Julia adalah serial Amerika yang memusatkan ceritanya pada sosok Julia Child, seorang ibu rumah tangga yang kemudian menjadi populer berkat program televisi yang dipandunya, The French Chef.
Musim perdananya tayang mulai 31 Maret 2022 di HBO Go. Delapan episodenya yang diberi judul sesuai masakan yang diolah Julia membuat penonton terpesona dan akhirnya mencandunya. Tak butuh waktu lama bagi HBO untuk memperpanjangnya ke musim kedua.
Musim keduanya sendiri sudah ditayangkan sejak 16 November 2023 dan episode terakhir akan tayang pada 14 Desember. Melihat respon positif penonton bukan tak mungkin serial ini kembali akan diperpanjang ke musim berikutnya.
Review Julia (2023)
Diplomasi masakan
Tahun 1963. Amerika tersentak dengan kehadiran Julia Child. Seorang ibu rumah tangga biasa yang kenes, bertubuh tinggi besar dan berwajah menyenangkan.
Julia sudah tak lagi muda namun ia masih punya mimpi. Di usianya yang ke-50, ia punya mimpi besar: memperkenalkan masakan Prancis agar bisa diolah dengan mudah oleh ibu rumah tangga di seluruh Amerika.
Ia yang tak pernah dilatih untuk menjadi bintang televisi dengan mudah menaklukkan hati pemirsa Amerika. Dengan segala kekenesannya dan ketidaksempurnaannya, ia mengolah masakan demi masakan agar bisa ditiru dengan mudah oleh para istri untuk dihidangkan kepada suaminya saat makan malam. Sosoknya hadir di jutaan ruang tamu di Amerika dan resep masakannya menjadi favorit di ruang makan. Bahkan hingga ke restoran.
Melalui serial yang kini tayang musim keduanya di HBO Go, kita melihat bagaimana Julia bergulat dengan mimpi dan urusan rumah tangganya. Kita juga melihat bagaimana awalnya Paul, suaminya, tak mendukung mimpi Julia sepenuhnya. Tapi ia tak gentar, ia percaya mimpi patut diperjuangkan.
Julia dan kegigihannya mengejar mimpi
Program acara The French Chef nyaris tak diproduksi karena petinggi televisi tak percaya acara masak-memasak akan disukai pemirsa. Tapi Julia gigih dan mempertaruhkan uang pribadinya untuk memproduksi episode percobaan (pilot project).
Perjuangannya belum selesai karena episode pilot ini pun dinilai tak menarik, kritik terbesar justru ditujukan pada penampilannya yang khas. Tapi sebagaimana riset Angela, hasrat dan kegigihan terfomulasi dalam diri Julia dan membuatnya memperjuangkan sepenuh hati apa yang diyakininya. Dan selebihnya adalah sejarah.
Sekali lagi sebuah kisah tentang Julia Child
Sebelum serial Julia menayangkan musim perdananya tahun lalu, kita sudah mengenal Child melalui penampilan cemerlang Meryl Streep dalam Julie & Julia. Berkat kesungguhannya menjadi memerankan karakter ikons ini, Meryl bahkan dinominasikan meraih Oscar di tahun 2010.
Tapi Julie & Julia tak memberi ruang yang lebih lapang bagi penonton untuk memahami siapa sesungguhnya Julia Child, bagaimana awalnya ia tertarik pada masakan dan menjadikannya bagian dari dirinya dan terutama bagaimana hingga ia bisa merasuk ke dalam ruang tamu jutaan rumah tangga di Amerika melalui siaran televisi yang dipandunya.
Serial Julia yang tayang sebanyak 8 episode di musim perdananya memberi gambaran yang lebih komplit tentang sosok Child. Dan kita melihat sosok perempuan biasa, yang sesungguhnya tak cukup atraktif dan tak cukup muda untuk tampil di layar kaca, dan juga tak terbayangkan akan menjadi bintang televisi. Namun kerja keras, akhirnya pengorbanan dan kegigihannya membuahkan hasil. Publik Amerika menyukai kekenesannya yang tak dibuat-buat, kejujurannya yang selalu terasa tulus dan membuatnya menjadi lebih mudah disukai.
Dalam banyak hal pada akhirnya kita akan membandingkan bagaimana Meryl Streep di film dan Sarah Lancashire di serial memerankan sosok yang sesungguhnya sama namun dengan pendekatan yang justru sama sekali berbeda.
Sarah Lancashire tampil cemerlang sebagai Julia Child
Tentu saja tidak mudah untuk memainkan kembali seorang sosok yang sebelumnya telah dimainkan aktris kaliber dan membuatnya dinominasikan meraih Oscar pula. Terlebih jika banyak hal yang secara fisik sesungguhnya terlihat sejumlah perbedaan.
Sarah Lancashire sejak awal menyadari bahwa dirinya tak setinggi Julia, posturnya jelas berbeda, bentuk wajahnya pun tak mirip. Alih-alih mencoba menyamakan diri mati-matian secara fisik dengan sosok Julia aslinya, Sarah justru berkonsentrasi penuh pada apa yang sesungguhnya dihadapi Julia keseharian, terutama kehidupannya di belakang kamera dan dinamika pernikahannya dengan Paul.
Sebagaimana dikutip dari Vulture, dalam prosesnya memahami sosok Julia Child, Sarah mencoba membedakan karakter Julia di depan dan di belakang kamera. “Ada Julia yang sangat umum dan Julia yang sangat tertutup dan yang pribadi seringkali lebih sulit ditemukan, “ ujar Sarah.
Ia, para penulis, dan sutradara melakukan banyak penelitian terhadap biografi Julia dan korespondensinya. Sarah menganggap surat-surat Julia kepada temannya, Avis DeVoto, sangat berguna, terutama dalam caranya “mengeluh tentang Paul dan mendapatkan pemahaman atas kebingungannya tentang hal-hal tertentu” — dan berbicara kepada orang-orang yang mengenalnya untuk memahami apa yang mungkin terjadi di balik penampilan karakter Julia Child.
Sebelum serial Julia tayang, nama Sarah Lancashire bisa jadi terdengar asing di telinga kita. Kita mungkin hanya sempat melihat penampilannya sekelebatan dalam film Yesterday (2019). Selebihnya kita tak tahu apapun tentang siapa aktris yang berasal dari Inggris tersebut. Namun berkat keuletannya mencoba memahami luar dalam siapa Child sesungguhnya, Sarah memeroleh rekognisi dari sejumlah ajang penghargaan bergengsi. Di tahun ini Sarah dinominasikan sekaligus oleh 2 ajang penghargaan, Satellite Awards dan BAFTA TV Awards.
Enam episode musim kedua yang lebih baik dari musim perdananya
Hingga 7 Desember lalu, enam episode serial Julia musim kedua telah ditayangkan di HBO Go. Terasa betul ada peningkatan kualitas yang signifikan dari musim perdananya. Musim kedua membahas lebih banyak soal bagaimana sosok Julia di belakang kamera, bagaimana persahabatan, rasa sayang dan bencinya dengan sahabatnya yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri, Simca diperankan oleh aktris kaliber, Isabella Rosselini.
Musim kedua juga memberi ruang bagi kita mengenal banyak karakter-karakter yang muncul lebih banyak dan memberi nuansa yang menarik bagi kita memahami bagaimana Julia bertumbuh, mengenali lingkungannya dan terutama menjalin persahabatan dengan banyak orang melalui masakan.
Sosoknya membuat kita percaya masakan bisa melintasi tak hanya ruang namun juga menembus batas wilayah. Saat ini masakan bahkan sering digunakan sebagai medium untuk berdiplomasi. Ketika sebuah keputusan mandek dan berlarut-larut, maka hal terbaik untuk melanjutkannya bisa jadi adalah membicarakannya kembali di meja makan, sembari menikmati masakan demi masakan yang tersaji.
Ia juga adalah perintis yang membuat kita percaya bahwa program masak-memasak di televisi bisa disajikan dengan sederhana dan menghibur. Tanpa kompetisi, tanpa drama, tanpa bumbu-bumbu yang sejatinya kurang perlu. Karena sejatinya bumbu yang diperlukan dalam program masak-memasak hanyalah kecintaan kita pada esensi memasak. Bahwa masakan bukan cuma sekedar makanan untuk menghilangkan rasa lapar kita.
Tapi masakan juga tentang diplomasi, tentang budaya dan juga tentang bagaimana kita menghargai apa yang diberikan bumi. “Food is everything we are. It’s an extension of nationalist feeling, ethnic feeling, your personal history, your province, your region, your tribe, your grandma. It’s inseparable from those from the get-go, ” kata Anthony Bourdain. Dan saya percaya masakan akan terus mengembangkan esensi dan eksistensinya melalui kita semua.