*(SPOILER ALERT) Review film Dua Hati Biru ini sedikit mengandung bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kamu yang belum nonton.
Pada 2019 lalu, kita kedatangan film Dua Garis Biru yang disutradarai oleh Gina S. Noer. Film yang dibintangi oleh Angga Yunanda serta Adhisty Zara tersebut pun mendapat respons yang positif, walau memang sempat menuai kontroversi karena mengangkat kenakalan remaja sebagai cerita. Nah, pada 2024 ini kita pun akan kedatangan sekuel dari film tersebut yang berjudul Dua Hati Biru.
Sinopsis film Dua Hati Biru melanjutkan kisah pasangan muda Bima dan Dara setelah memiliki anak pada akhir Dua Garis Biru. Setelah Dara kembali dari Korea Selatan, keduanya pun mencoba membangun kehidupan rumah tangga bersama Adam yang merupakan anak mereka. Namun, proses tersebut ternyata enggak mudah dan justru menimbulkan berbagai macam konflik baru di antara keduanya.
Nah, sebelum kamu nonton film Dua Hati Biru di bioskop, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR berikut ini!
Review film Dua Hati Biru
Konflik dewasa nan realistis yang memainkan emosi sepanjang nonton
Sekadar mengingatkan, kisah Dua Garis Biru selaku film pertamanya lebih berfokus pada masalah yang harus dihadapi Dara ketika ia dihamili oleh Bima sewaktu masih SMA. Di film tersebut, keduanya dipandang sebagai anak SMA naif yang berbuat salah dan tak tahu harus bagaimana. Hal ini kemudian membuat keduanya kerap dituntun oleh orang tua masing-masing untuk menyelesaikan masalahnya.
Nah, di Dua Hati Biru, keduanya bisa dibilang sudah ‘berdamai’ dengan kesalahan yang mereka perbuat dan mencoba membangun rumah tangga seperti pasangan pada umumnya. Makanya, konflik yang dihadirkan dalam sekuelnya ini terasa lebih dewasa, karena bukan sekadar kenakalan remaja lagi, melainkan sudah konflik rumah tangga pasangan muda.
Mungkin masih ada segelintir orang yang menganggap kalau film ini terkesan meromantisasi pernikahan muda. Namun, nyatanya Dua Hati Biru mencoba menggambarkan berbagai dampak besar pernikahan dari pasangan yang pada dasarnya belum matang untuk menikah, layaknya Dua Garis Biru yang membahas soal hamil di luar nikah.
Dua Hati Biru menyajikan konflik tersebut dengan cara yang sangat realistis, sehingga bisa relate bagi orang yang belum menikah sekalipun. Dinna Jasanti dan Gina S. Noer sebagai sutradara juga sukses membawakan konflik tersebut dengan cara yang sangat emosional. Kalau bisa dibilang pengalaman nonton film Dua Hati Biru akan terasa seperti naik rollercoaster emosi karena banyaknya naik-turun konflik.
Keterlibatan Aisha Nurra Datau jadi keputusan yang tepat
Pada film Dua Garis Biru, sosok Dara diperankan oleh Adhisty Zara. Namun, di film Dua Hati Biru posisi pemeran Dara kini digantikan oleh Aisha Nurra Datau. Pergantian pemain ini tentunya jadi perubahan besar yang terjadi pada sekuelnya, mengingat Dara merupakan tokoh utama perempuan, dan keterlibatan Zara sebagai pemerannya juga sudah lumayan melekat di film pertamanya.
Namun, absennya Zara sebagai pemeran Dara di sekuelnya ini ternyata tidak jadi masalah. Sebab, keterlibatan Nurra Datau sebagai pemeran baru Dara berhasil mengisi kekosongan tersebut dan bahkan terbilang sangat melebihi ekspektasi karena chemistry-nya dengan para pemain lain terasa sangat mengalir dan tidak terasa canggung. Keterlibatan Nurra Datau juga terasa lebih pas untuk memerankan Dara yang kini punya konflik lebih dewasa ketimbang film pertamanya.
Selain Nurra Datau, Angga Yunanda yang kembali berperan sebagai Bima juga berhasil tampil apik, terutama pada adegan yang sangat emosional. Aktor cilik Farrell Rafisqy yang berperan sebagai Adam selaku anak Bima dan Dara juga selalu berhasil mencuri perhatian penonton. Begitu juga dengan Keanu AGL yang jadi pusat hiburan penonton di tengah banyaknya momen emosional di film ini.
Soundtrack yang pas dengan visual yang terasa ‘nyata’
Sama seperti film pertamanya, soundtrack juga masih menjadi kekuatan utama Dua Hati Biru dalam membangun suasana emosi tiap adegannya. Soalnya, setiap lagu yang dihadirkan dalam film ini terasa selalu pas dengan suasana adegannya dan ikut memainkan emosi penonton. Salah satunya lagu “Growing Up” dari Rara Sekar yang kembali terdengar di film ini dan diputar saat momen sedih.
Sementara itu, Dua Hati Biru secara visual memang enggak terlalu memanjakan mata ketimbang film pertamanya. Sebab, warna dan simbol-simbol semiotika yang hadir sepanjang film ini terasa lebih hambar. Namun, hal ini kemungkinan besar dilakukan untuk menggambarkan kehidupan Bima dan Dara secara lebih nyata karena tinggal di kalangan menengah ke bawah.
Oh ya, buat kamu yang jatuh hati dengan film Dua Garis Biru berkat adegan one take di UKS yang ikonis, jangan khawatir! Soalnya, sekuelnya ini tetap menghadirkan adegan one take yang enggak kalah emosionalnya.
***
Dua Hati Biru pada akhirnya berhasil hadir sebagai tontonan keluarga yang terasa hangat, mengharukan, dan terasa dekat dengan kehidupan nyata. Keterlibatan Nurra Datau sebagai pemeran baru Dara juga menjadi keputusan sangat tepat yang bikin konflik di film ini jadi lebih terasa secara emosi. Jika kamu tertarik nonton, film ini sudah bisa disaksikan di sejumlah bioskop Indonesia mulai 17 April 2024.
Nah, bagaimana tanggapan kamu dengan review film tersebut? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk ulasan film lainnya, ya!