*Spoiler Alert: Review film Home Sweet Loan ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Film Noktah Merah Perkawinan mungkin bukan film yang ramai dibicarakan dan mendapat banyak penonton. Tapi, film tersebut membuat banyak orang –termasuk KINCIR– yang sepakat kalau Sabrina Rochelle Kalangie adalah salah satu sutradara perempuan berbakat dari Indonesia. Dia pun kembali membuat sebuah karya film yang berjudul Home Sweet Loan.
Home Sweet Loan berkisah tentang seorang karyawan swasta bernama Kaluna yang bermimpi punya rumah sendiri. Dengan berbagai cara dia menyisihkan gajinya supaya bisa memiliki hunian secara mandiri. Keresahan Kaluna untuk punya rumah juga didorong karena faktor keluarga yang dia rasa enggak membuat dirinya nyaman tinggal bersama mereka.
Petualangannya menabung, bekerja dan mencari rumah sendiri adalah sajian cerita yang dekat dengan masyarakat Indonesia kebanyakan saat ini. Lantas bagaimana film ini bisa melahap ide cerita ini?
Review film Home Sweet Loan
Beberkan semua masalah yang terjadi karena rumah
Film Home Sweet Loan adalah film yang di angkat dari sebuah novel berjudul sama karangan Almira Bastari. Novel tersebut rilis pada tahun 2022 lalu dan cukup mendapat ulasan baik dari para pembacanya. Buku ini juga masuk kategori best seller karena berhasil terjual dalam jumlah banyak. Film Home Sweet Loan mencoba menerjemahkan apa yang ada dalam bukunya menjadi sebuah karya audio visual yang enak untuk dinikmati.
Tentu enggak semua hal yang ada dalam buku tampil di layar lebar, namun filmnya tetap terasa padat. Benar-benar pandai dalam memilih part yang diambil. Mengikuti cerita Kaluna yang lahir sebagai tulang punggung keluarga bikin penonton ikut me-refresh perjalanan hidup dengan segala dinamikanya.
Salah satu yang menarik adalah bagaimana cara film ini menciptakan keadaan yang ‘serba mentok’ untuk si pemeran utama. Sederet masalah yang datang bertubi-tubi pun akhirnya punya pilhan keputusan yang terbatas; sekaligus menentukan nasib berikutnya. Bagi penonton yang relate, begitu terasa kalau kita juga ‘dipaksa setuju’ dengan jalan yang diambil Kaluna.
Mereka yang lahir sebagai tulang punggung keluarga namun harus berkompromi dengan mimpi besar.
Lewat kesederhanaan itu, sederet masalah datang bertubi-tubi. Saking sederhananya kehidupan Kaluna. Maka penyelesaian masalah yang ia hadapi juga jadi terbatas. Ia harus memilah keputusan mana yang harus ia ambil sekaligus menentukan nasib hidup seperti apa yang akan ia lewati.
Home Sweet Loan juga memilih realita hidup perempuan sebaya Kaluna; ingin rumah yang nyaman. Enggak cuma secara fisik, tapi secara makna tentang orang-orang yang menghuninya. Semua polemik ini dibikin dengan dinamika yang begitu tegas. Terasa solid dan mantap.
Emosi karakter yang menghanyutkan
Home Sweet Loan menempatkan kita dalam keresahan Kaluna. Mungkin, emosi dalam film tidak dibuat menanjak, tapi masalah yang membuyarkan harapan kerap dimunculkan tiba-tiba. Keadaan ini sama dengan kehidupan orang menengah yang punya ambisi memperbaiki hidup. Kaum yang belum mampu punya back up plan….
Sebagai Kaluna, Yunita Siregar pun mampu menempatkan diri sebagai tokoh yang hidupnya enggak spesial. Satu catatan penting adalah soal bagaimana penekanan dialog yang Yunita Siregar lakukan dan ekspresi yang terasa pas; tidak berlebihan.
Selain Yunita, karakter penunjang lainnya pun enggak kalah menarik; termasuk Ayah dan ibu Kaluna. Dua karakter yang menduplikasi ayah dan ibu kebanyakan di seluruh Indonesia. Ayah Kaluna (Budi Ross), sosok yang merasa paling bertanggung jawab di rumah, yang kerap harus pura-pura tenang padahal tengah pusing. Sementara ibu Kaluna (Daisy Lantang) jadi sosok yang selalu mengalah buat anaknya supaya anaknya bisa keluar dari jerat masalah.
Melihat bagaimana interaksi mereka membuat saya mengigat kembali bagaimana Sabrina Rochelle lihai dalam membuat adu argumen di Noktah Merah Perkawinan yang intense serta menguras emosi.
Karakter-karakter kawan Kaluna juga dibuat menjadi pendukung yang makin menyempurnakan jalannya film ini. Di samping membuat kita merasa telah lama akrab dengan teman-teman Kaluna ini.
Menggambarkan kesederhanaan dengan manis dan apik
Sejak awal mula film di putar, Sabrina Rochelle Kalangie menampilkan segala hal yang tentang kehidupan sederhana yang biasa saja. Sesuatu yang dekat dengan masyarakat kelas menengah hari ini. Bekerja, menabung,dan bermimpi memiliki rumah sendiri.
Kesederhanaan ini juga tercipta dari semua hal yang bisa ditangkap oleh kamera. Mulai dari set rumah keluarga Kaluna yang sebenarnya tidak kecil tapi didominasi perabot jadul, hingga pilihan outfit Kaluna.
Jujur, ketika saya melihat wawancara behind the scene Yunita Siregar, saya terpukau dengan bagaimana tampilannya sebagai Kaluna. Semacam di-tone down, film ini cerdik dalam membuat Kaluna menjadi spotlight dengan tampilan yang dibikin sesedehana mungkin. Yap, kemeja lengan panjang dengan celana di tengah teman-temannya yang outfit-nya mencuri perhatian! Nyatanya, sepanjang menonton, fokus mata saya ke karakter Kaluna tidak pernah kabur.
***
Dengan penggambaran karakter yang kuat dan dinamis, serta nuansa kehidupan sederhana yang penuh makna, Home Sweet Loan berhasil menghadirkan konflik yang dekat dengan cara yang paling sederhana. Lebih dari itu, Home Sweet Loan juga menggambarkan tantangan dan harapan yang dialami banyak orang di kehidupan sehari-hari.
Penampilan Yunita Siregar sebagai Kaluna dan karakter pendukung lainnya sangat mendalam, menciptakan emosi yang mengena dan membuat penonton terhubung dengan cerita. Selain itu, film ini menampilkan kesederhanaan kehidupan dengan cerdas, sehingga tidak sulit bagi penonton untuk terhubung dan masuk dalam kisahnya.
Rasanya, Home Sweet Loan sayang untuk dilewatkan! Kamu bisa menyaksikan Home Sweet Loan di bioskop kesayangan kamu per 26 September 2024.film yang sudah tayang sejak 26 September ini! Jadi, setelah baca review film Home Sweet Loan dari KINCIR ini apakah kamu akan semakin tertarik untuk menyaksikannya?