Mengapa Distribusi Film dan Serial VOD Berbeda di Setiap Negara?

Salah satu hal paling menyebalkan dari berlangganan VOD adalah saat konten film dan serial yang kita inginkan enggak ada di sana. Namun, saat mengecek di peramban, ternyata konten-konten itu ada di negara lain dan enggak tersedia di negara kita. Tentu kita jadi bertanya-tanya mengapa ada banyak film dan serial yang distribusinya enggak menyeluruh secara global?

Ada beberapa alasan mengapa ketersediaan konten VOD berbeda di setiap negara. Alasan dan pembatasannya cukup rumit, maka kamu enggak bisa dengan mudah mengakses ketersediaan konten di negara lain hanya dengan mengganti lokasi di ponsel atau aplikasimu. Nah, ini dia beberapa penyebab adanya variasi konten VOD di tiap negara.

Alasan perbedaan distribusi film dan serial VOD di setiap negara

Hukum yang berlaku di sebuah negara

Film dan Serial VOD
VOD via Istimewa

Walaupun Internet seperti enggak memiliki batas, tetapi di masa kini, hampir semua negara sudah memiliki peraturan yang cukup ketat mengenai penyiaran dan properti intelektual dari konten-konten yang ada di Internet.

Investopedia menyebutkan bahwa perbedaan persebaran konten ini dapat terjadi karena karena adanya penegakan hak cipta dan royalti yang berlaku secara masif. Setiap negara memiliki undang-undang dan peraturan yang berbeda seputar kekayaan intelektual dan penyalinan konten media.

Perjanjian dengan pihak distributor

Production House via Istimewa

Enggak semua konten yang ada di dalam platform VOD seperti Netflix, Prime Video, atau Apple TV adalah produksi mereka sendiri. Bahkan, konten yang berasal dari pihak lain lebih banyak daripada konten orisinil milik VOD.

Saat platform VOD menayangkan konten-konten tertentu, mereka akan membayar jumlah uang tertentu kepada production house/distributor terkait karya tersebut dan membuat kontrak. Kontrak itu berisi berbagai perjanjian, mulai dari durasi tayang VOD hingga di area mana saja konten itu mau ditayangkan. Semakin luas jangkauan areanya, biasanya harganya akan lebih mahal. Untuk itu, platform VOD enggak akan menayangkan konten-konten yang mereka miliki di semua negara. Dan bukan cuma lokasi, durasi pun dibatasi sesuai kontrak.

Keperluan untuk promosi Film dan Serial

Bad Boys via Istimewa

Durasi tayang konten dari pihak luar dibatasi untuk durasi tertentu. Namun, enggak jarang kamu akan menemukan film dan serial yang dulu sudah enggak ditayangkan lagi, mendadak muncul kembali di platform VOD. 

Biasanya, kemunculan konten ini terjadi untuk keperluan promosi. Seperti film Bad Boys atau Beverly Hills Cop misalnya. Kedua film ini adalah karya lawas yang pernah ada di platform VOD untuk negara-negara tertentu, tetapi penayangannya terbatas untuk durasi tertentu. Nah, saat dua waralaba ini akan merilis film terbaru, biasanya mereka bakal bikin kontrak sama VOD tertentu buat menayangkan ulang film dan serial lawas mereka untuk keperluan promosi.

Tentu saja penayangan konten-konten hanya dibatasi untuk negara tertentu yang mendapatkan penayangan film-film ini, baik di konten VOD terkait mau pun di bioskop, sehingga masyarakat di negara itu tertarik untuk menonton proyek terbaru mereka.

Adanya hari-hari spesial yang dirayakan secara berbeda

Film dan Serial Netflix Crashing Eid

Platform VOD biasanya akan menayangkan konten dengan tema-tema tertentu sesuai hari spesial, contohnya momen Idulfitri, Valentine, Halloween, hari ibu, hari ayah, dan sebagainya.

Namun, enggak semua hari spesial dirayakan secara sama dan serentak di semua negara. Natal, misalnya, pasti akan menjadi momen spesial di negara-negara Barat, Asia Tenggara, Australia, tetapi enggak di Timur Tengah. Begitu juga Idulfitri atau Iduladha, yang hanya dirayakan secara besar-besaran di negara yang mayoritas penduduknya Muslim.

Saat akan menayangkan konten hari spesial, platform VOD akan meriset negara-negara mana saja yang memang menyambut hari-hari semacam itu. Kalau di Indonesia, pasti kita bisa melihat banyak konten bernuansa Idulfitri dari Indonesia, Timur Tengah, atau negara lain yang memproduksi konten bernuansa muslim pada momen spesial itu. Namun, di area yang penduduknya jarang merayakan Idulfitri, konten-konten itu biasanya enggak muncul.

Riset preferensi masyarakat

Masyarakat via Istimewa

Apakah kamu suka dengan serial tertentu yang sangat disukai di Amerika Serikat, tetapi kurang diminati di Indonesia? Nah, serial-serial ini biasanya sulit kamu temukan di Netflix atau Prime Video Indonesia. Kamu akan mendapatkan pemberitahuan bahwa konten ini enggak masuk ke negara kita.

Dana terbesar platform-platform VOD berasal dari biaya langganan dan mereka harus mengeluarkan dana lagi untuk membeli lisensi konten yang mau ditayangkan dari pihak lain. Untuk menanggulangi pembengkakan dana, mereka akan melakukan riset terlebih dahulu. Riset ini meliputi riset kesukaan masyarakat terhadap konten tertentu.

Konten-konten dari Korea Selatan, tentunya sangat diminati di Indonesia. Begitu pula konten-konten dari negara Indonesia sendiri. Maka dari itu, kamu bisa dengan mudah menemukan konten-konten ini di platform VOD area Indonesia. Namun, kalau kamu suka dengan serial Amerika Serikat lawas yang penggemarnya sangat segmented di Indonesia, misalnya, besar kemungkinan kamu enggak akan menemukannya di platform VOD area Indonesia. Soalnya, pelanggan yang membayar biaya akan jarang menonton konten-konten ini dan membayar lebih kepada pihak rumah produksi/distributor akan sangat merugikan bagi pihak platform VOD.

Adanya Regional Lockout

Dalam buku yang bertajuk Locked Out : Regional Restriction in Digital Entertainment Culture (2019), Evan Elkins menjelaskan sekaligus mengkritik pembatasan konten-konten digital di era modern.

Buku ini diulas dalam sebuah artikel yang dirilis oleh Colorado State University. Hak digital (copyright) membuat distribusi konten visual menjadi lebih sulit daripada apa yang dibayangkan banyak orang tentang mudahnya mengalirkan informasi di era digital.

Elkins menyebut bahwa secara historis, industri media membagi pasar konten global secara geografis karena kombinasi alasan logistik, budaya-linguistik, dan ekonomi, dan hal ini sesuai dengan riset yang dilakukan perusahaan VOD saat memutuskan distribusi konten di negara-negara tertentu.

Dalam bukunya, ia juga menulis bahwa dengan membagi dunia menjadi beberapa wilayah yang sesuai dengan batas negara dan wilayah dan memperlakukan setiap wilayah sebagai pasar, industri media bisa  mengubah harga, mengubah tanggal rilis, dan mendistribusikan versi produk yang berbeda ke berbagai tempat. Lagi-lagi, ini terkait power dan keuntungan ekonomi. Hal ini, disebut regional lockout atau penguncian regional.

Sebetulnya, penguncian regional ini punya maksud yang cukup baik, yakni untuk menghindari maraknya penyalinan dan pengunggahan konten secara ilegal. Kalau dalam kasus distribusi konten VOD, penguncian regional ini dilakukan dengan pemblokiran melalui IP Address, bahkan sulit ditembus oleh banyak aplikasi VPN.

Namun, hal ini malah menjadi ironi karena Internet, yang bisa membuat persebaran informasi dan pengetahuan menjadi merata ke semua lapisan masyarakat, lagi-lagi malah menjadi arena sosial di mana sekumpulan pihak yang lebih punya kapital, bisa membuat aturan mengenai siapa yang bisa mengakses sebuah konten, siapa yang enggak, padahal semua pelanggan VOD membayar dengan cara yang sama dan dengan harga yang kurang lebih sama.

*** 

Perbedaan konten di platform VOD berdasarkan regional tentu lagi-lagi kembali ke alasan efisiensi dan keuntungan yang bisa diraih oleh platform-platform terkait. Sayang, pembatasan ini memang bikin banyak pelanggan menjadi jengkel karena mereka sudah membayar biaya langganan dan di mana pun negaranya, biaya langganan VOD cenderung sama jumlahnya.

Kalau menurut kamu, apakah perbedaan penayangan konten VOD berdasarkan regional ini sesuatu yang bijak, atau justru setiap pelanggan semestinya punya hak buat menikmati konten yang sama?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.