*(SPOILER ALERT) Review film The Creator ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.
Setelah sukses dengan Rogue One: A Star Wars Story pada 2016 lalu, Gareth Edwards akhirnya kembali dengan film terbarunya pada 2023. Film yang disutradarai oleh Edwards di tahun ini pun berjudul The Creator dan memiliki genre fiksi-ilmiah. Edwards bahkan mengambil inspirasi dari sejumlah film fiksi-ilmiah populer, seperti seperti Blade Runner (1982) hingga E.T. the Extra-Terrestrial (1982).
Sinopsis film The Creator berfokus pada Joshua Taylor (John David Washington), seorang mantan militer yang mendapatkan tugas untuk menghancurkan sebuah senjata AI yang berpotensi jadi alat untuk memusnahkan umat manusia. Menariknya, senjata AI tersebut ternyata memiliki wujud layaknya seorang anak kecil, meski tetap punya kemampuan yang lebih canggih ketimbang sejumlah AI yang ada di masa depan.
Nah, sebelum kamu nonton film The Creator di bioskop, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film The Creator
Konflik manusia dengan AI yang epik dan menghangatkan hati
Film fiksi-ilmiah yang mengangkat tema konflik antara manusia dengan AI sebenarnya sudah terbilang cukup banyak ada. Namun, menurut KINCIR film The Creator berhasil mengemas tema yang sudah umum tersebut ke dalam sebuah premis yang terasa sangat original. Hal ini pun membuat The Creator seperti sebuah film fiksi-ilmiah yang terasa sangat epik.
Penggunaan mantan militer yang kehilangan keluarganya akibat AI serta senjata AI dengan wujud anak kecil sebagai karakter utamanya juga berhasil membuat premisnya menjadi semakin menarik. Sebab, di luar momen aksinya yang terasa seru dan menegangkan, film ini terbilang lumayan terasa seperti sebuah film road trip yang menghangatkan hati.
World building dari masa depan Bumi yang penuh dengan AI juga berhasil dibangun secara epik dan rapi dalam durasi yang terbilang cukup panjang dan tak terasa membosankan sedikitpun. Memang, sih, ada beberapa aspek soal world building-nya yang tidak dijelaskan secara detail. Namun, hal tersebut enggak terlalu mengganggu pengalaman sewaktu kita menonton.
Performa aktris cilik yang sukses memukau penonton
John David Washington menjadi bintang utama dari film ini dengan memerankan Joshua Taylor. Akting Washington memang terbilang bagus dalam film ini. Hanya saja, KINCIR merasa kalau performa Washington kurang berhasil menggugah emosi penonton, terlebih banyak momen emosional yang ada di film ini. Hal ini pun cukup menjadi kekurangan, mengingat posisi Washington yang merupakan pemeran utama.
Terlepas dari hal tersebut, aktris cilik Madeleine Yuna Voyles yang berperan sebagai sang senjata AI dengan wujud anak kecil alias Alphie justru berhasil memukau penonton. Malahan, menurut KINCIR akting Voyles jauh lebih menonjol ketimbang Washington, khususnya menjelang ending filmnya. Sebab, performa Voyles sebagai Alphie benar-benar berhasil membuat sebagian besar penonton emosional.
Selain Washington dan Voyles, sejumlah aktor lainnya yang tampil dalam film ini juga berhasil tampil solid, termasuk Gemma Chan yang berperan sebagai istrinya Joshua, yaitu Maya. Para pemeran antagonis dalam film ini juga berhasil membuat penonton geregetan beberapa kali sepanjang menyaksikan filmnya.
Visual dan scoring yang juara
Film fiksi-ilmiah umumnya sangat mengandalkan penggunaan efek visual CGI untuk membuat elemen fiksinya terlihat lebih nyata. Harus diakui, The Creator berhasil memanfaatkan penggunaan CGI tersebut dengan sempurna. Seluruh elemen fiksi yang ada di dunia film ini terlihat sangat realistis.
Bukan cuma urusan CGI, segala aspek visual dalam film ini benar-benar juara, seperti make up hingga pengambilan gambar sekalipun. Rasanya visual The Creator sudah berhasil menyaingi duologi Avatar-nya James Cameron. Malahan, KINCIR beranggapan kalau film ini menjadi salah satu kandidat terkuat untuk menjadi juara di kategori “Efek Visual Terbaik” pada gelaran Academy Awards 2024 mendatang.
Keterlibatan Hans Zimmer sebagai komposer scoring untuk film ini juga membuat visual yang indah tersebut jadi terasa lebih emosional lagi. Oh ya, soundtrack-nya juga selalu tepat momen, dan bahkan ada lagu asal Indonesia. Intinya, aspek visual dan audio dalam film ini benar-benar jadi poin paling positif yang sudah enggak perlu diragukan lagi.
***
Di luar beberapa kekurangan kecil, The Creator hampir menjadi film yang sempurna pada 2023 ini dengan ceritanya yang epik dan menghangatkan hati. Jika kamu tertarik, film ini sudah bisa kamu saksikan di sejumlah bioskop Indonesia mulai 27 September 2023.
Nah, bagaimana tanggapan kamu dengan review film The Creator tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan film lainnya, ya!