*(SPOILER ALERT) Review film The Prosecutor mengandung sedikit bocoran film yang bisa jadi mengganggu kenyamanan menonton kamu
Bagi generasi 90-an, film-film laga Tiongkok bukan sekadar sajian aksi, tetapi merupakan sebuah nostalgia. Film-film semacam ini dulu kerap menghiasi layar kaca, menjadi sajian akhir minggu atau malam hari yang seru.
The Prosecutor, yang dibintangi dan disutradarai oleh Donnie Yen, memberikan vibe nostalgia yang serupa. Film ini adalah film ringan, tetapi bukan film kosong. Seperti layaknya film laga Tiongkok pada masanya, film ini memberikan premis yang mudah dipahami dan karakter hero yang mudah untuk disukai.
Seperti apa kisah besutan Donnje Yen yang menggabungkan antara laga dan juga isu hukum ini? Mari kita simak di sini.
Review Film The Prosecutor
Campuran Laga dan Kritik Sosial
The Prosecutor menempatkan Donnie Yen sebagai mantan polisi yang masuk ke kejaksaan. Dilihat dari kedudukan dan kesejahteraan, ini merupakan peningkatan untuk Fok Zi-Hou, karakter yang dimainkan Yen. Namun, justru hidupnya semakin dilematis.
Sebagai jaksa penuntut umum, ia enggak cuma mengejar pelaku kejahatan. Ia menemukan kenyataan bahwa ada konspirasi di sana. Enggak semua orang yang ditempatkan di kursi terdakwa itu salah. Banyak di antara mereka yang merupakan korban keadaan dan dimanipulasi agar mengaku salah, seperti terdakwa pengedaran narkotika Ma Kaa-Kit misalnya.
Zi-Hou curiga dengan kasus Ma Kaa-Kit dan mencoba mencari tahu kebenaran di baliknya. Penempatan Maa Ka-Kit di kursi terdakwa ternyata melibatkan permainan kelas tinggi firma hukum dan pengedar narkoba kakap. Zi-Hou juga harus menyadarkan rekan-rekannya yang skeptis untuk membantu pemuda malang tersebut.
Dalam perjalanannya, Zi-Hou enggak hanya harus melakukan penyelidikan sistematis, tetapi juga mengandalkan kemampuan bela dirinya. Karena, sang penjahat punya sumber daya yang banyak untuk memburu Zi-Hou dan juga kakek dari terdakwa yang dianggap mengganggu bisnis mereka.
Donnie Yen menunjukkan kemampuan bela dirinya yang masih sebaik Ip Man, walapun jelas enggak selegendaris Ip Man yang merupakan big shoes to fill. Namun, yang ditonjolkan dalam film ini bukan cuma laganya. Film ini juga menyelipkan kritik sosial terhadap Hong Kong yang selama ini dikenal sebagai salah satu kota industri modern.
Di balik gemerlap Hong Kong, ada masalah sosial yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang jahat. Ma Kaa-Kit dan kakeknya tinggal di apartemen yang kumuh dan sempit, seperti banyak kelas menengah ke bawah Hong Kong.
Masalah hunian Hong Kong ini memang sangat serius, karena bahkan dengan gaji yang layak, seseorang bisa jadi enggak bisa mendapatkan hunian layak. Kakek Ma Kaa-Kit pun walaupun sudah renta, tetap harus bekerja kasar. Kebalikan dari kondisi ini, beberapa penegak hukum dan petinggi firma hukum kotor justru malah bisa menghabiskan uang sebesar gaji bulanan masyarakat Hong Kong hanya untuk segelas wine.
Muatan isu sosialnya cukup nendang, tetapi enggak bikin film ini menjadi berat. Isu sosialnya enggak menyita aksi yang menjadi sajian dominan di dalam film ini.
Sinematografi Vibrant dengan akting yang solid
Rindu dengan karakter yang bikin kita kagum atau benci banget? Film ini menyajikannya dengan baik.
The Prosecutor enggak repot-repot bikin plot twist atau menampilkan karakter yang kompleks. Tokoh utama kita, Zi-Hou, adalah pria yang idealis dan pemberani. Sosok ini cocok sekali untuk menjadi hero, terlepas dari idealismenya bikin dia jadi gila kerja. Kemudian, para villain, terutama yang diperankan Julian Cheung, bisa betul-betul membuat penonton menjadi sebal.
Karakter lain yang menarik adalah rekan Zi-Hou yang diperankan oleh Kent Cheng. Cheng, yang terkenal oleh peran Fei Mo dengan keterbelakangan mental di Why Me dan Fatso di installment Ip Man memberikan kesegaran karena tingkah naif, pemalas, dan komentar lucunya.
Kemudian, ada juga sosok kakek Maa Ka-Kit yang diperankan oleh Lau Kong yang juga mencuri perhatian. Lau Kong mampu membawakan karakter generasi tua menengah ke bawah Hong Kong yang keras, galak, tetapi penuh kasih sayang serta seseorang yang siap untuk mengatakan kebenaran, seberapa besar pun risiko yang harus dia ambil.
Tokoh-tokoh dengan karakterisasi yang bold serta aksi-aksi bela diri intens ini enggak akan asyik tanpa sinematografi vibrant. Penyuntingan gambar di The Prosecutor begitu detail dan sangat jelas, sehingga cahaya hingga guratan wajah tokoh bisa terlihat. Lampu-lampu Hong Kong pun terasa vibrant, memberikan kesan yang lebih intens dan memperjelas adanya jurang sosial, antara kaum hedonis (di bar) dan kaum papa (di apartemen kumuh).
***
The Prosecutor adalah tontonan laga yang memberikan penyelesaian konflik menyenangkan serta aksi-aksi yang jauh dari kata membosankan. Sebuah tontonan yang bakal disukai oleh para penikmat aksi bela diri Tiongkok yang menginginkan film-film ringan tetapi tetap enggak melupakan kualitas.