Menjadi salah satu serial yang banyak ditonton di Netflix Indonesia sejak penayangan hari pertama, Gadis Kretek enggak cuma memberikan sajian isu sosial, tetapi juga kental akan kisah tentang hati yang sangat emosional.
Gadis Kretek, yang diangkat dari novel Ratih Kumala berjudul sama, bercerita tentang kisah dua masa yang berbeda. Kisah pertama adalah tentang pencarian Lebas, anak seorang pemilik perusahaan rokok kretek kaya raya bernama Soeraja, yang mencari sebuah nama.
Nama itu, Jeng Yah, disebut-sebut oleh sang Ayah, Soeraja, pada saat ia sekarat. Kisah kedua adalah tentang masa lalu Soeraja sebelum dikenal sebagai pemilik rokok kretek, saat ia masih bekerja di pabrik rokok rumahan Idrus Muria kala muda di kota M, dan jatuh cinta dengan anaknya, Dasiyah (Jeng Yah), yang mahir meracik saus kretek.
Menggunakan racikan kisah cinta, masa lalu, penyesalan, situasi politik yang panas, isu feminisme, persaingan, hingga keluarga dengan cara yang elegan, manis, dan enggak berlebihan, ada banyak adegan falam Gadis Kretek yang mengiris hati dan menguras air mata. Apa saja adegan yang paling emosional dari serial terbaru Netflix ini? Siapkan tisu dan mental kamu, ya.
7 Adegan paling emosional dalam serial Gadis Kretek
Pertemuan Seno dan Soeradja
Sejak awal, Dasiyah atau Jeng Yah memang sudah dijodohkan dengan Seno, anak Pak Tira. Namun, Jeng Yah enggak bisa membohongi diri karena ia masih mencintai Soeradja, laki-laki yang “dipungut” dari pasar oleh keluarga Idroes untuk bekerja di pabrik rumahan kretek Gadis. Untungnya, Seno sendiri seperti memahami hal itu dan enggak memaksa Jeng Yah untuk mencintainya.
Namun, ada banyak momen ketika Seno memang cemburu terhadap Soeradja. Momen pertama ini terlihat saat Seno lewat di depan Soeraja yang sedang bermain kembang api bersama pekerja pabrik rumahan Kretek Gadis. Pada saat itu, tatapan mereka berdua menyiratkan persaingan untuk memenangkan hati Jeng Yah.
Pernikahan Soeraja dan kedatangan Seno
Pernikahan Soeradja, setelah Jeng Yah keluar dari tahanan para terduga PKI, didatangi oleh Jeng Yah sendiri. Jeng Yah sendiri masih sangat sakit hati dan menawarkan Soeraja untuk memilih: ingin melanjutkan pernikahan ini atau memulai semua dari nol bersamanya. Sayang, Soeraja diliputi kebimbangan dan justru memilih “hidup mapan” bersama Purwanti, anak dari Djagad, pesaing Idroes Moeria.
Jeng Yah yang enggak kuat hati pun pulang dengan menangis dan menyusuri jalan sunyi. Di sana, ia bertemu dengan Seno yang kemudian menolongnya. Adegan ini sangat memperlihatkan cinta Seno yang tanpa syarat. Bahkan, walaupun ia tahu kepada siapa hati Jeng Yah berlabuh, ia selalu ada untuk Jeng Yah.
Jeng Yah berada di penjara
Kekejaman terhadap mereka yang baru diduga berafilisasi dengan PKI sebetulnya enggak diceritakan terlalu panjang. Namun, beberapa momen yang menggambarkan hal ini cukup kuat ditampilkan di serial Gadis Kretek, salah satunya saat para perempuan di tahanan diberikan makanan dalam bungkusan dengan cara ditendang.
Para gadis yang ada di dalam penjara itu pun berebut makanan karena mereka merasa sangat kelaparan. Jeng Yah, yang juga bersama gadis-gadis itu, terlihat menderita karena ditahan bertahun-tahun, dan hanya bisa mencari penghiburan lewat menulis dan juga mengharapkan pertemuan kembali dengan Soeraja yang sangat ia cintai.
Keberangkatan Seno ke Irian
Beberapa bulan setelah Seno menikah dengan Jeng Yah, Seno yang merupakan seorang tentara ditugaskan untuk berdinas ke Irian. Pada masanya, masih banyak konflik yang terjadi di sana dan dinas Seno berisiko sangat tinggi. Jeng Yah pun dengan berat hati melepaskan Seno.
Pada saat Seno pamit, enggak ada adegan ciuman yang terjadi. Namun, adegan saat Seno mencium kening Jeng Yah ini justru lebih kuat daripada adegan kissing, bahkan yang terjadi pada Soeraja dan Jeng Yah berulang kali. Ciuman kening Seno menandakan kasih sayang yang dalam kepada Jeng Yah, dan menyiratkatkan pesan bahwa di mana pun ia berada, Seno akan selalu mencintai dan ingin pulang ke Jeng Yah. Hal itu, sayangnya enggak pernah terjadi karena Seno gugur dalam tugas.
Soeraja minta penjelasan dari ayah mertuanya
Sejak awal, Soeraja memang terlihat sangat mencintai Jeng Yah. Namun, ia berada pada dilema yang sulit diurai lantaran tuduhan PKI terhadap Idroes dan keluarganya. Soeraja pun awalnya mengira bahwa Djagad –yang notabene adalah saingan Idroes dalam hal usaha dan juga cinta, dulunya– memiliki jasa besar karena melindunginya –orang yang “dekat” dengan partai. Namun, ia juga lama-kelamaan tahu bahwa Djagad punya andil dalam masuknya nama Idroes ke dalam daftar orang-orang yang berafiliasi dengan PKI.
Soeradja pun melakukan konfrontasi ayah mertuanya terkait hal ini. Dengan culasnya, Djagad memberikan “ancaman” pada Soeraja bahwa kesuksesan butuh pengorbanan. Walaupun tahu bahwa Djagad berkontribusi pada penderitaan keluarga Jeng Yah, tetapi Soeraja nyatanya enggak bergeming dan tetap melanjutkan kesuksesan kretak Djagad Radja ke Jakarta –kretek yang ramuan sausnya mencuri ramuan saus kretek Gadis.
Pertemuan kembali Soeraja dengan Jeng Yah di stasiun
Stasiun kereta entah kenapa selalu sukses menjadi latar tempat yang romantis untuk bertemu dengan sesuatu yang membangkitkan kenangan manis ini. Formula tersebut pun sukses bikin hati kita meleleh dalam serial Gadis Kretek.
Bertahun-tahun setelah Soeraja hidup mapan bersama Purwanti dan memiliki tiga anak, ia melakukan perjalanan ke Kudus. Kereta sempat berhenti di kota M. Soeraja menceritakan bahwa setelah ia mulai melupakan Jeng Yah, ia pun melihat sosok Jeng Yah di balik jendela kereta, di antara keramaian dan segera turun.
Setelah menerima kemarahan Jeng Yah, Soeraja menjanjikan Jeng Yah kehidupan dari nol untuk mereka berdua, seolah lupa bahwa ia sudah memiliki tiga anak dengan Purwanti. Namun, karena kadung cinta, Jeng Yah menerima rencana itu bahkan mengiyakan pertemuan di stasiun kereta kota M seminggu kemudian. Adegan saat Jeng Yah mendapatkan penjelasan dari Soeraja dan merencanakan pertemuan kembali adalah adegan penuh harapan, penuh kasih, walaupun kita pada akhirnya tahu pertemuan itu enggak pernah terjadi.
Kematian Jeng Yah, mulai dari kisah Arum
Momem-momen flashback menjelang kematian Jeng Yah diceritakan secara singkat, enggak sepanjang kehidupan Jeng Yah. Bahkan, enggak ada kisah pemakaman layak Jeng Yah, lantaran kematiannya pun hanya diketahui oleh Rukayah dan Eko, orang yang menjadi asistennya meracik saus –mungkin karena status Jeng Yah sebagai eks tapol (tahanan politik). Namun, meskipun singkat, tetapi adegan ini cukup kuat dan mampu menggambarkan betapa mirisnya kehidupan Jeng Yah. Sakit yang ia derita dan kematian seolah menjadi batu sandungan singkat yang mampu mematahkan mimpi-mimpi, harapan, hingga rencana yang akan ia bangun bersama sang anak dan juga Soeradja.
Momen ini digambarkan dengan melemahnya tubuh Jeng Yah, batuk-batuk berdarah yang terpercik di kertas-kertas catatan, hingga bagaimana Jeng Yah harus terbaring di tempat tidur, enggak mampu mengurus sang anak. Jeng Yah, sekuat apa pun ia, adalah manusia biasa yang enggak dapat melawan takdir. Ketika tiba saatnya kematian menjemput, ia harus “kembali”.
Nuansa emosional momen ini diperkuat dengan adegan sebelumnya, di mana Arum yang sowan memberi tahu tentang memori tersebut kepada Soeradja. Momen ini memberikan pencerahan kepada Soeraja tentang alasan kenapa Jeng Yah enggak menemuinya di stasiun, sekaligus perlahan membuatnya bangkit dari perasaan bersalah dan penasaran selama berdekade-dekade.
Soeraja tua membayangkan sosok Jeng Yah
Banyak karya yang memberikan sentuhan kombinasi antara kenangan masa lalu dan masa kini, tetapi enggak semuanya berhasil menciptakan momen yang kuat dan manis. Gadis Kretek, di sisi lain, mampu menciptakan hal itu.
Saat Soeraja tua kembali ke kota M serta menengok kembali tempat Jeng Yah biasa meracik saus kretek, saat itulah ingatannya kembali kepada sosok Jeng Yah dan senyumannya yang hangat. Kemudian, sosok Soeraja tua pun berganti menjadi sosok Soeraja muda yang dulu berjuang bersama Jeng Yah dan pernah sangat mencintainya. Peralihan masa lalu dan masa kini dalam adegan tersebut berjalan secara smooth dan melumerkan hati siapa pun yang pernah punya kenangan berharga tentang seseorang di masa lalu.
Adegan Purwanti dan Rukayah makan bersama
Ada begitu banyak “korban” yang dihasilkan dari perilaku licik Djagad, dan anak perempuannya, Purwanti, sebetulnya masuk ke dalam daftar tersebut. Hidup Purwanti terasa flat dan ia digambarkan sebagai perempuan yang “enggak tahu apa-apa” dan terlalu naif untuk memahami semuanya.
Namun, Purwanti sebetulnya juga patut dikasihani. Pasalnya, Purwanti, terlepas dari kesuksesan ayahnya, enggak pernah betul-betul mendapatkan cinta dari sang suami. Selain itu, ia terus menyembunyikan rasa bersalah yang diakibatkan “dosa” ayahnya di masa lalu. Ia enggak tahu bagaimana cara menebusnya, sampai ia kemudian mengakui semua kesalahan sang ayah kepada anak-anaknya, mengizinkan suaminya untuk menengok kembali kenangannya dengan Jeng Yah, dan juga bertemu dengan Rukayah.
Setelah pemakaman Soeradja, Purwanti pun makan bersama Rukayah, anggota keluarga Idroes yang tersisa. Momen saat keduanya bercengkerama menandakan berakhirnya “persaingan” dan semua penderitaan. Purwanti menerima kenyataan bahwa resep ayahnya memang berasal dari resep Gadis, dan Rukayah pun sudah bisa berdamai dengan segala kepahitan di masa lalu yang menimpa keluarganya.
Seperti saus kretek, serial Gadis Kretek menciptakan ramuan kuat yang memberikan begitu banyak perwujudan rasa. Ini adalah kisah emosional bukan cuma tentang perjuangan gender, tetapi tentang root (akar) dari keluarga yang harus kita rangkul dan pahami, serta bagaimana memaafkan orang lain serta diri sendiri. Wajar jika ada begitu banyak adegan emosional yang menguras air mata di serial ini.
Gadis Kretek bisa kamu tonton di Netflix sekarang juga.