Viki enggak tau harus sedih atau harus bersuka cita dengan kabar pensiunnya sutradara "legendaris", Uwe Boll. Buat yang enggak pernah dengar nama Uwe Boll, lo harus simak baik-baik tulisan Viki di bawah ini
Uwe Boll, sutradara asal Jerman yang dikenal dengan film-film adaptasi game arahannya yang terkenal jelek, mengumumkan bahwa dirinya segera pensiun dari dunia perfilman. Perlu dicatat, Boll pensiun bukan karena kualitas filmnya yang jelek baik secara kualitas maupun secara pendapatan di box office, sang sutradara sendiri pensiun menurutnya pekerjaan sebagai filmmaker enggak lagi menguntungkan dari aspek ekonomi.
"Streaming sudah menjamur di mana-mana. Lo enggak bakal punya pengaruh di dunia film." Ujar Boll yang mengkambinghitamkan pasar perfilman.
Boll juga merasa kalau pasar film adaptasi itu sudah mati. Menurutnya, mendapat keuntungan dari industri film adaptasi adalah hal yang mustahil karena penjualan DVD dan Blu-Ray di seluruh dunia sudah turun 80% sejak tiga tahun terakhir. Selain itu, Boll juga beralasan kalo dirinya sudah enggak punya uang buat bikin film.
"Gua udah enggak punya uang untuk membuat film." tambah Boll seperti yang dikutip dari Metro.
Mungkin bagi sebagian gamer, nama Uwe Boll terdengar asing. Tapi, buat yang suka main game dan suka nonton film, kemungkinan besar mereka pernah mendengar nama Boll seenggaknya dari salah satu atau dua film arahannya. Nama Boll muncul ke permukaan setelah film adaptasi arahannya, game first person shooter (FPS) House of the Dead, yang kemudian diikuti oleh film-film adaptasi game lainnya seperti BloodRayne, Postal, Name of the King, dan Far Cry.
Salah satu pencapaian "terbaik" Boll yang sangat sulit untuk diraih adalah mendapatkan rating 1% di situs review film Rotten Tomatoes, lewat film Alone in the Dark. Mendapat penilaian yang buruk, Boll pun menantang para kritikus melalui pertandingan tinju 10 ronde. Dari 5 kritikus yang menjawab tantangan tinju tersebut, Boll memenangkan semuanya. Karena kelakuannya tersebut, dia dijuluki "Raging Boll".
Meskipun filmnya terkenal buruk, film-film adaptasi video game arahan Boll tetap bisa mengundang beberapa aktor-aktor kenamaan seperti aktor pemenang Oscar, J.K Simmons, Jason Statham, Verne Troyer, dan Ron Perlman. Hal ini kemungkinan besar karena aktor-aktor ini enggak sadar apa yang sebenarnya sedang mereka kerjakan.
Selain itu, rasanya jahat kalo kita enggak memberikan apresiasi kepada Uwe Boll, yang dengan semangat mengejar impiannya sebagai filmmaker dan membuat film-film yang pastinya enggak murah dengan uangnya sendiri. Yap, benar. Dia menggunakan uang pribadi untuk membiayai produksi sejak pertama bikin film (2005). Seharusnya, hal ini bisa jadi kisah inspiratif buat para sutradara muda yang ingin meniti karier sebagai filmmaker. Sayangnya, kisah Boll ini jadi enggak keangkat karena saat beberapa sutradara berhasil balik modal, Boll malah melakukan sebaliknya.
"Kalo saja gua enggak membuat film adaptasi dari game–game konyol, gua bakal mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda." curhat Boll menyalahkan keadaan. "Gua enggak butuh Ferarri, gua enggak butuh kapal pesiar. Gua menginvestasikan uang gua untuk film gua sendiri."
Viki juga enggak mau menyalahkan Boll soal rencana pensiunnya, karena seperti yang lo tau, film-film adaptasi game punya kecenderungan menjadi film yang buruk. Tapi, kalo lo liat situasi sekarang, tren film adaptasi game ini sedang naik-naiknya. Tahun ini aja ada film Warcraft (Juni 2016) dan Assassin Creed (Desember 2016).
Btw, sekarang Boll hidup di Kanada dan telah mempunyai restoran sendiri yang terkenal enak dan kali ini mendapat pujian dari para kritikus makanan. Akhirnya, enggak perlu ada lagi pertandingan tinju dengan para kritikus!