*Spoiler Alert: Review film Joy Ride mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Dari antara kamu ada yang sudah pernah menonton Crazy Rich Asians (2018)? Film Hollywood ini dibintangi oleh deretan aktor keturunan Asia. Sebagai informasi, naskah Crazy Rich Asians digarap oleh Adele Lim. Lima tahun setelah perilisan Crazy Rich Asians, Lim akhirnya debut sebagai sutradara lewat film komedi berjudul Joy Ride.
Seperti Crazy Rich Asians, Joy Ride merupakan film Hollywood produksi Lionsgate yang dibintangi oleh deretan aktor keturunan Asia. Joy Ride dibintangi oleh Stephanie Hsu, salah satu nomine “Best Supporting Actress” Oscar 2023 yang membintangi Everything Everywhere All at Once (2022). Selain Hsu, film ini juga dibintangi Ashley Park, Sherry Cola, dan Sabrina Wu.
Joy Ride berkisah tentang Audrey Sullivan, perempuan dari Tiongkok yang diadopsi oleh pasangan kulit putih Amerika Serikat. Sejak kecil, Audrey bersahabat dengan Lolo Chen, satu-satunya anak keturunan Tiongkok lainnya yang tinggal di lingkungan rumahnya di White Hills. Pada suatu hari, Audrey ditugaskan melakukan perjalanan bisnis ke Tiongkok dan dia mengajak Lolo menemaninya. Dari situlah, Audrey menemukan perjalanan yang tidak terduga dalam hidupnya.
Review film Joy Ride
Kisah tentang menemukan jati diri yang dibungkus dengan komedi vulgar
Joy Ride menghadirkan empat protagonis keturunan Asia, di antaranya Audrey Sullivan, Lolo Chen, Kat Huang, dan Vanessa atau yang dipanggil sebagai Deadeye. Mereka hadir dengan karakteristik berbeda, yang akhirnya menciptakan dinamika menarik di sepanjang filmnya. Namun di antara keempat karakter utama tersebut, film ini lebih fokus pada kisahnya Audrey, yang merupakan anak angkat pasangan kulit putih yang diadopsi dari Tiongkok.
Audrey bisa dibilang paling berbeda di antara empat sekawan ini karena jiwa dan semangatnya lebih condong seperti orang kulit putih. Ketika Audrey ditugaskan untuk melakukan perjalanan bisnis ke Tiongkok, kesempatan tersebut malah menjadi momen bagi Audrey dalam menemukan jati dirinya. Soalnya, Audrey tiba-tiba melakukan misi tidak terduga bersama teman-temannya untuk mencari ibu kandungnya di Tiongkok.
Sebagai informasi, Joy Ride mendapatkan rating 21+ di Indonesia. Jadi sebelum menonton film ini, kamu harus siap untuk menemukan berbagai komedi dan adegan yang vulgar di sepanjang filmnya. Untuk debutnya sebagai sutradara, Adele Lim cukup berhasil men-deliver berbagai komedi vulgar ini, yang mana saya bisa dibuat ngakak pada beberapa momen tanpa merasa komedi vulgarnya cringe atau terlalu berlebihan.
Yang membuat komedi vulgar di Joy Ride jadi tidak terasa berlebihan adalah kamu bisa menemukan elemen heartwarming tentang persahabatan dan keluarga di film ini. Jadi kamu bisa menemukan keseimbangan antara komedi dan drama pada ceritanya. Menariknya lagi, film ini juga menghadirkan plot twist cukup menarik tentang identitas ibu kandungnya Audrey, yang semakin membuat film ini terasa tidak monoton.
Sayangnya, third act yang ditampilkan film ini tidak bisa menyeimbangkan keseruan yang sudah dihadirkan di first act dan second act. Soalnya, konflik persahabatan yang ditampilkan di third act-nya terasa cukup klise. Apalagi, bagian menuju ending-nya menampilkan plot hole yang cukup mengganggu saya, yang mana teman-temannya Audrey bisa menghubungi suami dari ibu kandungnya Audrey. Bagaimana bisa padahal mereka tidak pernah bertemu?
Empat aktris utama yang chemistry-nya saling melengkapi
Berhubung Joy Ride menampilkan kisah tentang empat sekawan, tentu saja film ini menampilkan empat pemeran utama, di antaranya Ashley Park (pemeran Audrey), Sherry Cola (pemeran Lolo), Stephanie Hsu (pemeran Kat), dan Sabrina Wu (pemeran Deadeye). Selama menonton film ini, saya bisa bilang bahwa keempat aktor tersebut berhasil menciptakan chemistry yang sangat baik di sepanjang film.
Keempat aktris ini tampil dengan kemampuan akting yang seimbang, sehingga saya tidak bisa menentukan mana yang lebih dari di antara keempatnya. Apalagi, keempat aktris ini juga memerankan empat karakter berbeda, yang mana mereka saling mengisi satu sama lain di sepanjang filmnya. Saya bahkan sangat terhibur ketika melihat keempat aktris ini bernyanyi dan menari saat karakter mereka berpura-pura menjadi bintang K-pop.
Visual menyenangkan dan audio yang asyik didengar
Desain produksi yang ditampilkan Joy Ride memang bukanlah yang spesial. Walau begitu sutradara Adele Lim menonjolkan teknik editing yang membuat visual film ini terlihat menyenangkan. Teknik editing yang benar-benar bikin komedi di film ini jadi bisa tersampaikan dengan baik adalah ketika adegan Audrey dan teman-temannya berusaha menyembunyikan kokain, serta saat Audrey dan teman-temannya masing-masing sedang bersenang-senang dengan cowok.
Selain itu, visual terbaik dari film ini bisa kamu temukan saat adegan Audrey dan teman-temannya berpura-pura menjadi bintang K-pop supaya bisa naik pesawat ke Korea Selatan. Kamu bisa menemukan visual warna-warni selama mereka bernyanyi dan menari saat berpura-pura menjadi bintang K-pop.
Enggak hanya visualnya yang menyenangkan untuk dilihat, sutradara Lim juga menggunakan berbagai scoring dan soundtrack yang semakin membuat film ini terasa asyik. Film ini bahkan meng-cover lagu “WAP” milik Cardi B dengan gaya K-pop. Fakta menariknya lagi, rapper Indonesia, Ramengvrl, turut berpartisipasi dalam membuat salah satu lagu soundtrack film ini.
***
Sebagai film dengan rating 21+ di bioskop Indonesia, Joy Ride hadir dengan komedi vulgar yang disampaikan dengan tidak berlebihan. Soalnya, komedi vulgar di film ini diseimbangkan dengan kisah persahabatan dan pencarian jati diri yang cukup mengena. Penampilan empat aktris utama di film ini jelas semakin membuat filmnya semakin menyenangkan.
Setelah baca review film Joy Ride, apakah kamu jadi tertarik menonton film komedi ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!