*Spoiler Alert: Review serial Gadis Kretek episode 1-2 mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Netflix sudah beberapa kali merilis film Indonesia orisinalnya, sebut saja Dear David (2023), The Big 4 (2022), Penyalin Cahaya (2022), dan film lainnya. Enggak hanya film, Netlifx kini juga mulai menggarap serial Indonesia orisinalnya dan mereka baru saja merilis serial Indonesia orisinal pertamanya, yaitu Gadis Kretek. Sebagai informasi, Gadis Kretek merupakan serial yang diadaptasi dari novel berjudul sama.
Gadis Kretek digarap oleh dua sutradara peraih Piala Citra, yaitu Kamila Andini dan Ifa Isfansyah. Enggak tanggung-tanggung, serial ini menampilkan salah satu aktris terbaik Indonesia, yaitu Dian Sastrowardoyo, sebagai pemeran utama yang memerankan Dasiyah atau Jeng Yah. Selain Dian, serial ini juga dibintangi Ario Bayu, Putri Marino, Arya Saloka, Tissa Biani, dan aktor lainnya.
Gadis Kretek berkisah tentang pemilik kretek DR, yaitu Soeraja, yang tiba-tiba ingin bertemu dengan Jeng Yah, di tengah perjuangannya melawan kanker. Ketiga anaknya Soeraja kemudian memenuhi permintaan terakhir ayah mereka untuk menemukan Jeng Yah. Selama proses pencarian Jeng Yah, anak-anaknya Soeraja menemukan fakta tentang kisah cinta masa lalu ayah mereka dengan Jeng Yah.
Review serial Gadis Kretek episode 1 dan 2
Penceritaan alur maju-mundur yang rapi dan engaging
Kamu yang pernah membaca novelnya pasti tahu bahwa Gadis Kretek diceritakan dalam dua latar waktu berbeda, yaitu era 1960-an dan 2001. Nah, serial adaptasinya juga menampilkan dua latar waktu berbeda dalam ceritanya. Bahkan, alur maju-mundur ceritanya sudah langsung diperlihatkan di dua episode pertama, yang mana penceritaan alur maju-mundurnya benar-benar tertata dengan rapi.
Dua episode pertamanya memang lebih banyak menampilkan cerita pada latar waktu era 1960-an karena fokus dalam mengisahkan latar belakangnya Jeng Yah dan Soeraja di masa muda mereka. Penggambaran tahun 1960-an di serial ini bisa dibilang cukup akurat, mulai dari penyusunan set syutingnya, cara berbicara para karakternya, gerak-gerik karakternya, hingga gaya berpakaiannya yang benar-benar bikin penonton dibawa kembali ke 1960-an.
Bagaimana cerita berlatar 2001 membuat Jeng Yah menjadi sosok yang misterius, sangat berhasil membuat penonton jadi penasaran dengan kisah masa lalunya Jeng Yah. Itulah sebabnya, saya bisa bilang bahwa jalan cerita Gadis Kretek begitu engaging karena mampu membangun rasa penasaran peonton dengan sangat baik. Apalagi, dua episode pertamanya juga enggak hanya sekadar membahas kisah cinta, tetapi juga ambisi Jeng Yah dalam terjun ke pembuatan saus untuk kretek.
Bertabur aktor top yang tentu saja aktingnya tidak perlu diragukan
Jika dilihat dari para aktor yang membintangi Gadis Kretek, kamu pastinya setuju bahwa ini adalah proyek serial yang sangat ambisius. Bagaimana enggak? Serial ini dibintangi deretan aktor Indonesia kelas A yang kualitasnya enggak perlu diragukan. Berhubung dua episode pertama Gadis Kretek lebih banyak menampilkan era 1960-an, kamu bakal menemukan lebih banyak akting Dian Sastro dan Ario Bayu di dua episode ini.
Enggak bisa dimungkiri bahwa aktingnya Dian di dua episode pertama Gadis Kretek begitu mencuri perhatian. Dian mampu membawakan karakter Jeng Yah yang pendiam, dingin, dan cenderung ambisius dalam mewujudkan mimpinya sebagai pembuat saus kretek. Walau kisah cinta Jeng Yah dan Soeraja belum benar-benar terbentuk di dua episode pertamanya, chemistry Dian dan Ario Bayu (pemeran Soeraja) sudah begitu terasa.
Selain Dian dan Ario, Gadis Kretek juga menampilkan Arya Saloka dan Putri Marino sebagai pemeran utama di cerita berlatar 2001. Namun karena dua episode pertamanya lebih fokus pada pengenalan Jeng Yah dan Soeraja, akting Arya dan Putri tidak terlalu banyak ditampilkan. Di sisi lain, saya turut puas dengan penampilan aktor-aktor pendukung lainnya yang tampil pada cerita berlatar era 1960-an yang benar-benar mampu membawakan karakteristik orang zaman dulu.
Visual berkualitas dengan musik yang bikin terhanyut
Kamu yang pernah menonton film buatan Kamila Andini atau Ifa Isfansyah pastinya tahu bahwa kedua sutradara tersebut selalu menampilkan sinematografi indah dalam setiap karya mereka, tidak terkecuali dengan Gadis Kretek. Sudah jelas bahwa kualitas visual yang ditampilkan Gadis Kretek lebih premium jika dibandingkan serial Indonesia lainnya, dengan sinematografi indah dan desain produksi yang begitu niat dalam menghidupkan era 1960-an dan 2001.
Selain mata yang dimanjakan, Gadis Kretek juga memaksimalkan pengalaman menonton dengan menghadirkan berbagai soundtrack yang benar-benar mendukung setiap momen yang ditampilkan serial ini. Ditambah lagi, soundtrack yang ditampilkan di Gadis Kretek dibawakan oleh deretan musikus Indonesia ternama.
***
Gadis Kretek episode 1—2 langsung menjadi pembuka yang kuat bagi serial ambisius keluaran Netflix ini. Dengan alur maju-mundur, dua episode pertamanya berhasil membuat penonton ingin mengungkap lebih dalam kisah Jeng Yah yang merupakan karakter utamanya. Kualitas aktornya sudah tidak perlu diragukan lagi. Ditambah lagi, serial ini menghadirkan desain produksi sangat niat dalam menghadirkan kembali era 1960-an dan 2001.
Setelah baca review serial Gadis Kretek episode 1—2, apakah kamu jadi tertarik menonton serial drama ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang serial ini, ya!