*(SPOILER ALERT) Artikel ini sedikit mengandung bocoran film Di Ambang Kematian yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.
Film horor Indonesia yang diadaptasi dari thread viral di Twitter bisa dibilang sudah mulai banyak, seperti KKN di Desa Penari (2022) yang berhasil menjadi film terlaris sepanjang masa di Tanah Air. Nah, pada akhir September 2023 ini kita akan kedatangan lagi film horor lokal adaptasi thread, yaitu Di Ambang Kematian. Film ini diambil dari thread akun @jeropoint yang juga diklaim berdasarkan kisah nyata.
Sinopsis film Di Ambang Kematian berkisah tentang Bapak Suyatmo (Teuku Rifnu Wikana) yang melakukan pesugihan untuk melancarkan bisnisnya. Namun, karena salah perjanjian dengan sang iblis, tumbal untuk pesugihan itu berubah dari kambing menjadi nyawa manusia. Hasilnya, keluarga Suyatmo menjadi korban setiap 10 tahun, termasuk sang anak paling kecil, yaitu Nadia (Taskya Namya).
Nah, sebelum kamu menonton film Di Ambang Kematian di bioskop, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film horor Di Ambang Kematian
Film horor ‘keluarga’ yang dikemas dengan intens sejak awal
Film horor Indonesia tentang pesugihan sebagai premis ceritanya bisa dibilang sudah cukup banyak. Namun, dalam film Di Ambang Kematian, tema pesugihan tersebut dikemas dengan konsep yang kekeluargaan sehingga terasa sedikit lebih berbeda. Malahan, saking kentalnya elemen kekeluargaan itu, kita jadi tidak bisa sepenuhnya kesal terhadap Bapak Suyatmo walau sudah melakukan pesugihan yang mengorbankan keluarganya.
Lalu, dari segi horor, film ini benar-benar berhasil membuat penonton merasa tegang sejak adegan pembuka. Ketegangan tersebut pun terasa sangat intens hingga akhir film, seolah penonton hampir enggak diberikan jeda untuk bernapas. Hal ini terjadi berkat penggunaan berbagai elemen horor yang tepat, bahkan dari build up untuk setiap momen jump scare-nya sudah terasa sangat intens.
Well, memang di pertengahan film ada elemen horor yang terasa terlalu sering digunakan alias overused. Lalu, ada juga beberapa detail plot yang kurang dijelaskan. Namun, hal ini sebenarnya enggak terlalu mengganggu pengalaman sewaktu menonton, karena pembangunan premisnya yang sudah rapi serta penggunaan elemen horornya yang tepat.
Performa solid dari seluruh pemain
Di Ambang Kematian bisa dibilang bukan film horor yang memiliki banyak jajaran pemain. Hal ini pun bukanlah sesuatu yang buruk. Malahan, dengan jumlah pemain yang sedikit ini, performa dari para pemain utamanya dapat lebih terlihat menonjol buat penonton.
Dua pemain yang mendapat porsi peran paling banyak dalam film ini adalah Teuku Rifnu Wikana dan juga Taskya Namya. Chemistry keduanya sebagai ayah dan anak terasa cukup hangat di tengah konflik mematikan yang sedang melanda keluarga mereka. Keduanya juga berhasil tampil dengan cukup menyeramkan di beberapa momen tertentu.
Selain Teuku dan Taskya, sejumlah pemain dalam film ini juga berhasil memberikan performa yang solid. Apresiasi juga patut diberikan kepada Kinaryosih yang berhasil membuat penonton tegang lewat performanya sebagai sosok Ibu, meski hanya muncul sebentar.
Visual yang sukses bikin ngilu hingga scoring yang bikin loncat
Selain jump scare, film Di Ambang Kematian juga cukup sering mengandalkan elemen gore sebagai cara untuk menakuti penontonnya. Elemen gore ini pun terbilang berhasil dimaksimalkan lewat visualnya. Soalnya, beberapa adegan gore dalam film ini mampu membuat kamu jijik hingga ngilu dan bahkan sampai meringis, baik karena make up-nya atau karena penggunaan CGI-nya.
Namun, harus diakui bahwa penggunaan efek visual CGI dalam film ini masih jauh dari sempurna. Soalnya, ada beberapa adegan dengan CGI yang tampak kurang rapi sehingga terlihat layaknya animasi. Momen dengan CGI buruk ini memang jarang, tapi sekalinya ada bisa lumayan merusak kengerian adegannya.
Selain itu, penggunaan scoring dan sound dalam film ini juga sangat membantu untuk memaksimalkan momen jump scare sehingga beberapa kali sukses bikin penonton loncat dari bangku saking kagetnya. Hal ini karena volume scoring serta sound effect-nya memang terasa sangat kencang, dan bahkan bisa bikin kaget walau bukan adegan jump scare.
Meski begitu, perlu ditekankan juga bahwa penggunaan volume yang kencang untuk aspek suara juga bukan sesuatu yang sepenuhnya baik. Memang, sih, hal itu bisa menambah efek kejut di momen jump scare. Namun, jika terlalu berlebihan, backsound yang terlalu kencang tersebut justru membuat beberapa dialog pada filmnya jadi tidak terlalu terdengar.
***
Secara mengejutkan, Di Ambang Kematian berhasil melebihi ekspektasi KINCIR dengan ceritanya yang solid dan rapi. Kengeriannya juga benar-benar terasa dibangun sangat intens sejak awal hingga akhir, dan mungkin jadi salah satu kandidat film horor terseram pada 2023 ini. Jika kamu tertarik, film ini sudah bisa kamu saksikan di sejumlah bioskop Indonesia mulai 28 September 2023.
Nah, bagaimana tanggapan kamu dengan review film tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan film lainnya, ya!