Kegiatan review makanan memang sedang banyak digandrungi orang-orang, apalagi, makanan merupakan kebutuhan pokok yang pastinya akan selalu dicari oleh masyarakat. Di Indonesia sendiri, kegiatan review makanan bukan lagi menjadi hobi, tetapi bahkan menjadi profesi serius bagi banyak orang. Tentu, masih lekat di benak kamu berita yang cukup viral beberapa waktu lalu yang melibatkan beberapa reviewer makanan.
Nah, kisah menarik tentang eksplorasi makanan ini sudah cukup banyak dibahas di dalam film, dengan sudut pandang dan juga alur yang berbeda-beda.
Mana saja film-film yang berkisah tentang review makanan? Seberapa lezat film-film tersebut? Tonton film ini untuk tahu lebih lanjut berbagai sisi tentang food vlogger.
Deretan film tentang review makanan yang menarik untuk kamu tonton
Julie & Julia (2009)
Sebelum adanya begitu banyak media sosial yang berbasis video, banyak reviewer makanan yang kerap menggunakan blog sebagai tempat cerita pengalaman dan meresensi makanan yang mereka buat atau santap. Dalam film yang berdasarkan kisah nyata bertajuk Julie & Julia, kamu akan diajak untuk menyelami food blogging pada masanya.
Julie, pada masa modern, adalah pekerja biasa yang jenuh dengan aktivitas rutinnya. Ia pun kemudian menggunakan buku Mastering the Art of French Cooking yang ditulis oleh Julia Child usai Perang Dunia II, saat masyarakat Amerika Serikat menggandrungi masakan Prancis rumahan. Ini merupakan cara melarikan diri dari kesehariannya yang menjemukan
Nah, praktik masaknya berdasarkan resep dari Julia Child itu ia review melalui blog-nya. Ia membagikan pengalamannya memasak dan menjajal satu demi satu resep masakan Prancis dan membuatnya menjadi terkenal. Pasalnya, Julie enggak cuma bercerita step by step, tetapi menceritakan pendapatnya, kegagalannya, dan keseharian serta harapannya.
Bukan cuma film tentang review makanan dan masakan, Julie & Julia adalah film yang bikin kamu memahami bahwa setiap sajian punya sejarah dan kerumitannya sendiri dan bahwa jalan untuk menjadi terkenal kerap mengorbankan beberapa hal, misalnya privasi kamu atau hubungan dengan orang terdekat.
The Menu (2022)
The Menu sebetulnya enggak langsung berfokus pada reviewer makanan, melainkan chef alias koki dengan pergulatan hatinya. Namun, tokoh-tokoh yang dihadirkan di dalam film ini banyak yang berhubungan dengan dunia review makanan.
Chef Slowik, karakter penting dan paling menonjol di dalam film ini, mengundang para orang-orang yang “berjasa” terhadap kariernya di dunia masak termasuk reviewer makanan yang legendaris dan tersohor di majalah, reviewer makanan muda, angel investors, hingga sosialita. Namun, alih-alih berjasa, bagi Slowik, orang-orang itu justru malah menghilangkan kesenangannya, bahkan kesenangan chef lain di bawahnya serta mungkin banyak koki di dunia atas esensi dari masakan itu sendiri.
Berkedok undangan makan mewah, orang-orang itu diundang Chef Slowik untuk makan secara privat di pulau, hanya untuk mengetahui bahwa ajal mereka adalah salah satu “menu” di akhir cerita.
The Menu bukan cuma mengkritik bagaimana menekannya profesi koki. Film ini juga menyorot bagaimana profesi reviewer makanan, dalam tahap yang ekstrem dan berlebihan, justru menghilangkan esensi dari makan itu sendiri. Makanan memang bisa menjadi seni yang dinilai baik-buruknya, tetapi makanan pada dasarnya adalah sumber dasar penghidupan manusia yang seharusnya enggak selalu dinilai benar atau salah.
Burnt (2015)
Buat kamu yang enggak asing sama dunia kuliner, pastinya pernah mendengar tentang Le Guide Michelin dan Michelin Star. Le Guide Michelin adalah buku mengenai rekomendasi mengenai restoran yang berkualitas dan mendapatkan bintang dari Michelin.
Penghargaan yang diberikan oleh Michelin mempertimbangkan banyak hal seperti bahan, rasa, teknik memasak, sampai bagaimana koki melakukan proses pembuatan hingga plating masakan.
Nah, film Burnt sendiri membahas mengenai bagaimana seorang koki berusaha keras untuk mendapatkan penilaian baik bahkan bintang tiga Michelin. Masalahnya, koki Adam Jones yang ada di dalam film ini merupakan koki terkenal yang kemudian jatuh ke dalam narkoba dan diva attitude-nya sendiri. Ingin berbenah, ia pun kemudian menggunakan segala cara untuk menaikkan nama restorannya yang ada di ujung tanduk, memasak dengan baik, dan memenangkan hati para penilai dari Michelin.
Di dalam film ini, kamu jadi memahami kompleksitas penilaian Michelin. Penilaiannya bukan cuma soal rasa saja, tetapi soal konsistensi, plating, bahkan makna dari masakan itu sendiri.
Foodies (2022)
Seorang food reviewer atau food blogger harusnya memberikan penilaian netral saat menilai sebuah makanan atau tempat makan. Namun, bagaimana kalau seorang food vlogger jatuh cinta kepada seorang koki yang bekerja di restoran? Pasti akan jadi rumit.
Hal itu terjadi di dalam film Foodies yang merekam tentang profesi kekinian di era video consumption. Sam, sang food vlogger, jatuh cinta pada Marco, sang koki. Kemudian, ia pun selalu memberikan review baik, terlepas seperti apa pun makanannya.
Walaupun ceritanya standar, tetapi film ringan ini cukup menghibur dan bikin kamu tahu bagaimana dilema sekaligus masalah yang kerap dihadapi oleh food vlogger.
A Perfect Pairing (2022)
Bukan hanya makanan, ada profesi penting lain tentang kritikus sajian yang populer di Eropa dan Amerika Serikat. Ya, profesi itu adalah kritikus wine. Para kritikus wine enggak asal meminum wine dan mengatakan apakah rasanya enak atau enggak. Justru, penilaian untuk wine sangat kompleks, bahkan penilainya harus memahami sejarah kapan wine itu dibuat dan lainnya.
Dalam film A Perfect Pairing, tokoh utamanya adalah seorang pencicip dan pekerja winery bernama Lola, dari Los Angeles, yang merasa kurang dihargai oleh bos dan perusahaannya. Ia pun kemudian memberanikan diri untuk membuka usahanya sendiri, ke Australia, dan meminta sebuah perusahaan anggur, Vaughn Family Wines, untuk bekerja sama. Di sana, ia juga bertemu sama Max, seorang pemilik peternakan domba, dan asmara pun berlanjut.
Selain memberikan kesan indah dan asri lewat peternakan dan perkebunan anggur yang subur, film ini juga relate banget sama kaum muda yang sedang galau-galaunya menentukan karier. Membuka usaha sendiri, terlepas dari kemampuanmu, ternyata membutuhkan pengorbanan dan kebesaran hati untuk enggak berhenti belajar.
Profesi terkait kritikus atau peresensi makanan memang merupakan profesi yang kompleks. Menyelami dunia ini bikin kamu semakin paham bahwa makna makanan bukan lagi sekadar tentang sesuatu yang mengisi perut. Lebih dari itu, makanan adalah produk budaya, simbol peradaban, bahkan karya seni yang membuat hati manusia juga ikut utuh, seperti perutnya.