*Spoiler Alert: Review film Lembayung ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Film Lembayung merupakan horor terbaru Indonesia yang menandai debut Baim Wong sebagai sutradara. Film ini memiliki durasi 123 menit dan mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak 19 September 2024. Lembayung menarik perhatian karena berasal dari pengalaman nyata yang sempat viral di media sosial sebelum diadaptasi menjadi sebuah film.
Cerita film ini berpusat pada pengalaman horor dua mahasiswi keperawatan yang mengalami kejadian menyeramkan. Kisah mereka, yang sebelumnya menggegerkan warganet, kini divisualisasikan dalam bentuk film yang penuh ketegangan.
Film Lembayung diramaikan oleh jajaran aktor dan aktris papan atas Indonesia, di antaranya Taskya Namya, Yasamin Jasem, Arya Saloka, Erick Estrada, Asri Welas, Oka Antara, Anna Jobling, Daffa Wardhana, Ence Bagus, Wulan Guritno, Sari Nila, Mario Maulana, Tio Pakusadewo, dan Dayu Wijanto. Kehadiran para bintang tersebut menambah daya tarik film ini, menjanjikan akting yang memukau serta mendukung atmosfer horor yang intens sepanjang cerita.
Review film Lembayung (2024)
Sinopsis film Lembayung (2024)
Film Lembayung berkisah tentang dua mahasiswi keperawatan yakni Pica dan Arum yang sedang menjalani masa Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Klinik ‘Lembayung’. Klinik itu buka kembali setelah sejak lama ditutup.
Bukan tanpa alasan klinik Lembayung lama ditutup. Ada tragedi kelam yang menyelimutinya. Sayang, kasus ini tidak terkuak sehingga bangunan tua serta orang-orang di dalamnya menyimpan banyak rahasia gelap.
Masa PKL Pica dan Arum enggak mudah. Mereka dihantui oleh sosok perempuan misterius ternyata berhubungan dengan tragedi kelam Klinik Lembayung. Setelah melewati serangkaian tragedi, akhirnya satu per satu tabir terungkap.
Sinematografi syarat akan estetika
Untuk menghadirkan elemen horor ada banyak penunjang yang harus dihadirkan oleh sang sutradara. Selain audio, sinematografi yang apik juga jadi faktor penting untuk bisa menanamkan ketakutan kepada penonton.
Di dalam film Lembayung ini, sinematografinya sangat unggul. Pengambilan gambar yang mementingkan estetika membuat penonton terbuai. Kamu akan diperlihatkan betapa horornya Klinik Lembayung ini dengan cara yang indah.
Pendekatan visual seperti ini paling aman untuk terus menjaga fokus penonton ke cerita. Contohnya ketika momen karakter hantu Dokter Tantri yang diperankan Anna Jobling yang sampai sekarang bisa tetap bikin merinding.
Sedikit bocoran, ada momen Pica dan Arum sedang berbicara santai pasca Arum berjaga malam di klinik. Di tengah obrolan, ada sesosok wanita berjalan ke dalam ruang praktik Arum dan langsung duduk di kursi periksa pasien. Sialnya, keduanya menyadari kehadiran sosok misterius ini, tapi dua-duanya enggak bisa berbuat banyak.
Di sinilah momen “nyengir” si sosok perempuan bikin bulu kuduk berdiri. Bukan hanya karena senyumnya saja, tapi pengambilan gambarnya yang benar-benar mendukung adegan seram tersebut.
Kamera fokus ke sosok perempuan misterius, dengan jarak yang presisi. Kamu tetap bisa lihat ruang praktik yang dipenuhi obat, peralatan dokter, sampai berkas-berkas pasien. Background yang penuh itu, ditampilkan dengan color grading yang lebih condong biru keabu-abuan. Ini yang bikin terornya begitu kental.
Sepanjang film, output visualnya enggak kelewat batas. Semua dihadirkan dengan pas yang mendukung beberapa adegan krusial film.
Akting jempolan dari semua jajaran pemain
Baim Wong pintar mencari aktor untuk debut filmnya sebagai sutradara. Jajaran cast yang ikut dalam Lembayung membangun masing-masing karakter dengan baik. Contohnya, peran kalem namun ternyata sadis Arya Saloka sebagai Dr. Teto, sampai ke Asri Welas yang meskipun karakter pendukung, ia punya porsi yang krusial. Intinya, masing-masing aktor sangat jago untuk menempatkan emosi yang tepat sesuai dengan kondisinya.
Tapi, apresiasi tinggi KINCIR berikan untuk Anna Jobling di film ini. Menurut KINCIR, ia adalah MVP yang menghidupi Lembayung. Ekspresi menerornya benar-benar melekat di kepala. Bahkan, ketika ia ditampilkan sebagai korban pelecehan, kamu bisa ikut merasakan hati yang begitu marah tapi pasrah karena berbagai alasan.
Masuk ke Dr. Teto. Latar belakang kisahnya yang dihadirkan menjelang akhir film membuat semuanya menjadi rasional. Padahal, awalnya ia hanya dokter kalem yang sepertinya enggak seru untuk diajak ngobrol. Sosoknya yang terlalu lurus enggak terlihat menyimpan “bahaya”. Arya Saloka sukses menampilkan bahwa Dr. Teto bukanlah ancaman bagi semua orang yang ada di Klinik Lembayung.
Kemudian ada Arum yang jadi target hantu Dr. Tantri. Yasamin Jasem seperti orang lemas sepanjang waktu. Tapi bukan tanpa alasan. Ia menyimpan trauma dan sedih berkepanjangan akibat pacarnya yang brengsek, belum lagi serangkaian kejadian tidak mengenakkan. Jadi sangat logis ketika setiap Arum muncul, kamu jadi ikut merasakan beratnya memulai hari yang kamu tahu di tempat kamu bernaung, isinya hanya “bahaya.”
***
Banyak yang membahas kenapa tidak ada trigger warning di film yang menampilkan pelecehan seksual secara eksplisit. Tapi, itu bukanlah setitik nila yang merusak sebelangga susu. Kualitas akting serta sinematografi film Lembayung adalah poin kuat yang membuat tontonan ini bisa tetap dinikmati.
Bagaimana menurut kamu? Silakan tulis di kolom komentar, ya! Jangan lupa juga untuk terus pantau KINCIR untuk ulasan film lainnya.