Film fantasi Wicked, yang menyajikan kisah tentang The Land of Oz, siap untuk menghangatkan hati para penonton di bioskop mulai 20 November 2024. Diangkat dari novel yang fenomenal berjudul sama karya Gregory Maguire tahun 1995, Wicked menceritakan tentang persahabatan para penyihir legendaris di The Wizard of Oz (1939), Glinda The Good (Galinda) dan Elphaba, yang dikenal sebagai The Wicked Witch of The West, semasa mereka menempuh pendidikan di Shiz University.
Film Wicked siap untuk meneruskan legenda yang telah dibuat oleh versi pementasan dramanya. Pementasan drama musikal Wicked hadir pada tahun 2003, musikal di Broadway, diproduseri oleh Marc Platt dan David Stone, dengan naskah buatan Winnie Holzman, serta musik dan lirik oleh Stephen Schwartz. Drama musikal ini mampu meraup US$ 6 miliar dan panen pujian dari berbagai kritikus.
Film Wicked merayakan perilisan film
John M. Chu, sutradara yang terkenal dengan adaptasi Crazy Rich Asian (2018), kini didapuk untuk mengalihwahanakan drama musikal itu menjadi sebuah film. Aspek visual yang magis dan vibrant menjadi salah satu daya tarik dari film ini.
“Saya ingin orang-orang yang sudah menonton Wicked di panggung mau pun para penonton baru, bisa merasakan pengalaman yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kami bekerja dalam waktu yang lama untuk menemukan pemeran dan perancang film yang sempurna. Kami mengumpulkan semua orang ‘gila’ ini untuk membuat film yang berbeda.”, tukasnya dalam sebuah wawancara eksklusif.
Bukan hal yang mudah untuk mengadaptasi sebuah pentas drama fenomenal ke dalam karya visual di layar bioskop. Terlebih lagi, Wicked tidak hanya bercerita tentang dunia ajaib saja. Lebih daripada itu, lewat tokoh Galinda dan Elphaba, Wicked mengeksplorasi masalah persahabatan, diskriminasi, dan juga penipuan struktural. Maka dari itu, Chu bekerja keras untuk berkolaborasi dengan berbagai bakat terbaik agar dapat memberikan suatu alih wahana yang berkesan bagi para penonton.
Merayakan Perbedaan dalam Wicked
Wicked bukanlah perang sederhana tentang si baik dan si jahat. Lebih daripada itu, Wicked mengeksplorasi sisi abu-abu para tokoh dan bagaimana lingkungan bisa memengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan serta memengaruhi karakter mereka. Hal tersebut, utamanya, terasa dalam pengembangan karakter Elphaba. Dalam The Wizard of Oz, The Wicked Witch of the West menjadi karakter satu dimensi, tetapi novel dari Maguire membuatnya menjadi karakter yang kompleks dan patut untuk direnungi. Anggapan bahwa Elphaba mengerikan tidaklah sepenuhnya tepat.
Karakter Elphaba dan bagaimana lingkungan salah paham mengenai jati dirinya diungkapkan oleh sang pemeran, Cynthia Erivo, “Elphaba dan saya memiliki pemahaman yang sangat jelas tentang apa artinya menjadi berbeda dan sendirian, tetapi tetap berjuang untuk menjadi diri sendiri. Saya telah belajar bahwa karakter Elphaba benar-benar lembut dan selalu menjaga perasaannya. Kami berdua pernah mengalami rasa sakit yang sangat dalam dan tahu bagaimana rasanya dikecewakan oleh seseorang. Senang rasanya bisa memanfaatkan pengalaman tersebut untuk dicurahkan dalam karakter Elphaba yang saya perankan.”
Hubungan persahabatan antara Elphaba yang dianggap berbeda dan Galinda yang populer serta memenuhi kriteria standsr kecantikan adalah hal yang membuat Wicked menjadi lebih dalam daripada film musikal cantik. “Hal yang indah dari Galinda dan Elphaba adalah setiap orang dapat melihat bagian dari diri mereka sendiri di dalamnya. Mereka mewakili begitu banyak kerumitan, kemanusiaan, nuansa yang indah, cinta, ketidaksetujuan, menemukan jati diri, melakukan apa yang benar, dan semuanya berakar pada cinta. Kisah Wicked adalah bukti dari kedalaman pengalaman manusia, kerumitan jiwa manusia, serta bagaimana kita semua memiliki sisi baik dan jahat di dalam diri kita..”, tukas Ariana Grande yang memerankan Glinda dalam Wicked.
Merasakan Sensasi Wicked Lewat Instalasi Resmi
Kamu juga bisa ikut serta dalam perayaan Wicked ini dengan mengunjungi instalasi resmi dari Universal Pictures Indonesia di Plaza Senayan, yang akan dibuka mulai tanggal 19 November 2024 hingga 5 Januari 2025.
Pengunjung dapat merasakan sensasi melewati gerbang Emerald City, kota sang Wizard, setinggi 12 meter untuk kemudian sampai di dua area terpisah yang mewakilkan Galinda dan Elphaba. Area Galinda memutarkan musik “Popular” dan area Elphaba memutarkan musik “Defying Gravity”.
Kedua area tersebut juga dilengkapi dengan tematik infinity mirror photo installation, di mana pengunjung dapat berfoto dan mengabadikan momen layaknya Galinda dan Elphaba. Menyambut natal, pengunjung juga dapat mengabadikan momen spesial mereka di dekat Christmas tree bertemakan Wicked, serta instalasi-instalasi kecil lainnya yang bertemakan warna hijau dan pink.
Gelaran instalasi ini hadir bukan tanpa alasan. Terkait hal ini, julius Daniel Suhakri, Head of Marketing Universal Pictures Indonesia, mengatakan, “Wicked telah menjadi salah satu pertunjukan musikal yang ikonik di dunia. Oleh karena itu, kami sangat antusias untuk mengenalkan Wicked dalam bentuk film layar lebar ke hadapan penonton Indonesia. Film ini bukan hanya sekadar tontonan yang memukau, tetapi juga sebuah kisah penuh inspirasi yang merefleksikan tentang identitas diri, persepsi, cinta diri, dan kerelaan untuk saling membantu satu sama lain. Kami yakin bahwa para penggemar lama mau pun penonton baru bisa merasakan keajaiban dunia Oz yang sama.”