Mungkin ada benarnya juga bahwa serial keren yang direncanakan cuma ada satu musim diselesaikan aja pada musim pertama itu. Soalnya, ketika ditambahkan, pasti sulit untuk bikin puas. Hal ini juga terjadi kepada 13 Reasons Why yang selesai memasuki musim ketiganya.
Enggak pakai disaring lagi, beberapa kritikus bahkan menyebutkan musim ketiga ini sebagai serial yang konyol dan membosankan. Saat ini, rating-nya cuma bertahan di angka 7% di Rotten Tomatoes, sedangkan audience score-nya berada di angka 47%.
Mengejutkan, sih, memang, tapi bukan berarti enggak tertebak. Soalnya, musim keduanya juga cuma mendapatkan skor 25% di situs yang sama. Nah, buat kalian, KINCIR mencoba menganalisis lima hal penting yang bikin 13 Reasons Why gagal mendapat pujian penggemar dan kritikus. Yuk, simak!
1. Tokoh baru yang tahu segalanya
Kasus Hannah selesai, 13 Reasons Why jadi kehilangan sosok ikonisnya. Akhirnya, buat mengalihkan perhatian dan juga pengalihan isu, dimunculkanlah karakter Ani Achola, seorang murid pindahan dari Inggris.
Ani jadi sosok yang superior dan menonjol sebagai anak baru. Saking menonjolnya, Ani bahkan bisa berteman dengan mudah hampir sama siapa aja yang baru ditemuinya.
Di musim pertamanya, kalian banyak tahu soal Hannah karena memang dia sendiri yang cerita. Dia juga yang jadi pusat masalah di musim pertama yang isinya memang 13 alasan kenapa dia bunuh diri.
Jadi, wajar jika Hannah yang jadi sosok omnipresent. Akan tetapi, menempatkan Ani di posisi yang sama kayak Hannah rasanya enggak tepat dan dipaksakan.
2. Anak SMA yang super kepo
Clay Jensen dan kawan-kawannya di Liberty High School ternyata semakin berlagak jadi detektif di musim ketiga ini. Mungkin juga karena mereka telah melalui banyak hal di dua musim sebelumnya, mungkin juga karena mereka memang tiba-tiba kepo aja.
Saking keponya, nih, bahkan Clay dan Ani bisa seenaknya aja masuk ke kamar seseorang dan mengambil “bukti” yang mendukung berbagai dugaan mereka. Ya, mirip detektif, sih, tapi, kok bisa?
3. Isu besar yang jadi receh
Ini salah satu yang paling mengganggu sepanjang musim ketiga ini, sih. Kalian memang bisa lihat Bryce Walker jadi bulan-bulanan di musim ini. Si perundung memang malah jadi yang dirundung.
Namun, itu bukan alasan untuk membesar-besarkan isu kekerasan seksual yang malah jadi terlihat receh karena ditangani oleh anak SMA. Pada akhirnya, mereka cuma anak SMA yang tindakannya tetap berdasarkan emosi sepihak.
4. Terlalu banyak masalah
Serial ini membawa kasus pembunuhan Bryce sebagai sorotan. Tapi, lebih dari itu, banyak banget isu sosial remaja dan masyarakat yang diangkat dalam musim ketiga ini. Saking banyaknya, kalian mungkin bisa bingung sebetulnya serial ini tentang apa.
Sebetulnya, musim ketiga ini cukup berani menampilkan sisi lain Bryce si pemerkosa yang ternyata enggak jahat-jahat banget. Musim ketiga ini enggak cuma membahas masalah yang melingkupi Bryce, tetapi juga Tyler, Montgomery, Alex, bahkan Clay!
Yap, masalah yang terlalu banyak itu jadi masalah juga karena diceritakan dari sudut pandang Ani Achola. Sosok Ani yang mengetahui semua masalah dan menjadi narator di musim ketiga ini bisa jadi pilihan yang buruk.
Ani pun gagal meraih simpati penggemar serial ini dan pemerannya, Grace Saif, malah dirundung di media sosial! Yah, itu jadi masalah lainnya dari musim ketiga ini yang memang terlalu banyak masalah.
5. Kehabisan alasan untuk melanjutkan serialnya
13 Reasons Why mungkin memang seharusnya berakhir di episode 13 musim pertama. Soalnya, setelah Hannah mengungkapkan alasan kematiannya dan orang-orang di sekitarnya tahu kenapa dia bunuh diri, itu adalah akhir yang pas buat 13 Reasons Why.
13 Reasons Why berlanjut bahkan sampai musim ketiga karena sengaja menempatkan akhir yang menggantung dan membiarkan nasib para karakter di dalamnya enggak jelas.
Kalau dulu benang merah 13 Reasons Why terhubung oleh kaset diari Hannah, di musim selanjutnya, khususnya musim ketiga ini, benang merah yang ada merupakan rentetan kebetulan yang awalnya bikin salah paham.
Jadi, musim ketiga bisa dibilang memang drama kenakalan remaja yang dipanjang-panjangin.
***
Bagaimana menurut kalian? Setuju sama alasan KINCIR di atas? Atau mungkin kalian malah punya pendapat lain? Bagikan di kolom komentar, ya.