*Spoiler Alert: Review film The Zone of Interest mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Film yang berlatar waktu pada Perang Dunia II sudah sangat sering digarap oleh Hollywood. Studio film indi ternama Hollywood, yaitu A24, turut merilis film berlatar Perang Dunia II, yang diberi judul The Zone of Interest. Film ini sebenarnya sudah dirilis di Amerika Serikat pada Desember 2023, namun baru dirilis di bioskop Indonesia pada 6 Maret 2024.
The Zone of Interest digarap oleh Jonathan Glazer, sosok yang juga menyutradarai Under the Skin (2013), Birth (2004), dan Sexy Beast (2000). Berhubung diambil dari sudut pandang salah satu tentara Nazi, bernama Rudolf Hoss, film ini dibintangi oleh dua aktor Jerman sebagai pemeran utamanya, yaitu Christian Friedel dan Sandra Huller. Selain mereka, ada juga Johann Karthaus, Luis Noah Witte, Nele Ahrensmeier, dan aktor lainnya.
Diadaptasi dari novel berjudul sama, The Zone of Interest berkisah tentang Rudolf Hoss (tokoh Nazi yang memang ada di dunia nyata) yang ditugaskan di kamp konsentrasi Auschwitz, sehingga dia membawa keluarganya tinggal di sebuah rumah yang ada di kamp tersebut. Film ini memperlihatkan bagaimana kehidupan sehari-hari Rudolf Hoss dan keluarganya selama tinggal di dekat kamp konsentrasi Auschwitz.
Review film The Zone of Interest
Tampilkan “sisi manusia” anggota Nazi yang jarang diangkat dalam film
Film tentang Perang Dunia II, yang menampilkan Nazi sebagai karakter utamanya, bukanlah hal baru di dunia perfilman. Biasanya, kebanyakan film pasti menampilkan sisi dramatis dan brutalnya Nazi dalam tragedi Holokaus. Nah, sutradara Jonathan Glazer mengambil sisi lain berbeda, yang mana memperlihatkan kehidupan sehari-harinya komandan kamp konsentrasi Auschwitz, yaitu Rudolf Hoss, bersama keluarganya yang tinggal persis di samping kamp.
Kehidupan sehari-seharinya Rudolf Hoss yang ditampilkan di The Zone of Interest benar-benar apa adanya, seperti kita menonton aktivitas sehari-seharinya sebuah keluarga di kehidupan nyata. Sebagian besar film ini hanya menampilkan bagaimana Hoss dan keluarganya pergi piknik sambil berenang di sungai, menikmati kemewahan rumah mereka, istrinya Hoss yang ngobrol dengan “ibu-ibu kompleks”; pokoknya benar-benar aktivitas normal manusia pada umumnya.
Walau secara konsep mungkin terlihat biasa, sebenarnya pesan yang disampaikan film ini sangat menarik. Jika kamu jeli memperhatikan detail yang ada di sekitar kehidupan keluarga Rudolf Hoss, kamu bisa menemukan banyak makna tersirat yang mengarah kepada kekejaman Holokaus yang ada di balik kehidupan nyamannya Hoss dan keluarganya.
Nah, sutradara Glazer menampilkan berbagai makna tersirat tersebut dengan berbagai detail kecil yang ditampilkan di sekitar lingkungan yang ditampilkan di layar. Kamu juga perlu menyimak setiap dialog antarkarakternya, yang mana kamu juga bisa menemukan makna tersiratnya. Suasana filmnya akan terasa mencekam ketika kamu menemukan maknanya, ditambah lagi dengan adanya adegan dengan visual ala x-ray yang bikin semakin mencekam.
Semua aktornya, bahkan aktor anak-anaknya pun tampil dengan sangat baik
The Zone of Interest menampilkan dua aktor Jerman sebagai pemeran utamanya, yaitu Christian Friedel sebagai Rudolf Hoss dan Sandra Huller sebagai Hedwig Hoss (istrinya Rudolf). Berhubung film ini menampilkan kehidupan sehari-harinya Hoss dan keluarganya, semua aktor tentunya harus bisa berakting senatural mungkin. Nah, Friedel dan Huller berhasil melakukan hal tersebut, seakan mereka memang tidak berakting di sepanjang filmnya.
Bukan hanya aktingnya Friedel dan Huller saja yang bikin saya kagum. Justru saya sangat tidak menyangka melihat akting para aktor cilik yang berperan menjadi anak-anaknya Rudolf Hoss. Bahkan, saya melihat akting para aktor yang memerankan anak-anaknya Hoss jadi yang paling natural di film ini. Tingkah mereka benar-benar seperti kita melihat sekumpulan anak-anak sedang bermain di depan rumah.
Visual dan audio sederhana tetapi penuh makna
Berhubung The Zone of Interest menampilkan kehidupan sehari-harinya Rudolf Hoss dan keluarganya, seperti yang sudah beberapa kali disebutkan di atas, visual dan audio yang ditampilkan film ini dikemas dengan sederhana. Sutradara Jonathan Glazer dan sinematografer Lukasz Zal jelas mengandalkan teknik wide angle, long shot, dan kamera statis untuk menangkap setiap momen yang ada di film ini.
Dengan penggunaan wide angle, long shot dan kamera statis; sutradara Glazer jadi lebih leluasa untuk menyisipkan berbagai detail yang menjadi makna tersirat dari film ini. Kamu bisa melihat bagaimana “panasnya” kejadian yang terjadi di balik tembok rumah keluarganya Hoss yang bersebelahan dengan kamp konsentrasi Auschwitz. Seakan film ini mengajak penonton mencerna ceritanya dengan sudut pandang yang lebih luas.
Untuk musik dan scoring-nya, sutradara Glazer dan komponis Mica Levi tidak bergantung pada penggunaan musik atau scoring dramatis dalam mengemas filmnya. Alih-alih, mereka bergantung pada penggunaan efek suara organik yang muncul dari berbagai aktivitas yang dilakukan Rudolf Hoss dan keluarganya. Walau begitu, komponis Levi menyiapkan musik yang begitu dramatis dan mencekam yang disajikan pada awal dan akhir filmnya.
***
The Zone of Interest hadir dengan sudut pandang unik, menampilkan sisi manusia seorang tentara Nazi, bernama Rudolf Hoss, di balik peristiwa Holocaust yang terjadi di kamp konsentrasi Auschwitz. Di balik aktivitas sehari-hari yang dilakukan Hoss dan keluarganya, kamu bisa menemukan banyak pesan tersirat dari film ini. Penggunaan wide angle dan long shot pada visualnya seakan mengajak penonton untuk mencerna cerita dengan sudut pandang yang lebih luas.
Setelah baca review film The Zone of Interest, apakah kamu jadi tertarik menonton film drama ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!