Five Nights at Freddy's

Review Film Five Nights at Freddy’s (2023)

Five Nights at Freddy’s
Genre
  • horor
  • live action
Actors
  • Elizabeth Lail
  • Josh Hutcherson
  • Matthew Lillard
  • Piper Rubio
Director
  • Emma Tammi
Release Date
  • 25 October 2023
Five Nights at Freddy's
Rating
2 / 5

*Spoiler Alert: Review film Five Nights at Freddy’s mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.

Pada 2014, developer game bernama Scott Cawthon merilis game horor yang begitu fenomenal pada masanya, yaitu Five Nights at Freddy’s. Di game ini, pemain menjadi petugas yang menjaga keamanan restoran piza terbengkalai, dengan mengandalkan kamera CCTV, lampu, pintu, dan ventilasi, untuk mempertahankan diri dari teror boneka robot. Nah, Universal Pictures akhirnya merilis film live action yang diadaptasi game ini.

Film Five Nights at Freddy’s digarap oleh Emma Tammi, sosok yang yang sebelumnya pernah menyutradarai serial Into the Dark dan The Wind (2018). Masih ingat dengan pemeran Peeta Mellark di seri film The Hunger Games, yaitu Josh Hutcherson? Nah, film ini dibintangi oleh Hutcherson sebagai Mike Schmidt, Piper Rubio, Elizabeth Lail, dan Matthew Lillard.

Trailer Five Nights at Freddy’s

Five Nights at Freddy’s berkisah tentang Mike Schmidt yang terpaksa mengambil kerja untuk menjaga keamanan Freddy Fazbear’s Pizza di malam hari, demi mempertahankan hak asuh adiknya. Selama menjaga tempat yang telah terbengkalai selama belasan tahun tersebut, Mike ternyata harus menghadapi ancaman mengerikan dari boneka robot yang bisa hidup sendiri.

Review film Five Nights at Freddy’s

Akurat dengan gamenya, tetapi terasa kurang maksimal sebagai film horor

Five Nights at Freddy's

Salah satu tantangan terbesar dalam membuat film yang diadaptasi dari game tentu saja adalah bagaimana sutradara dan penulis naskah bisa memuaskan para penggemar gamenya. Itulah sebabnya, enggak jarang banyak penggemar game yang kecewa karena film adaptasi game favorit mereka malah diacak-acak dan dibuat melenceng dari sumber aslinya. Apakah Five Nights at Freddy’s bisa lepas dari “kutukan” film adaptasi game?

Penggemar gamenya mungkin bakal dipuaskan oleh fan service yang dihadirkan Five Nights at Freddy’s karena film ini menghadirkan berbagai aspek yang bisa dibilang cukup akurat dengan gamenya, walau ada beberapa modifikasi pada karakter untuk membuat kejutan pada ceritanya. Namun bagi orang yang tidak mengikuti gamenya, Five Nights at Freddy’s tidak bisa dibilang menghadirkan pengalaman yang maksimal sebagai film horor.

Aspek yang membuat game Five Nights at Freddy’s begitu disukai penggemarnya adalah jump scare dan ketegangan ketika pemain harus mampu menghindari boneka robot sebaik mungkin. Sayangnya, hal tersebut tidak ditemukan di film live action-nya. Jump scare yang dihadirkan begitu klise, bahkan sama sekali tidak menakutkan bagi saya yang lemah terhadap jump scare. Bahkan ketika karakter utama dalam keadaan terdesak, ketegangan yang ditampilkan pun tidak terasa meyakinkan.

Bagaimana sutradara dan penulis naskah mengemas plot twist filmnya pun terasa hambar dan kurang rapi. Film ini begitu jelas memberikan petunjuk mengenai plot twist-nya pada bagian awal film. Jadi ketika kejutannya terungkap di bagian akhir filmnya, saya sama sekali tidak merasakan sensasi terkejutnya dan merasa plot twist-nya agak maksa.

Tidak ada yang spesial dari penampilan para aktornya

Five Nights at Freddy's

Sebagai informasi, Five Nights at Freddy’s digarap dengan bujet yang cukup kecil untuk ukuran film Hollywood, yaitu sekitar 20 juta dolar (sekitar Rp318 miliar). Dengan bujet yang tidak seberapa, film ini hanya menghadirkan dua aktor yang cukup ternama, yaitu Josh Hutcherson dan Matthew Lillard. Sayangnya, kehadiran kedua aktor ini tidak mampu mengangkat filmnya secara kualitas.

Tidak ada akting spesial dan memorable yang ditampilkan Hutcherson sebagai aktor utama. Jatah kemunculan Lillard memang sangat sedikit, tetapi Lillard juga enggak berusaha keras untuk membuat penampilan singkatnya jadi berkesan bagi penonton. Enggak menutup kemungkinan juga jika kualitas naskah filmnya yang tidak maksimal membuat kedua aktor ini tidak bisa menampilkan kualitas akting mereka.

Hal lainnya yang saya cukup sayangkan dari Five Nights at Freddy’s adalah bagaimana ceritanya membuat Abby Schmidt (adik kandungnya Mike) jadi karakter yang annoying, padahal dia adalah karakter kunci di filmnya. Rasanya penonton sulit dibuat bersimpati dengan Abby, padahal kehadiran pemerannya, yaitu Piper Rubio, cukup memberikan warna untuk filmnya.

Cukup niat dalam menghadirkan efek visual practical

Five Nights at Freddy's

Akibat teknologi perfilman yang semakin canggih, semakin banyak sutradara yang lebih memilih menggunakan CGI dalam menghadirkan efek visual pada filmnya. Namun, sutradara Emma Tammi lebih memilih menggunakan lebih banyak efek visual practical pada Five Nights at Freddy’s, yang mana membuat para boneka robot terasa lebih hidup dan nyata. Namun dari sisi sinematografi, tidak ada yang spesial dari film ini.

Dari sisi audio, Five Nights at Freddy’s menggunakan scoring dan musik yang cukup umum digunakan di berbagai film horor. Lagi dan lagi, tidak ada sesuatu yang spesial dan berkesan dari penggunaan musik dan scoring di film ini.

***

Five Nights at Freddy’s memang menampilkan berbagai aspek dari gamenya yang bisa menjadi fan service memuaskan untuk penggemar gamenya. Namun sebagai film horor, jump scare dan ketegangan yang dihadirkan terasa hambar dan kurang gereget. Padahal, game Five Nights at Freddy’s dikenal karena jump scare-nya yang sanggup bikin jantung hampir copot.

Setelah baca review film Five Nights at Freddy’s, apakah kamu jadi tertarik menonton film adaptasi game ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.