Harus diakui, dunia hiburan telah menciptakan berbagai profesi. Apa pun profesinya, setiap orang yang terlibat dituntut untuk mengikuti iramanya alias dianjurkan multitalenta. Salah satunya, Dimas Danang, seorang entertainer Tanah Air yang punya banyak bakat.
Perjalanan Danang di dunia hiburan nyatanya enggak mudah. Apalagi, dirinya yang introver diharuskan untuk bertemu dan menghibur banyak orang setiap harinya. Siapa sangka, di balik gaya bercandanya yang nyeleneh, Danang punya segudang mimpi yang dia ingin capai.
Dalam program Very Influential Person (VIP) yang KINCIR hadirkan dalam rangka memperingati momentum Hari Sumpah Pemuda 2019, Danang akan membagikan perjalanan mimpi yang akan dan telah direalisasikannya. Langsung saja simak kisah Dimas Danang yang #BeraniBermimpi di bawah ini!
Aktor Vs. Presenter
Dimas Danang mulai mengasah bakat di dunia hiburan sebagai MC alias pemandu acara saat SMP. Ada rasa puas baginya ketika memandu acara dan membuat banyak orang terhibur. Selain itu, dirinya juga sadar untuk mengasah bakat dan keluar dari zona nyaman.
Lanjut menjadi penyiar radio kampus, cowok kelahiran 1989 ini mulai #BeraniBermimpi untuk menjadi penyiar radio swasta terkenal. Sempat disangka impiannya hanya angan-angan, nyatanya, Danang percaya pada kekuatan ucapannya yang bisa mengantarkan dirinya sampai seperti saat ini.
Ketika menjadi penyiar radio swasta, Danang berpikir untuk bisa menghibur orang di televisi. Ya, karena bakat yang diasahnya sejak masa sekolah dan usaha keras yang selalu dilakoninya, cowok Aries ini bisa mewujudkan dirinya membuat banyak orang tertawa.
Saking nyamannya, Danang ingin mencoba seni peran yang udah disukainya sejak kecil. Bermula dari klip video Michael Jackson, dirinya tertarik bermain film karena menjadi aktor merupakan salah satu tujuannya.
“Saya suka akting dari kecil dan belajar diam-diam pas jadi penyiar radio. Lalu, ada teman bertanya ‘Ngapain, sih, belajar akting? Buang-buang waktu, buang-buang uang.’ Saya tetap belajar karena percaya suatu saat nanti ilmu ini terpakai,” ujar presenter yang bernama lengkap Dimas Danang Suryonegoro ini.
Danang pun mengakuinya bahwa jika saja dia menuruti perkataan orang lain terhadap dirinya, dia enggak akan jadi aktor seperti sekarang. Bagi Danang, sugesti itu besar dampaknya dan dia yakin bisa bikin orang percaya pada apa yang dia bentuk. Kini, Danang telah membintangi tiga film yang semuanya tayang pada 2019, yaitu PSP: Gaya Mahasiswa, Terlalu Tampan sebagai Sidi, dan Gundala sebagai Hasbi.
Profesi apa pun, termasuk aktor, memiliki suka dan dukanya. Danang mengakui bahwa dirinya lebih suka menjadi aktor dibandingkan presenter karena bisa “bermain” ke dunia orang lain. Bagi Danang, enggak ada peran kecil atau peran besar, hal terpenting adalah tanggung jawab. Menurutnya, jika bisa jadi scene-stealer, peran itu bakal meninggalkan kesan untuk banyak orang.
Cara Danang menginterpretasikan karakter juga bukan hal mudah. Dia harus melakukan apa yang dicitrakan karakter tersebut, seperti membaca buku atau mendengarkan musik kesukaan sang tokoh. Sementara itu, ketika menjadi presenter, Danang harus mengecek segala sesuatu tentang acaranya, seperti pengisi acara, EO, kostum, cara bicara, sampai jokes-nya.
“Presenter harus tahu tentang acaranya secara mendetail. Saya selalu datang lebih awal hanya untuk mengecek lubang panggung. Bukan berlebihan, tapi karena saya pernah kejeblos di panggung,” aku Danang
Tulus dan Syukur Jadi Pegangan Hidup
Meski mimpi menjadi aktor baru tercapai di usia 29 tahun, Danang menghargai segala prosesnya. Bahkan, dia enggak pernah merasa dirinya terkenal. Pengingat dirinya hanya satu: selalu bersyukur.
Selain rasa syukur, ketulusan dalam melakukan pekerjaan juga jadi pegangan Danang selama berkarier. Profesi atau peran sekecil apa pun harus dilakukannya dengan maksimal dan tanggung jawab. Soalnya, kita enggak tahu apa yang dituai dari usaha tersebut nantinya.
Sadar banyak kekurangan, Danang enggak berhenti belajar untuk mencapai segudang mimpinya yang belum tercapai. Selain pernah melakukan eksperimen kepada penonton, cowok berkacamata ini juga belajar berbagai bahasa, seperti bahasa Inggris, Perancis, dan Jepang. Ya, pengorbanan uang, tenaga, waktu, dan prioritasnya diinvestasikan untuk menggapai mimpinya di masa depan.
“Selalu bersyukur karena banyak yang mau jadi Sidi. Banyak yang mau jadi Hasbi. Banyak yang ingin ada di acara TV. Banyak yang ingin menemani Mas Darto siaran di sore hari. Ya, disyukuri saja. Saya harus menjalani itu sebaik-baiknya,” ungkap bintang film Gundala tersebut.
Pembuktian Diri dan Tantangan Self Pity
Cara cowok penyuka film Quickie Express (2007) ini dalam menjalani karier bisa kita lihat dari caranya memandang hidup. Sering dicela dan diremehkan orang lain enggak hanya bikin Danang ingin terus belajar, tapi juga bersemangat untuk membuktikan diri bahwa anggapan orang tentang dirinya itu salah.
“Saya ingin membuktikan ke diri sendiri, bukan ke orang lain. Saya agak enggak peduli, sih, orang lain mau judge saya seperti apa,” jujurnya sambil tersenyum puas.
Menjadi seorang introver, bukanlah tantangan utama Danang di dunia hiburan. Justru, dia memanfaatkannya dan punya kontrol terhadap sifat tersebut. Introver bukan berarti harus mengurung diri. Danang bisa menjadi introver ketika dibutuhkan.
Sifat tersebut juga bukan jadi penghalang meraih mimpi. Danang punya segudang mimpi yang, hebatnya, telah dia raih satu per satu. Justru penghalangnya adalah rasa
“Jadi, walaupun saya suka self pity, saya enggak boleh lupa bersyukur. Walaupun saya self pity, saya enggak boleh mengabaikan mimpi-mimpi saya, karena kadang-kadang self pity itu bisa jadi bagus karena itu dorongan buat belajar,” ungkap Danang.
Dari mimpi, Danang bisa ada di dunia hiburan. Dulu, dia ingin dilirik Nike jadi modelnya. Karena rasa rendah diri muncul, baginya enggak mungkin. Akan tetapi, akhirnya dia jadi di-endorse Nike. Lalu, dia suka dengan film Visinema berjudul Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014). Akhirnya, dia digaet Visinema oleh Sabrina Rochelle di film Terlalu Tampan (2019). Terakhir, Danang mengaku suka skrip Joko Anwar di Quickie Express dan akhirnya bisa turut membintangi film Gundala.
Bagi Danang, mimpi itu energi, mimpi itu petunjuk, mimpi itu pesan, dan mimpi itu bisa diwujudkan jika kita bangun dari tidur. Danang yang awalnya merasa enggak mungkin meraih mimpi karena self pity bisa membuktikan dirinya dengan percaya pada kemampuan, bukan pada ucapan orang.
“Kalau kalian punya mimpi, jangan taruh di rumah, taruh saja di kantong. Jadi, kalian akan mengingatnya setiap hari,” saran cowok kelahiran 18 April ini.
Analogi Iron Man dan Nick Fury
Menjadi seorang entertainer menuntut Danang untuk memiliki keceriaan lebih dibandingkan dengan profesi lain. Namun, bukan berarti cowok keturunan Jawa ini enggak pernah mengalami bad day saat harus menghibur banyak orang. Danang memiliki prinsip bahwa bagian kecil yang bad day itu bukan dirinya. Dia pun menganalogikan dirinya seperti Iron Man.
“Ketika Tony Stark sakit hati, dia jadi lemah. Namun, dia pakai armor. Armor-nya saja yang bekerja. Jadi, kalau ada orang yang menyakiti saya, enggak kena saya, tapi kena armor saya,” jelas Danang sambil tertawa.
Ketimbang menuruti mood, Danang memilih bekerja profesional. Baginya, rasa bad mood bakal terus ada dan bisa mengubah cara pandangnya. Seperti ketika lagi bete saat harus memandu acara, dirinya sadar bahwa banyak yang menginginkan profesinya tersebut.
Siapa sangka, Danang sempat mengalami depresi ketika menjadi entertainer di TV. Saat enggak suka difoto, dia harus banyak difoto. Ketika enggak siap menghadapi keramaian, Danang harus berinteraksi dengan kerumunan tersebut. Namun, dia bisa menghadapi kekurangannya tersebut.
Selain Iron Man, Danang juga menganalogikan dirinya seperti Nick Fury. Dia merasa bukan siapa-siapa, tapi tahu keadaan. Hanya dirinya sendiri yang bisa menangani keadaan di depannya, termasuk menangani dirinya sendiri.
“Saya belajar bahwa tangan saya sudah jadi petunjuk Tuhan. Tangan saya hanya dua. Jadi, saya gunakan untuk menutup kuping saya, bukan mulut orang. Kebanyakan. Kecuali, saya itu Goro,” ujar Danang sambil terkekeh.
Hidup seperti Lagu “I Like Pie I Like Cake”
Danang percaya akan prinsip: di mana pun tempat yang diberikan Tuhan, dia harus bisa menghargai dan melakukan sepenuh hati karena hal itu akan menjadikannya naik kelas. Seperti sistem sekolah, harus ikut ujian untuk bisa naik kelas dan mendapatkan mimpi yang lebih tinggi lagi.
“Saya ini pemarah. Saya terus dikasih sesuatu yang akan bikin saya marah. Kalau saya bisa melewati itu, saya akan naik kelas. Nah, naik kelas itu membawa kita ke suatu tempat. Ya, saya ditaruh di posisi ini oleh Tuhan,” ungkap cowok yang hobi olahraga ini.
Baginya, hidupnya sederhana seperti lagu “I Like Pie I like Cake” karya Four Clefs. Danang mengakui bahwa liriknya pas menggambarkan rasa syukur atas apa yang dia miliki saat ini.
Dalam menangani emosi dirinya, Danang mengaku seorang pemarah yang pemilih. Maksudnya, Danang bisa jadi pemarah yang meledak, bisa jadi pemarah yang memendam, atau bisa jadi pemarah yang diam.
“Marah saya seperti lampu dimmer. Misal, kalian mengata-ngatai saya, saya pilih marahnya di angka lima saja, deh. Lalu, nanti bisa saja saya turunkan jadi nol. Jadi, yang mengontrol itu saya, bukan hormon saya,” paparnya.
Di samping pencapaiannya, Danang juga punya impian lain di luar seni peran. Kembali pada bakatnya, yaitu mengomunikasikan sesuatu dengan cara yang menyenangkan. Danang tertarik menjadi seorang copywriter di suatu agensi.
Dari perjalanannya menghibur banyak orang, hadiah pertama yang diberikan Danang kepada keluarganya adalah memeluk ibunya. Sedangkan, hadiah terbaik dari segala yang sudah Danang capai adalah bisa mengobrol dengan ibunya dengan nada rendah.
“Saya dan ibu saya sering ngobrol pakai nada tinggi. Bukan marah atau berkelahi, tapi karena obrolan yang selalu seru. Memang begitu cara kami bicara. Pas bicara pakai nada rendah, ternyata asyik juga,” jelas Danang.
***
Di samping harus mengontrol diri, Danang telah menemukan banyak hal terbaik di dunia hiburan atau pun di hidupnya. Baginya, mimpi sederhananya yang terwujud sudah menjadi salah satu yang terbaik.
Selain itu, berada di dunia hiburan membuat Danang bisa berbagi energi bersama para pekerja seni lainnya yang telah lebih dulu malang melintang. Dari sini, dia mampu mengeluarkan seluruh hal yang dia pelajari tanpa penyesalan.
Bagaimana menurut kalian dengan kisah Dimas Danang yang #BeraniBermimpi dan menghadapi kelemahan pada dirinya?
Pantau terus KINCIR untuk mengetahui kisah-kisah para pemuda dan pemudi Indonesia yang berbagi cerita dalam program VIP 2019 yang kami hadirkan untuk memperingati momentum Hari Sumpah Pemuda!