*Spoiler Alert: Review film Ali Topan mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Setelah tampil di tiga film pada 2023 lalu, Jefri Nichol kembali lagi memeriahkan dunia perfilman Indonesia dengan tampil di film terbaru produksi Visinema Pictures, yang berjudul Ali Topan. Buat kamu yang belum tahu, film ini diadaptasi dari novel berjudul Ali Topan Anak Jalanan karya Teguh Esha, yang dirilis pada era 1970-an. Sebelum Visinema menggarap film ini, kisah Ali Topan juga pernah diangkat menjadi film pada era 1970-an dan sinetron pada era 1990-an.
Ali Topan digarap oleh Sidharta Tata, sosok yang sebelumnya pernah menyutradarai Waktu Maghrib (2023). Fakta menariknya, film ini juga dibintangi oleh Ari Sihasale, pemeran Ali Topan versi sinetron di era 1990-an. Selain Jefri Nichol dan Ari Sihasale, kamu juga bisa berjumpa dengan Lutesha, Omara Esteghlal, Axel Matthew Thomas, Onadio Leonardo, dan aktor lainnya.
Ali Topan berkisah tentang anak orang kaya yang lebih memilih kehidupan bebas di jalanan dan meninggalkan kehidupan mewahnya. Pada suatu hari, Topan bertemu dengan Anna Karenina yang ternyata juga lelah dengan hidupnya yang penuh aturan di tengah berlimpahnya harta orang tuanya. Topan dan Anna memutuskan untuk melakukan perjalanan lintas provinsi menggunakan motor, yang malah jadi menghebohkan masyarakat Indonesia.
Review film Ali Topan
Film road trip yang angkat beberapa isu sekaligus
Ali Topan hadir sebagai film road trip dengan berbagai konflik yang dihadapi Topan dan Anna Karenina, ketika mereka memutuskan pergi dari Jakarta ke sekitar Jawa Tengah hanya menggunakan motor untuk mencari kakaknya Anna yang kabur. Kisah cintanya Topan dan Anna jelas yang membentuk cerita di film ini. Namun, filmnya enggak hanya fokus pada kisah cinta mereka berdua dan ternyata mengangkat beberapa isu dalam satu film.
Salah satu isu utama yang diangkat Ali Topan adalah mengenai kebebasan. Dua karakter utamanya, yaitu Topan dan Anna, sama-sama berasal dari keluarga kaya yang ingin lepas dari bayang-bayang orang tua mereka dan ingin menentukan pilihan hidup sendiri. Dari situ sudah jelas bahwa Topan dan Anna pasti berasal dari keluarga bermasalah, yang mana film ini juga mengangkat isu keluarga yang cukup relate.
Masalah cinta, kebebasan, keluarga, solidaritas, hingga politik; semua muncul ketika Topan dan Anna bertemu, khususnya ketika mereka memutuskan pergi bersama. Dengan durasi 1 jam 54 menit, semua isu tersebut jadi dikemas terlalu padat dalam penceritaannya. Walau begitu, saya cukup menikmati momen-momen road trip yang dilakukan Topan dan Anna. Enggak hanya sekadar perjalanan, momen road trip mereka juga dibumbui berbagai sajian aksi kejar-kejaran.
Selain drama dan aksi, Ali Topan juga menghadirkan elemen komedi yang membuat filmnya terasa menyenangkan. Salah satu momen komedi favorit saya di film ini adalah ketika Topan dan Anna bertemu dengan Dirga dan gengnya. Soalnya, Dirga hadir sebagai karakter yang paling kocak di film ini, di tengah-tengah momen Topan dan Anna sedang dibuntuti.
Jefri Nichol, si paling ahli dalam karakter bad boy
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, karakter Ali Topan diperankan oleh Jefri Nichol. Sebagai karakter yang tidak suka terikat dengan sistem, Topan jelas merupakan perwujudan karakter bad boy. Memberikan peran Topan kepada Jefri bisa dibilang sebagai pilihan yang tepat karena Jefri terlihat begitu effortless dalam menghidupkan karakter ini lewat pesona dan karismanya.
Di film ini, Jefri dipasangkan oleh Lutesha yang berperan sebagai Anna Karenina. Penampilan Lutesha sebagai Anna juga sama menariknya dengan penampilan Jefri, apalagi Anna bukan dibuat sebagai karakter menye-menye. Berhubung sama-sama bagus, Jefri dan Lutesha berhasil membangun chemistry yang cukup baik di sepanjang filmnya.
Selain Jefri dan Lutesha, penampilan aktor lainnya yang tidak disangka berhasil mencuri perhatian di film ini adalah Onadio Leonardo yang berperan sebagai Dirga. Walau jatah tampil Onad bisa dibilang cukup singkat, dia berhasil membuat karakter Dirga menjadi sangat lucu dengan tingkah kocaknya.
Diiringi soundtrack yang mendukung ceritanya
Ali Topan, baik film maupun karakternya, memiliki vibes anak skena yang sangat kuat. Bahkan, Topan dan gengnya mengurus sebuah Warung Seni, yang mana jadi tempat manggungnya para band-band skena. Enggak heran film ini diiringi dengan lagu-lagu yang sangat sesuai dengan nuansa filmnya. Kamu bisa mendengar lagu dari Morfem, Bangkutaman, For Revenge, dan band lain di sepanjang filmnya. Pemilihan lagunya begitu tepat dalam menggambarkan jiwa bebasnya Topan.
***
Ali Topan hadir sebagai film road trip yang mengangkat kisah tentang percintaan, kebebasan, keluarga, bahkan politik. Jadi enggak hanya sekadar film drama, kamu bahkan bisa menemukan elemen adventure, aksi, dan komedi dalam film ini. Jefri Nichol jelas menjadi pilihan yang tepat untuk memerankan karakter bad boy seperti Ali Topan ini.
Setelah baca review film Ali Topan, apakah kamu jadi tertarik menonton film drama petualangan ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!