Avatar

5 Kesalahan dari Film The Last Airbender yang Diperbaiki di Serial Avatar Versi Netflix

Pada akhir Februari 2024, Netflix akhirnya merilis serial yang paling dinanti-nantikan banyak orang, yaitu Avatar: The Last Airbender. Dari judulnya saja sudah jelas bahwa itu adalah serial live action yang diadaptasi dari serial animasi Avatar: The Last Airbender yang dulu dirilis oleh Nickelodeon. Walau ada perubahan pada ceritanya, The Last Airbender versi Netflix cukup diterima dengan baik karena ceritanya mendekati sumber orisinalnya.

The Last Airbender versi Netflix bukanlah adaptasi live action pertama dari The Last Airbender versi animasi. 14 tahun lalu, Paramount Pictures merilis film The Last Airbender (2010) yang disutradarai oleh M. Night Shyamalan. Bukan rahasia lagi bahwa The Last Airbender versi 2010 benar-benar gagal. Untungnya, The Last Airbender versi Netflix tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan di versi filmnya.

Berikut beberapa kesalahan dari film The Last Airbender yang diperbaiki di serial Avatar versi Netflix!

Kesalahan Film The Last Airbender yang diperbaiki di Avatar versi Netflix

1. Aktor dengan etnis yang akurat dan penampilannya cukup mirip dengan karakter versi kartun

Avatar

Siapa pun yang sudah menonton film The Last Airbender pastinya setuju bahwa sutradara M. Night Shyamalan memilih aktor yang secara etnis tidak sesuai dengan versi kartunnya. Aang, Katara, dan Sokka diperankan oleh aktor kulit putih. Yang lebih mengejutkan lagi, semua orang dari Negara Api diperankan oleh aktor India dan Timur Tengah. Berhubung etnisnya sudah tidak sesuai, enggak heran karakter di film The Last Airbender terlihat jauh berbeda dari versi animasinya.

Kesalahan tersebut tentunya tidak diulangi oleh The Last Airbender versi Netflix. Serial ini merekrut berbagai aktor Asia dan suku asli Amerika. Enggak hanya aktor keturunan Asia Timur saja, The Last Airbender versi Netflix juga menampilkan aktor keturunan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Berhubung etnisnya akurat, sebagian besar karakter yang muncul di The Last Airbender versi Netflix cukup mirip dengan versi animasinya, walau ada beberapa aktor yang dianggap sangat berbeda.

2. Avatar: The Last Airbender memang hanya bisa diadaptasi menjadi serial bukan film

Avatar

The Last Airbender versi animasi terbagi dalam tiga season. Season pertamanya saja, yang diberi nama Book One: Water, terdiri dari 20 episode. Merangkum 20 episode ke dalam satu film yang berdurasi 1 jam 43 menit bukanlah perkara yang mudah. Enggak heran bahwa film The Last Airbender terlalu banyak melewatkan momen penting yang ada di serial animasinya untuk bisa merangkum 20 episode ke dalam satu film live action.

Netflix dan showrunner Albert Kim jelas paham bahwa format serial jelas lebih tepat untuk merangkum 20 episode yang ada di Book One: Water versi animasinya. Namun untuk bisa merangkum 20 episode animasi ke dalam delapan episode serial live action, tentunya harus ada modifikasi pada ceritanya. Walau ada beberapa hal yang berbeda, serial live action malah menambah depth untuk cerita yang sudah begitu bagus di versi animasinya.

3. The Last Airbender versi Netflix melafalkan nama Aang dengan benar

Avatar

Sejak The Last Airbender versi animasi dirilis pada 2005, siapa pun yang menontonnya pasti tahu bahwa cara pelafalan nama Aang adalah “Eng”. Tidak heran penggemar jadi marah ketika sutradara M. Night Shyamalan memutuskan cara melafalkan nama Aang menjadi “Ong” bukan “Eng” di film live action-nya. Cara pelafalan nama “Ong” bahkan sempat menjadi bulan-bulanan netizen selama bertahun-tahun, hingga muncul kembali karena perilisan The Last Airbender versi Netflix.

Tidak hanya mengerti untuk mencari aktor yang etnisnya sesuai dengan karakter The Last Airbender versi animasinya, Netflix dan showrunner Albert Kim sadar bahwa pelafalan nama Aang juga sangat penting bagi penggemarnya. Yap, The Last Airbender versi Netflix pun konsisten melafalkan nama Aang seperti seharusnya, yaitu “Eng”.

4. Koreografi aksi yang jelas lebih luwes

Avatar

Dari The Last Airbender versi animasinya saja sudah jelas bahwa para karakter harus melakukan gerakan bela diri yang luwes dan cepat dalam proses pengendalian elemen. Sayangnya, film The Last Airbender gagal dalam mengeksekusi hal tersebut. Koreografi saat melakukan pengendalian elemen terlihat kaku dan terlalu bertele-tele. Adegan bertarungnya pun terlihat sangat aneh karena karakter seperti saling tunggu-tungguan dalam melakukan aksinya.

Kesalahan tersebut untungnya tidak diulangi lagi oleh The Last Airbender versi Netflix. Koreografi dalam mengendalikan elemen di serial ini jelas jauh lebih luwes dan dilakukan dengan cepat. Adegan pertarungannya pun terasa lebuh natural karena tidak salig tunggu-tungguan. Menariknya lagi, beberapa adegan pertarungan ikonis dari serial animasinya bisa diwujudkan dengan sangat baik di serial live action-nya.

5. Tidak lupa menampilkan sang Penjual Kubis

Avatar

Seperti yang disebutkan pada poin kedua, film The Last Airbender banyak melewatkan momen atau karakter penting di Book One: Water versi animasinya karena tidak sanggup merangkum 20 episode animasi ke dalam satu film. Yang sungguh disayangkan adalah sutradara M. Night Shyamalan sampai lupa atau tidak peduli untuk menampilkan Penjual Kubis di filmnya. Padahal, Penjual Kubis merupakan karakter kecil yang begitu ikonis di The Last Airbender versi animasi.

Kabar baiknya, Netflix dan showrunner Albert Kim paham betul bahwa The Last Airbender versi mereka tentunya enggak akan lengkap tanpa kehadiran sang Penjual Kubis. Kamu bisa menemukan penampakan Penjual Kubis pada episode ketiga serial live action-nya. Spesialnya lagi, Penjual Kubis yang kamu lihat di serial live action diperankan oleh James Sie, aktor yang juga menjadi pengisi suara Penjual Kubis di serial animasinya.

***

Itulah deretan kesalahan dari film The Last Airbender yang diperbaiki di serial Avatar versi Netflix. Siapa pun pasti setuju bahwa The Last Airbender versi Netflix jauh lebih baik dari film live action terdahulunya. Nah, apakah kamu juga sudah cukup puas dengan The Last Airbender versi Netflix?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.