Ada beberapa kasus yang kemudian membuat kita berpikir bahwa ada beberapa manusia yang enggak layak untuk dibiarkan hidup, dan kisah tragis Regina Kay Walters adalah salah satunya.
Regina Kay Walters adalah seorang remaja berusia 14 tahun yang menjadi korban pembunuhan berantai oleh Robert Ben Rhoades, seorang pembunuh sadis yang dijuluki Truck Stop Killer. Kasus ini terjadi pada tahun 1990 di Amerika Serikat dan mengungkap kebrutalan Ben Rhoades, yang menggunakan truknya sebagai tempat untuk menculik, menyiksa, dan membunuh para korbannya.
Kasus Truck Stop Killer ini sebetulnya merupakan kasus lama. Namun, hilangnya hati nurani dan kegilaan yang ditunjukkan oleh pelaku membuat banyak orang kerap membahas kasus ini sampai sekarang. Beberapa waktu yang lalu, bahkan kasus ini sempat ramai dibahas di platform X.
Kasus yang sadis dan pelik ini layak dijadikan bahan pelajaran bagi kita untuk lebih aware terhadap sekitar –terutama pada masa di mana kita bisa dengan mudah berkenalan sama orang-orang baru di media sosial, serta menjadi gambaran bagi holes yang ada dalam aspek sosial masyarakat Amerika Serikat. Berikut adalah beberapa fakta dari kasus Truck Stop Killer.
Kasus pembunuhan sadis Regina Kay Walters, korban Truck Stop Killer yang heboh di tahun 90-an
Terjadi pada para penumpang truk
Sebelum diculik, Regina yang pada saat itu berusia 14 tahun kabur dari rumah bersama kekasihnya yang berumur 18 tahun, Ricky Lee Jones, karena hubungan mereka enggak direstui. Keduanya berencana buat pergi ke Meksiko dengan mencari tumpangan alias hitchhiking.
Di Amerika Serikat, hitchhiking ini memang sudah menjadi sebuah budaya yang lazim dilakukan. Hal ini berawal dari masa depresi ekonomi yang bikin banyak orang mencari tumpangan kepada orang asing yang lewat di jalan guna menghemat uang. Memang, sih, budaya ini mulai menurun pada era 80-an karena adanya konsep individualisme. Namun, tetap saja di beberapa negara bagian, hal ini masih dilakukan.
Singkat cerita, mereka bertemu dengan truk yang dikendarai oleh supir bernama Ben Rhoades. Namun, bukannya sampai ke tujuan, Rhodes justru membunuh Jones kemudian menahan Walters. Jasad Jones sendiri dibuang di Harleston, Texas.
Regina disekap selama sebulan dalam truk
Truk merupakan kediaman kedua bagi Ben Rhoades yang memang berprofesi sebagai supir truk lintas negara bagian. Ada banyak barang untuk keperluannya yang disimpan di bagian dalam.
Namun, yang mengerikan, Ben Rhoades juga punya kabin tidur di dalam truk yang diubah menjadi ruang penyiksaan.
Ben Rhoades juga rupanya mengambil foto-foto Regina Walters selama penyekapan, menikmati raut ketakutan di wajahnya sebagai koleksi. Foto-foto ini ditemukan oleh pihak berwenang setelah penangkapan Rhoades dan menjadi bukti penting dalam persidangan.
Setelah merasa jenuh, Ben Rhoades pun berhenti di sebuah gudang kosong. Di sana, Ben Rhoades memotret Walters (yang terlihat berada di dalam kondisi ketakutan), kemudian mencekiknya.
Ben Rhoades ditangkap pada April 1990 sementara mayat Regina baru ditemukan pada September 1990
Pada 17 Maret 1990, setelah kematian Regina, Ben Rhoades menghubungi Ayah dan Ibu Regina. Mereka diminta untuk datang ke sebuah lokasi jika ingin bertemu dengan Regina Walters. Sebelumnya, memang orang tua Regina Walters sudah melakukan pencarian lantaran ini adalah waktu terlama bagi anak mereka untuk kabur. Biasanya, Regina Walters hanya kabur sebentar untuk kemudian kembali lagi.
Sayangnya, saat ditemui di lokasi yang ditunjukkan, Regina Walters enggak ada, begitu pula Ben Rhoades.
Keberadaan Regina Walters baru tersingkap setelah Rhoades ditangkap pada April 1990. Pada saat itu, polisi memergoki dia menyandera seorang perempuan lain di dalam truknya. Dia diadili dan dihukum seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan.
Bagaimana dengan mayatnya? Mayat perempuan remaja ini baru ditemukan di sebuah gudang di Illinois pada September 1990. Kondisi mayat pada saat itu sudah sangat membusuk dan tidak mengenakan busana sehelai benang pun.
Mayat Jones sendiri, sebelumnya ditemukan pada bulan Mei 1990 dalam bentuk kerangka manusia.
Bukan kejahatan pertama Ben Rhoades
Pencarian atas Regina Kay Walters dan penemuan adanya gadis yang disekap di kabin tidur Ben Rhoades kemudian berujung pada penyelidikan yang lebih dalam. Terkuaklah tabir bahwa ini bukanlah satu-dua kejahatan yang dilakukan oleh Ben Rhoades.
Ben Rhoades adalah pemerkosa dan pembunuh berantai yang sudah beraksi sejak 1975 sampai dengan 1990 dengan modus memberikan tumpangan. Korbannya adalah para perempuan muda. Bahkan, ada dua korban yang polanya mirip dengan Walters dan kekasihnya. Dua korban ini merupakan pasangan suami istri bernama Patricia Candace Walsh dan Douglas Scott Zyskowski dari Seattle. Seperti Walters dan Jones, Zykowski dibunuh terlebih dahulu, kemudian Ben Rhoades menyiksa Patricia Walsh.
Dalam pengakuannya, Ben Rhoades mengatakan bahwa setidaknya ada 50 korban dari aksinya selama 15 tahun tersebut. Ia pun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kesempatan membela diri sekali pun di Menard Correctional Center.
Siapa sebenarnya Robert Ben Rhoades?
Saat kita membaca mengenai kehidupan Ben Rhoades sejak kecil, mungkin kita enggak akan menyangka bahwa orang ini suatu saat akan menjadi seorang pembunuh berantai yang mengerikan.
Ben Rhoades tumbuh besar secara normal, melewati masa kecil dan remaja seperti anak lelaki pada umumnya, dan memiliki seorang Ayah yang merupakan prajurit AS di Jerman Barat. Sekembalinya ke AS, sang Ayah bekerja sebagai pemadam kebakaran.
Setelah lulus sekolah, Ben Rhoades bergabung ke korps marinir. Namun, ia dipecat secara enggak hormat karena pernah terlibat perampokan. Ia pernah berkuliah, tetapi enggak selesai, dan pernah mendaftarkan diri ke kepolisian, tetapi enggak diterima karena kasusnya di korps marinir.
Masalahnya, sang Ayah juga pernah kena kasus setelah kembali dari Jerman. Tahun 1964, ayahnya ditangkap karena menganiaya gadis berusia 12 tahun. Saat persidangan, ayahnya juga sempat melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri –besar kemungkinan terjadi karena trauma pascaperang.
Ada probabilitas bahwa hal yang membentuk Ben Rhoades menjadi serial killer adalah ayah yang punya trauma pascaperang, dipecatnya ia dari korps marinir, hingga ketertarikannya dengan konsep BDSM saat ia melewati perjalanan panjang sebagai supir truk. Ia bahkan pernah menikah tiga kali dan istri terakhirnya menjadi korban penganiayaan.
Terlalu mendalami hal-hal berbau BDSM membuat Ben Rhoades kemudian terobsesi. Profesi supir truk yang digelutinya membuka peluang baginya untuk memberikan tumpangan, lalu melakukan eksperimen BDSM dengan barang-barang koleksinya kepada mereka.
Diadaptasi dalam film Midnight in the Switchgrass
Ada beberapa tayangan yang memuat tentang kisah Truck Stop Killer yang begitu fenomenal yang memberikan rasa paranoid kepada masyarakat ini, salah satunya serial dokumenter World’s Most Evil Killers (2020) yang mendapatkan sambutan cukup baik dari penonton dan kritikus.
Namun, kisah ini baru diadaptasi dalam karya visual fiksi pada tahun 2021 dengan judul Midnight in the Midgrass. Film ini menampilkan Bruce Willis sebagai agen FBI Karl Hetter dan Megan Fox sebagai rekannya, Agen Rebecca Lombardo. Dalam film ini, mereka diceritakan tengah menyelidiki kasus sex trafficking yang membuat Lombardo justru menjadi korban dari Truck Stop Killer. Karl Hetter harus berpacu dengan waktu untuk menemukan pelakunya.
Walaupun terbilang seru, tetapi Midnight in the Midgrass panen cukup banyak kritik. Film ini disebut enggak memberikan ruang bagi karakter-karakternya untuk berkembang sehingga terasa seperti film thriller kriminal yang mudah terlupakan.
Kejahatan bisa terjadi di mana saja, karena kita enggak tahu siapa yang akan kita temui dan apa yang terjadi di dalam pikiran mereka. Kasus Truck Stop Killer ini layak untuk kamu simak supaya kamu selalu waspada di mana saja, jangan nekat, selalu fokus, dan jangan pernah percaya sama orang yang enggak kamu kenal.