Deretan Film Indonesia Era 2000-an yang Sekarang Tayang di Netflix

Liburan kali ini bakal asyik dilakukan di mana saja, termasuk kalau kamu memang cuma harus staycation di rumah. Soalnya, Netflix merilis banyak film seru dari Indonesia yang pernah hits pada masanya, lho! Film-film Indonesia yang terkenal banget pada era 2000-an ini bakal menjadi teman seru buat kamu yang ingin santai, ingin quality time di rumah bersama keluarga dan diri sendiri, atau sekadar mau bernostalgia.

Nah, apa saja film Indonesia era 2000-an yang bisa mulai kamu saksikan di Netflix? Simpan rekomendasi ini dan tonton sebagai penyegar akhir tahun!

Deretan film Indonesia era 2000-an di Netflix

Quickie Express (2007)

Film Indonesia Era 2000-an
Quickie Express via Istimewa

Berbalut komedi dewasa, Quickie Express terasa seperti film yang “remeh” dan dangkal, padahal sebetulnya film ini betul-betul berkualitas! Quickie Express mengambil tema tentang para gigolo untuk kaum wanita kelas menengah ke atas dan enggak lupa memotret isu sosial, lho.

Jojo, Marley, dan Piktor diajak oleh mucikari necis buat bergabung ke kantor yang seperti perusahaan pengiriman makanan. Sebetulnya, kantor ini adalah kantor penyedia jasa gigolo! Pekerjaan dikelola dengan sangat profesional, bahkan setiap gigolo punya tingkatan masing-masing.

Kami sangat suka dengan bagaimana Quickie Express memotret isu sosial –mulai dari kehidupan sosialita, kerasnya Jakarta, sampai kemunafikan cukong-cukong besar– tanpa terasa menghakimi serta bagaimana film ini bisa bikin plot dan ending yang natural. Selain itu, para aktornya pun berperan dengan sangat total, termasuk Tio Pakusadewo yang sangat fasih berlogat Ambon, bahkan mengeluarkan sumpah serapah yang betul-betul sesuai dengan latar belakang budayanya. Thumbs up!

Janji Joni (2005)

Janji Joni via Istimewa

Para penggemar Nicholas Saputra wajib menonton Janji Joni, karena bukan cuma menampilkan akting kece Nicholas Saputra, Janji Joni juga menampilkan cerita tentang profesi unik yang sekarang sudah enggak ada, yakni pengantar rol film. Pada masanya, profesi ini sangat penting karena film-film belum go digital dan pemutaran di bioskop masih memakai rol film. 

Joni, pria yang menjadi pengantar rol film, harus benar-benar bersahabat dengan waktu karena jika ia terlambat, maka pemutaran film pun bisa terhambat. Suatu saat, Joni bertemu dengan seorang perempuan yang hanya mau memberi tahu namanya jika Joni mengantarkan rol film tepat waktu. Terasa mudah?

Masalahnya, setelah pertemuan itu, ada-ada saja penghambat Joni di tengah jalan. Joni kerap bertemu dengan masalah ajaib yang mengancam ketepatan waktunya. Di film ini, penonton dibuat deg-degan seolah seperti dibawa oleh Joni mengitari Jakarta yang panas untuk menunaikan tugasnya.

Sinematografi apik yang begitu klasik membuat film ini semakin asyik buat ditonton. Jadi kangen masa-masa dulu saat hiburan film terasa begitu eksklusif.

Mengejar Matahari (2004)

Mengejar Matahari via Istimewa

Persahabatan antara pemuda kelas atas yang gaul mungkin terasa biasa, tetapi coba deh kamu tengok persahabatan sederhana kaum akar rumput dalam film Mengejar Matahari. Rasanya asyik sekaligus apa adanya. Terlebih lagi, ada masalah berat yang harus dihadapi oleh mereka –yang notabene orang biasa tanpa power. 

Keempat sahabat, yakni Damar, Apin, Nino, Ardi, yang tinggal di rumah susun ini punya kesenangan mengejar matahari terbenam di sore hari. Sederhana, tetapi bikin bahagia. Namun, mereka harus menjadi saksi atas preman setempat, Obet, yang membunuh anak kecil. Masalah belum selesai saat ada love interest, Rara, gadis yatim piatu pekerja keras, yang bikin persahabatan meretak.

Mengejar Matahari memberikan pemahaman bagaimana kondisi ekonomi hingga sosial membuat banyak orang enggak punya pilihan yang beragam. Ending-nya jelas enggak seindah matahari terbenam yang biasa mereka kejar, bahkan penuh darah, air mata, dan pengorbanan. Namun, film ini membuka mata kita tentang banyak hal di kalangan akar rumput yang semestinya bikin kita berempati.

Paduan sinematografi apik, akting yang keren, cerita yang menarik, dan isu sosial kuat bikin film ini sangat terkenal pada masanya sebagai film berkualitas, bahkan memenangkan berbagai penghargaan di MTV Indonesia Movie Awards, Festival Film Bandung, dan Festival Film Indonesia. Salah satu penghargaan yang mereka menangkan adalah Best Crying Scene, yang artinya, film ini benar-benar mengiris hati!

Jomblo (2006)

Jomblo via Istimewa

Buat kamu yang pernah bucin maksimal saat masa kuliah atau ingin film ringan yang enggak bikin kamu mikir berat dan capek, kamu wajib menonton Jomblo (2006). Walaupun versi serial dan remake-nya sudah dibuat, tetapi kesan apa adanya dan ringan dari versi awal ini sulit dikalahkan.

Alih-alih memaksakan untuk menjadi film yang punya nilai moral, Jomblo bercerita the way it is, enggak pakai ornamen aneh-aneh. Tokoh-tokoh utamanya enggak bertingkah seolah mereka harus menjadi hero, mereka menjadi seperti layaknya anak kuliah pada umumnya, pintar, tetapi bisa menjadi bodoh kalau sudah kena masalah asmara.

Premisnya sangat simple, yakni tentang persahabatan empat orang mahasiswa UNB (plesetan dari ITB) bernama Agus, Doni, Olip, Bimo. Enggak ada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka kecuali Agus yang terobsesi untuk punya pacar cantik dan Doni yang playboy menjurus PK (penjahat kelamin).

Masalah muncul saat Agus berpacaran dengan teman SMP-nya, Rita, anak UNJAT (plesetan UNPAD), dan menemukan fakta bahwa Rita posesif, lantas selingkuh dengan Lani, mahasiswi Biologi di UNB. Sementara itu, Olip dan Doni malah jatuh cinta dengan perempuan yang sama.

Segala kekonyolan, kebingungan, bahkan konflik di dalam film ini benar-benar anak kuliahan banget. Semuanya alami enggak pakai dibuat-buat. Memang Jomblo bukan film yang diharapkan dibuat untuk bisa menjadi film festival, tetapi nyatanya film yang diangkat dari novel Adhitya Mulya ini masuk ke dalam beberapa nominasi Festival Film Indonesia.

Madame X (2010)

Madame X via Istimewa

Madame X memang dirilis lebih cepat sebelum film-film di atas, tetapi film ini masih bisa kamu nikmati dalam waktu lama di Netflix, berbarengan dengan film-film sebelumnya. Madame X, walau diperankan oleh Aming yang lekat dengan segala banyolan enggak serius khas Extravaganza, nyatanya memberikan sindiran terhadap “polisi moral” pada masanya.

Madame X menceritakan tentang Adam, banci salon di gang Jakarta yang hidupnya harus berubah usai digeruduk ormas dan calon presiden pendukung ormas di sebuah klub malam. Aline, kawan dekatnya yang juga merupakan banci, meninggal saat digeruduk dan dibawa ke truk. Sementara itu, Adam lebih beruntung: ia masuk ke truk pembawa bahan pertanian hingga ke Tanjung Awan.

Di sana, ia bertemu dengan pemilik sanggar tari Lenggok yang rupanya sudah menjadi agensi superhero sejak lama. Adam pun didapuk menjadi Madame X, superhero dengan dandanan queer untuk membuka tabir persekongkolan tingkat nasional hingga menyelamatkan perempuan dari perdagangan manusia.

Madame X punya unsur komedi yang menyenangkan, tetapi sangat relate dengan isu-isu pada masanya. Selain itu, ada banyak bahasa gaul “banci” di sini yang dituturkan secara fasih oleh para pemerannya, membuat film jadi terasa natural. Memang ada beberapa adegan berkelahi yang terasa dipaksakan, tetapi overall Madame X adalah sajian komedi asyik yang bakal bikin kamu tertawa terpingkal-pingkal.

Baca Juga

Asyik-asyik banget kan, film Indonesia era 2000-an yang bisa kamu saksikan di Netflix? Nah, sekarang enggak perlu bingung lagi mencari hiburan di rumah, mari bernostalgia atau kembali ke tahun-tahun itu lewat deretan film berkualitas ini!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.