*Spoiler Alert: Review film Sleep Call mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Pada Februari lalu, Laura Basuki tampil di sebuah film thriller yang berjudul Berbalas Kejam (2023). Tujuh bulan setelahnya, tepatnya pada September 2023, Laura kembali menampilkan kemampuan aktingnya di film thriller produksi IDN Pictures, berjudul Sleep Call. Enggak tanggung-tanggung, Laura menjadi pemeran utama di film ini.
Sleep Call digarap oleh Fajar Nugros, sosok yang juga menyutradarai Balada Si Roy (2022), Inang (2022), dan Srimulat: Hil yang Mustahal (2022). Selain Laura Basuki, Sleep Call juga dibintangi deretan aktor ternama, di antaranya Bio One, Della Dartyan, Kristo Immanuel, Bront Palarae, Jenny Zhang, Niken Anjani, dan aktor lainnya.
Sleep Call berkisah tentang Dina yang terpaksa kerja di perusahaan pinjaman online (pinjol) demi membayar utangnya di perusahaan tersebut. Di tengah keterpurukannya dalam melunasi utangnya, Dina bertemu dengan laki-laki bernama Rama di aplikasi kencan. Sejak saat itu, Dina rutin melakukan sleep call bersama Rama, yang mana dia membagikan semua keluh kesah hingga hal pribadinya kepada Rama.
Review film Sleep Call
Sajikan kisah intens di sepanjang filmnya
Di tengah gempuran film horor dan drama cinta-cintaan yang masih mendominasi perfilman Indonesia, kehadiran Sleep Call jelas memberikan gebrakan yang berbeda. Genre thriller yang diusung Sleep Call pun bukan hanya sekadar embel-embel saja karena film ini benar-benar menyajikan kisah menegangkan nan intens dari awal hingga akhir film. Film ini cukup konsisten dalam membangun ketegangannya yang terus meningkat sampai klimaksnya.
Dari judulnya, awalnya saya berpikir bahwa kisah thriller yang dihadirkan Sleep Call berdasar pada hubungan percintaan. Memang benar ada cerita cintanya, tetapi film ini juga mengangkat isu lain yang cukup penting untuk generasi masa kini, mulai dari kesehatan mental, tekanan menjadi generasi sandwich, masalah terlilit pinjol, pentingnya menjaga privasi di dunia maya, hingga mengenai hubungan pertemanan.
Semua isu tersebut berhasil dirangkum dengan padat dan tidak bertele-tele lewat film berdurasi 1 jam 40 menit. Walau ceritanya cukup intens di sepanjang film, sutradara Fajar Nugros juga tetap memasukkan elemen komedi, tepatnya komedi gelap, dalam ceritanya. Kamu bakal dibuat tertawa dan terhibur dengan berbagai komedi yang ditampilkan film ini, padahal yang penonton tertawakan tersebut adalah hal yang sebenarnya tragis.
Elemen ketegangan, komedi, dan kesedihan yang ditampilkan Sleep Call berhasil membuat saya terlarut dalam ceritanya. Namun setelah menonton filmnya, ada beberapa hal yang menjadi beberapa pertanyaan bagi saya, entah filmnya sengaja membuka interpretasi atau memang lupa menjelaskan. Untungnya, hal tersebut tidak terlalu mengganggu pengalaman saya saat menonton.
Laura Basuki, “the real MVP” di film ini
Sleep Call menampilkan Laura Basuki sebagai pemeran utamanya dengan memerankan karakter bernama Dina. Saya bisa bilang bahwa Laura berhasil nge-carry film ini dengan sangat baik. Laura menampilkan range akting yang cukup luas dengan hanya memerankan satu karakter bernama Dina. Setiap emosi dan setiap stage mental yang dialami oleh Dina benar-benar ditampilkan dengan baik oleh Laura.
Selain Laura, hampir sebagian besar aktor Sleep Call lainnya juga tampil sangat baik dalam memerankan karakter mereka masing-masing. Sutradara dan penulis naskah benar-benar memberikan porsi seimbang untuk setiap karakter, bahkan karakter yang jatah tampilnya tidak banyak pun bisa mendapatkan momen pentingnya sendiri, hingga penampilan singkat mereka pun jadi tidak mudah terlupakan.
Visual indah nan mencekam dengan scoring menegangkan
Selain cerita yang intens dan akting memukau, nilai plus lain yang bisa kamu temukan di Sleep Call adalah visualnya dengan sinematografi yang memanjakan mata. Kamu bakal menemukan banyak shot yang terlihat artistik untuk filmnya, salah satunya adalah ketika Dina dan Rama memasuki alam mimpi. Visual indah yang ditampilkan film ini juga didukung dengan desain produksi yang niat.
Di balik keindahan visual yang ditampilkan Sleep Call, kamu juga tetap bisa merasakan nuansa mencekam dari visualnya. Jadi enggak hanya ceritanya, intensitas film ini juga dibangun lewat beberapa visualnya yang gelap pada hampir sebagian besar filmnya.
Walau begitu, satu elemen penting yang membuat intensitas cerita Sleep Call makin terasa adalah scoring-nya. Ada scoring yang dibuat begitu berisik, sampai saya juga ikut dibuat gelisah saat menontonnya. Namun, ada kalanya film terdengar begitu sunyi, yang malah enggak kalah membuat efek menegangkan untuk filmnya.
***
Siapa yang komplain karena merasa film Indonesia terlalu banyak horor dan drama cinta-cintaan? Sleep Call mungkin bisa jadi jawaban buat kamu. Dengan mengusung genre thriller, Sleep Call menyentil banyak isu yang dekat dengan generasi muda dengan cerita yang intens. Penampilan Laura Basuki di film ini juga membuktikan bahwa sang aktris memang punya range akting yang cukup luas. Walau belum sempurna, Sleep Call jelas memberikan gebrakan baru untuk industri perfilman Indonesia saat ini.
Setelah baca review film Sleep Call, apakah kamu jadi tertarik menonton film thriller ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!