lho!

Kejayaan Ju-On mungkin dirasakan belakangan setelah The Ring meski film franchise-nya merupakan salah satu film horor yang cukup melegenda. Kalau dalam The Ring ada Sadako, Ju-On juga terkenal dengan Kayako dan Toshio, dua “hantu” yang jadi ikon dalam franchise film ini.

Mengingat kesuksesan film pertamanya, Ju-On: The Curse, pada 2000, franchise ini berhasil melahirkan total 13 film, dengan film terakhir adalah The Grudge yang merupakan reboot adaptasi dari film versi Hollywood-nya yang rilis pada Januari 2020.

Nah, enggak lama setelah perilisan The Grudge yang dinilai cukup mengecewakan, Netflix ternyata masih tertarik buat mengangkat serialnya yang dirilis pada Juli 2020 ini. KINCIR sepakat bahwa Ju-On: Origins berhasil mempertahankan orisinalitas dari franchise-nya dan jauh lebih baik dari beberapa film terakhir Ju-On yang kesannya dibuat cuma buat menghidupkan hype yang udah padam. Kalau kalian mengikuti franchise filmnya, kalian mungkin merasa butuh jawaban dan bukannya malah dibikin lelah sama teror yang berkepanjangan.

Nah, usaha inilah yang dilakukan dalam serialnya. Namun sayangnya, memberikan jawaban belum tentu bikin serial ini juga sehoror filmnya. Soalnya, KINCIR merasa Ju-On: Origins ini justru gagal meneror. Tentunya, gagal meneror belum tentu buruk. Akan tetapi, teror yang biasanya lekat sama Ju-On memang kayaknya bukan nilai jual utama serial ini.

Buat membuktikannya, langsung aja lihat di artikel ini, ya.

1. Mini Seri Penuh Teka-teki

Buat sebuah mini seri, Ju-on: Origins bisa dibilang cukup penuh teka-teki. Sampai episode keempat, kalian bahkan masih bakal dibuat bertanya-tanya, apa yang terjadi dan menunggu jawabannya diberikan. Meski kalian yang familier sama franchise filmnya mungkin bisa mengaitkan kepingan puzzle yang diberikan, buat penonton baru, serial ini bisa cukup membingungkan.

Namun, teka-teki yang disajikan sebenarnya bukan tanpa dasar. Kalian memang diajak buat mengikuti “takdir” yang menunggu orang-orang yang bersentuhan langsung sama rumah terkutuk itu. Semuanya ganjil dan enggak bisa dijelaskan dengan nalar

Namun, karena terlalu banyak, akhirnya porsi buat yang horor-horor ini jadi berkurang. Teror yang ada bukan Kayako dan Toshio yang tiba-tiba muncul atau suara kucing menggeram dari antah berantah. Teror yang disajikan justru kegilaan manusia yang dianggap mengganggu buat para penonton. Pemerkosaan, kekerasan terhadap perempuan dan anak, pembunuhan, you name it.

2. Sentimental

Selama ini, kalian mungkin enggak ingat bahwa Ju-On adalah kisah tentang KDRT yang berakhir buruk. Takashi Shimizu, sang kreator sekaligus sutradara franchise filmnya, memang memasukkan unsur ini sebagai latar belakang ceritanya. Namun, dalam Ju-On: Origins, kalian justru diajak menyelami sejauh mana kekerasan ini berdampak terhadap orang-orang yang terlibat.

Bermula dari kekerasan yang dilakukan oleh Hiroshi Sunada, kekerasan lainnya pun mengikuti di belakangnya. Meski tragedinya udah berlalu, ternyata ingatan akan peristiwa mengerikan yang terjadi enggak pernah hilang dan terekam terus di rumah itu.

Makanya, ada siswi SMA yang hidupnya hancur, anak laki-laki yang jadi korban KDRT, pasangan suami-istri yang selingkuh lalu membunuh pasangan masing-masing, hingga sepasang kekasih yang harus menemui kematian. Memang, ada kisah yang menghanyutkan, hangat meski cuma sebentar, bikin kalian dipenuhi rasa simpati yang mengalahkan teror yang terjadi.

Bagaimana pun, seseorang yang penuh dendam pada akhirnya korban dari dendam itu sendiri. Unsur sentimental inilah kalian jadi lumayan bisa menarik napas sebentar dan enggak terus-menerus dikasih tegangan.

3. Ada Banyak Cerita

Judulnya aja Ju-On: Origins. Jadi, serial ini memang dibuat untuk memberikan gambaran soal asal mula berbagai teror yang disebabkan oleh rumah terkutuk yang populer dalam franchise Ju-On. Akan tetapi, serial ini gamblang bilang bahwa ini bukan mitos, melainkan kisah nyata yang benar-benar terjadi.

Pernyataan ini akhirnya membawa kalian kepada berbagai cerita yang melatarbelakangi tersebarnya mitos soal Perempuan Berbaju Putih dan rumah terkutuk yang selama ini jadi cerita utama dalam franchise Ju-On.

Ada siswi SMA yang diperkosa lalu muak akan hidupnya, membunuh ibunya, lalu kabur bersama laki-laki yang memperkosanya. Namun, hidup enggak lebih baik ketika Kiyomi Kawai kabur bersama Yudai Katsuragi. Anaknya terus-terusan dipukuli, begitu juga Kiyomi. Lalu, ada Haruka Honjo, seorang artis, yang kehilangan pacarnya, Tetsuya Fukazawa, setelah Tetsuya mengunjungi rumah itu. Dia mau membelinya buat ditempati setelah menikah dengan Haruka.

Ada juga seorang suami yang selingkuh sama mantan pacarnya saat SMA, padahal mereka sama-sama sudah berkeluarga. Mereka kemudian merencanakan buat membunuh pasangan masing-masing, tapi rencana mereka gagal dan malah menyisakan kisah tragis lainnya. Terakhir, keluarga baru lainnya yang mengabaikan peringatan tentang betapa berbahayanya rumah itu pada akhirnya juga mengalami nasib yang sama.

Semuanya dimulai dengan Hiroshi Sunada menyiksa dan memperkosa seorang perempuan hingga hamil. Perempuan ini kemudian membunuh Hiroshi sebagai pembelaan diri dan berhasil melahirkan bayinya. Namun, bayi ini enggak pernah ditemukan.

Nah, kisah yang bercabang-cabang ini bikin kalian harus fokus buat memahaminya, apalagi kayaknya rumah itu enggak mengenal waktu sehingga apa yang terjadi di masa depan bisa jadi bersinggungan sama masa lalu. Hal ini bikin kalian malah jadi lebih fokus ke ceritanya dan mengabaikan keberadaan hantu yang mengutuk yang jadi dasar Ju-On.

4. Ju-On: Origins Bukan “Film Hantu”

Soalnya, kalau kalian mengharapkan bakal menemukan banyak jumpscare dan kemunculan Perempuan Berbaju Putih yang nantinya dikenal sebagai Kayako, kalian pasti bakal kecewa.

Yap, jumpscare-nya memang minim banget di serial ini, begitu juga kemunculan sosok hantu. Enggak kayak film-film dalam franchise Ju-On, serial ini bisa dibilang enggak mengagungkan hantu-hantunya kayak yang selama ini dilakukan Takashi Shimizu.

DalamJu-On: Origins ini, para hantunya masih berwujud “manusia” karena enggak berjalan merangkak, terbalik, atau bertindak mengerikan. Yang para hantu ini lakukan masih manusiawi meski kejam. Jadi, sosok hantu di sini enggak lebih relevan daripada berbagai kisah tragis yang melingkupi para karakter lainnya.

5. Lebih Rasional

Nah, bisa jadi ini juga alasan kenapa Ju-On: Origins enggak terasa meneror sepanjang episodenya. Selama ini, kalian selalu disajikan nasib buruk yang menimpa para karakternya cuma karena mereka masuk ke rumah legendaris itu atau berinteraksi sama orang yang pernah masuk ke rumah itu. Penjelasannya cukup mudah: mereka dikutuk Kayako yang dendam kesumatnya tertinggal dan terekam di rumah itu dan terus berulang.

Nah, dalam Ju-On: Origins, kalian dikasih sudut pandang berbeda. Serial ini menempatkan Kayako sebagai mitos dan mengedepankan fakta buat menjabarkan kenapa rumah yang mengutuk itu bisa ada.

Makanya, jangan heran juga kalau kalian enggak mendengar nama Kayako atau Toshio dalam serial ini. Para “korban” Kayako itu adalah orang-orang yang menjalani hidupnya kayak biasa, tadinya. Mereka pasangan biasa dan keluarga biasa yang senang dapat rumah murah di Tokyo.

Di sini, terjelaskan juga kenapa masih banyak orang yang mau tinggal di situ, terlepas dari tragedi dan kejadian tragis yang menimpa para penghuni sebelumnya. Detektif yang menangani kasus pembunuhan di rumah itu mendatangi agen properti yang menjual rumah itu berkali-kali dan bertanya apakah para pembelinya tahu soal peristiwa itu. Jawabannya, godaan rumah murah di Tokyo lebih besar daripada mitos yang enggak bisa dibuktikan kebenarannya. Bahkan, hal ini juga yang disampaikan pasangan terakhir yang jadi korban di rumah itu.

Karena segala hal jadi masuk akal, akhirnya unsur misterinya pun berkurang. Sosok penulis novel Yasuo Odajima yang enggak berakhir tragis kayak seluruh keluarganya pun cukup menghilangkan kesan teror yang identik dalam Ju-On.

***

Ju-On: Origins cukup berhasil mengambil jalan yang berbeda dari pendahulunya dalam menyajikan kengerian dari sebuah rumah yang penghuninya dikutuk oleh dendam penghuni sebelumnya. Namun, tetap ada harga yang harus dibayar, yaitu berkurangnya unsur teror yang selama ini identik sama franchise Ju-On.

Akan tetapi, kalau kalian selama ini enggak pernah mengikuti franchise Ju-On, serial ini bisa jadi permulaan buat kalian karena, bagaimana pun, Netflix jelas punya niat menyambung serial ini karena akhir yang menggantung. Nah, buat yang sudah nonton Ju-On: Origins di Netflix, bagaimana pendapat kalian?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.