Review Serial One Piece Episode 3: Tell No Tales

Review Serial One Piece Episode 3: Tell no Tales
Genre
  • Action
  • petualangan
Actors
  • Emily Rudd
  • Inaki Godoy
  • Mackenyu
Director
Release Date
  • 31 August 2023
One Piece LIve Action episode 3
Rating
3 / 5

*Review serial One Piece episode 3 ini mengandung spoiler yang mungkin saja membuat kamu enggak nyaman jika belum menonton.

Luffy, Nami, dan Zoro kelimpungan cari kapal baru yang membawa mereka bertemu dengan Going Merry. Kru Topi Jerami pun sampai di wilayah kota Syrup yang juga kampung halaman Usopp. Pertemuan pertama dengan si calon penembak jitu di episode ini enggak hanya menghadirkan kisah jenaka.

Kamu akan dibawa ke dinamika perasaan yang naik-turun. Ada kekurangan krusial yang akan dijelaskan di akhir. Tapi secara keseluruhan episode ini sangat menarik untuk ditonton. Bayangkan, menonton One Piece tapi ada jumpscare-nya?

Penasaran? Yuk, simak artikel berikut ini.

Review serial One Piece episode 3

Koneksi Usopp, sang Ibu, dan cerita bohongnya

Review One Piece Episode 3
Hubungan Uspp dan sang ibu dalam live action One Piece. Via Istimewa

Sedari awal, semua orang tahu bahwa Usopp adalah pembohong amatiran. Namun, ada kisah pilu di balik kebohongan yang ia sebarkan ke warga kota Syrup yang “mengikat” sang ibu (Banchina) di dalamnya.

Dalam bohongnya, Usopp berharap sang ibu bisa sembuh dan kembali semangat kala mendengar bajak laut datang ke kota Syrup. Pasalnya, ayah Usopp, yaitu Yasopp pergi meninggalkan mereka untuk bergabung menjadi kru bajak laut Shanks. Sejak itulah Banchina mulai sakit-sakitan. Makanya, Usopp berharap kebohongannya bisa jadi doa untuk kesembuhan sang ibu, meskipun akhirnya ia tetap jadi piatu.

Kisah pilu ini digambarkan lebih dramatis kala masuk dimensi live action. Ada adegan Usopp kecil sedang menemani sang ibu di ranjang sedang sakit-sakitan. Dialognya bikin dada sesak. Intinya, menggambarkan bahwa Usopp bisa menjadi orang yang hebat meskipun tumbuh tanpa sosok ayah dan ibu.

Ketertarikan KINCIR pada karakter Usopp dalam live action ini adalah bagaimana Emma Sullivan (sang sutradara) menjaga realitas sosok calon penembak jitu tersebut. Jelas, Usopp di sini enggak punya hidung panjang dan bukan karakter “badut” untuk jadi bahan ketawaan. Pembawaan karakternya lebih ke arah pintar bicara. Usopp sangat jago persuasif ke lawan bicaranya.

Hal ini yang pada akhirnya meyakinkan Kaya untuk tidak memercayai Kuro sebagai pengawalnya. Padahal, Kaya sangat percaya bahwa Kuro setia kepada keluarganya. Hingga pada akhirnya, pengkhianatan terjadi agar Kuro bisa memiliki seluruh harta keluarga Kaya dengan membuat rencana keji.

Momen inilah yang membuat nuansa episode 3 One Piece lebih cenderung ke thriller meskipun dibalut dengan berbagai komedi khas kru bajak laut Topi Jerami. Dalam anime-nya,  

Komedi tapi thriller?

Episode 3 One Piece dimulai dengan nuansa cerah, pertemuan Luffy dengan kapal Going Merry jadi penanda yang menarik untuk permulaan episode. Namun, memasuki puncak konflik suasana tenggelam dalam balutan thriller. Hal ini yang membuat episode 3 membawa dinamika kepada perasaan penonton.

Awalnya kamu masih bisa dibikin ketawa oleh tingkah Luffy dan kawan-kawan, tapi makin ke sini ada hal-hal yang tidak bisa diantisipasi, contohnya jumpscare. Kuro yang jadi sosok antagonis di episode ini sukses bikin kaget dengan mukanya yang dingin dengan hawa keberadaan yang minim.

Kekuatan Kuro memang mampu bergerak cepat, bisa dibilang ia merupakan karakter dengan gaya bertarung layaknya assassin. Pertarungan di gudang wine yang gelap juga sangat mendukung tematik horor di episode ini. Sangat proporsional untuk membawa inovasi elemen baru pada perjalanan kru bajak laut Topi Jerami.

Adegan lain yang menguatkan elemen thriller di sini adalah pembuangan mayat Merry dan Zoro yang tengah pingsan ke dalam sumur. Mengapa mesti sumur? Padahal bisa di bagian luar istana atau ke laut sekalian. Tapi hal tersebutlah yang bisa bikin perasaan penonton jadi takut akan kekejaman bajak laut Black Cat yang dikapteni oleh Kuro.

Scoring yang mencekam sukses mengubah suasana secara drastis. Dari yang tadinya santai ketika Luffy, Usopp, dan Zoro berbincang di dapur, langsung masuk ke alunan biola bernada tinggi dengan tempo yang lamban. Untuk hal ini, kita enggak bisa membandingkan dengan versi anime atau manga. Inovasi ini murni kreatifitas Emma Sullivan untuk membawa “warna” baru di serial live action One Piece.

***

Pergolakan emosi dalam One Piece episode 3 ini patut diacungi jempol. Hanya saja, ada beberapa hal yang bikin “kentang”, contohnya volume kesedihan momen ibu Usopp meninggal. Di anime, kamu bsa nangis sesegukan kala Banchini meninggal di hadapan Usopp, tapi di sini momennya hanya sekelibat saja, tidak dibikin melekat di hati penonton.

Mengapa hal ini jadi sangat krusial? Episode ini harusnya dedikasi untuk Usopp. Soal bagaimana ia menjalin koneksi dengan kru Topi Jerami, hubungan gemasnya dengan Kaya, eksistensi Usopp di kampung halamannya, dan yang paling penting adalah ingatan pedih di masa kecil soal keluarganya.

Justru hal itu yang enggak dikembangkan mendetail atau dibangun dengan serius. Soalnya, sepeninggal sang ibu, Usopp mengalami perubahan yang menarik jika mengacu pada animenya.

Kalau menurut kamu apakah episode 3 One Piece punya nilai tersendiri? Silakan tulis dan diskusi di kolom komentar, ya! Jangan lupa juga untuk pantau KINCIR agar kamu enggak ketinggalan informasi terbaru seputar serial lainnya.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.