Bagaimana Tren Kumis di Sinetron dan Film Indonesia dari Masa ke Masa?

– Tren kumis di sinetron dan film Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
– Menjelaskan tren kumis Indonesia dan pengaruh dari luar.

Setiap zaman memiliki tren-nya masing-masing dan salah satu hal yang mencatatnya adalah dunia perfilman. Salah satu tren yang cukup kentara terlihat dalam film adalah tren kumis.

Kumis merupakan sebuah hal yang lekat sama penampilan cowok dan kerap dikaitkan sama kejantanan. Layaknya jakun, ia adalah fitur alamiah dalam diri seorang pria. tulah alasan kenapa tren kumis dalam film selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman.

Via Istimewa

Hal yang sama juga berlaku di Indonesia. Setiap zaman memunculkan aktor-aktor tenar dengan gaya kumis yang berbeda. Kumis yang dulu dianggap keren, bisa aja sekarang dianggap jadul dan udah enggak dipakai lagi oleh kebanyakan tokoh idola di film dan di serial. Ada pula tren kumis yang kembali muncul di layar kaca akibat kegemaran orang-orang menengok ke tren lama.

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan tren kumis di sinetron dan film Indonesia, simak artikel berikut.

Tren Kumis Indonesia Tahun 1970 hingga 1980-an, Mengikuti Hollywood

Bisa dibilang kalau film Indonesia tahun 1970-an lumayan mengekor film-film dari Amerika Serikat. Tenang saja, ini bukan berarti kita enggak punya identitas, kok, karena nyatanya, negara kayak Jepang saja juga sangat terpengaruh budaya Amerika Serikat di tahun 1970-an.

Tren kumis masih berlangsung di dalam film-film 1980-an. Namun, gaya berpakaian mereka cenderung lebih dinamis dan sporty, mengikuti berbagai hal yang terjadi di era 1980-an, seperti perkembangan televisi, komputer, mobil-mobil sport, dan musik yang lebih dinamis.

Via Istimewa

Cowok-cowok berkumis dianggap jantan. Aktor film Indonesia kayak Bing Slamet dan Slamet Rahardjo hadir dengan kumis melintang rapi di atas bibir dan menjadi idaman banyak cewek.

Dalam film Cinta Pertama (1973), Slamet Rahardjo tampil dengan rambut agak gondrong ikal dengan kumis yang tebal. Oh ya, bicara soal rambut gondrong, gaya ini cukup disukai, lho, di tahun 1970-an. Hal itu enggak bisa dilepaskan dari gerakan hippies Amerika Serikat sejak 1960-an, band-band kayak The Beatles, dan tentu saja sosok John Lennon.

Via Istimewa

Sosok cowok berkumis ini hadir salah satunya dalam film fenomenal berjudul Bernapas dalam Lumpur (1970). Film yang menampilkan Suzanna ini merupakan film laris dan fenomenal karena dengan gamblang menampilkan adegan pemerkosaan, kekerasan, seks, dan kata-kata yang kasar. Sosok pria kelas atas hadir dengan kumis tebal bak koboi dengan rambut pendek.

Via Istimewa

Tokoh utama dalam film Salah Asoehan (1972), Hanafi, seorang pria berpendidikan kelas atas, juga memiliki tatanan rambut yang rapi dan kumis tebal yang juga rapi. Pada saat itu, Dicky Zulkarnaen, pemeran Hanafi, adalah salah satu cowok idola karena aktingnya yang bagus dan karena wajahnya dianggap tampan.

Via Istimewa

Beberapa film Bing Slamet juga memunculkan kumis yang rapi, sedikit melengkung, dengan tatanan rambut klimis. Salah satunya adalah Bing Slamet Koboy Cengeng (1974).

Sebenarnya, cowok yang menjadi idola di dua dekade ini enggak cuma mereka yang punya kumis tebal banget, kok. Kumis yang tipis juga disukai dengan paduan rambut gondrong. Salah satunya adalah dalam sosok tokoh Anton Rorimpandey (Roy Marten), mahasiswa antropologi UGM yang aktif di BEM dan sangat vokal serta sedikit womanizer. Anton hadir dengan kumis tipis dan rambut gondrong, khas mahasiswa yang mengidolakan Che Guevara banget.

Sosok cowok berkumis tebal dengan rambut yang agak berantakan ini juga bisa dilihat dalam tokoh-tokoh yang diperankan oleh Rano Karno. Yap, pada tahun 1980-an, Rano Karno adalah salah satu aktor idola para remaja. Dia kerap kali tampil sebagai tokoh utama pria yang menawan dan mampu menambat hati tokoh wanita idola, contohnya dalam Roman Picisan (1980).

Via Istimewa

Dalam film komedi 1970 hingga 1980-an, aktor berkumis pun juga cukup disukai, lho. Sebutlah Benyamin dan Indro Warkop DKI.

Pada dekade 1970 hingga 1980-an, ada kecenderungan bahwa cowok-cowok yang digambarkan mapan dan berkelas memiliki kumis dan rambut rapi. Sementara itu, gaya kumis untuk cowok-cowok remaja, kuliahan, atau mereka yang mengusung konsep hidup 'bebas' dikombinasikan sama rambut gondrong.

Tahun 1990-an hingga 2000-an awal, Kumis Enggak Laku

Ada perubahan tren tokoh cowok dalam serial dan film Indonesia pada tahun 1990-an hingga 2000-an awal. Jika sebelumnya cowok-cowok kece sering digambarkan memiliki kumis tebal, kini hal itu hanya ada di tokoh om-om dan bapak-bapak!

Sebenarnya, tren 'cowok bersih' ini udah mulai muncul di akhir 1980-an. Contohnya adalah dalam tokoh Si Boy di film Catatan Si Boy (1987) yang kemudian berlanjut hingga sekuel ke-4 pada 1990.

Via Istimewa

Boy digambarkan sebagai pria ideal yang kaya, pintar, berpendidikan, sopan, rajin salat, enggak pelit, baik sama cewek, dan tentu saja, punya wajah yang bersih dari kumis. Kondisi ini berlanjut hingga dunia serial dan film Indonesia memasuki dekade 1990-an.

Ya, pada zaman-zaman ini, penggunaan kumis tebal buat pria dianggap membuat mereka tampak lebih tua. Kalaupun ada tokoh idola yang pakai kumis tebal, itu terjadi hanya pada segelintir tokoh kayak Si Doel (Rano Karno) dalam Si Doel Anak Sekolahan dan Feisal (Teddy Syah) dalam Karmila . Sisanya adalah kumis untuk peran bapak-bapak seperti Priyambodo (Cok Simbara) dalam Noktah Merah Perkawinan (1996) dan Duta, ayah Dini dalam Pernikahan Dini (2001).

Wajah-wajah kayak Irgi Ahmad Fahrezi dalam Pondok Pak Djon (1995) dan Lupus Milenia (1999) disukai banget: tanpa kumis, kulit wajah bersih.

Via Istimewa

Sementara itu, sinetron Hati Seluas Samudra (1994) menggambarkan banget bagaimana fisik cowok ideal dekade 1990-an. Tokoh Robby (Jeremy Thomas) dan Rommy (Anjasmara) sebagai cowok kaya yang jatuh miskin digambarkan berwajah bersih, cerah, dan tanpa kumis.

Dalam sinetron-sinetronnya yang lain pada dekade 1990-an, Anjasmara dan Jeremy Thomas juga kerap tampil tanpa kumis, dengan wajah bersih, dan seringnya, sih, rambut belah tengah.

Kondisi ini sebenarnya berbanding terbalik sama apa yang mereka tampilkan saat ini, di mana Jeremy Thomas justru menumbuhkan jenggot dan kumis lebat dan Anjasmara –walau enggak setebal Jeremy Thomas–.

Via Istimewa

Aktor lain yang selalu tampil dengan wajah bersih tanpa kumis adalah Adam Jordan. Dia kerap berperan sebagai tokoh utama dalam sinetron-sinetron era 1990-an hingga 2000-an awal seperti Tersanjung dan Tersayang

Jangan lupakan nama Ari Wibowo. Aktor blasteran ini dulu dianggap bak malaikat yang turun dari langit. Ketampanannya dianggap sempurna, terlebih bukan sekadar bisa akting, dia juga tergabung dalam grup musik Cool Colors bersama aktor lain seperti Surya Saputra. Dalam Jangan Ucapkan Cinta (1999) dia menjadi tokoh utama yang bikin penonton klepek-klepek, apalagi dia digambarkan sebagai sosok pria romantis nan gentleman.

Via Istimewa

Masih ada tokoh idola lain tanpa kumis yang menjadi idaman banyak cewek, seperti misalnya Gerhana (Pierre Roland) dalam sinetron fenomenal Gerhana (1999), Jun dalam Jin dan Jun (1996), dan Bagus dalam sinetron Jinny oh Jinny (1997).

Tren cowok babyface, rambut klimis atau belah tengah, dan tanpa kumis ini enggak bisa dilepaskan dari pengaruh Hollywood. Pada dekade yang sama, cowok-cowok dalam film dan serial Hollywood cenderung babyface, bersih dari kumis, dan terlihat muda. Hal yang sama juga terjadi pada para anggota boyband

Tahun 2000-an hingga 2010, Berkiblat ke Wajah Oriental

Siapa yang enggak suka sama Meteor Garden? Yap, serial Taiwan yang dirilis pada 2001 ini sangat laris dan menggemparkan banyak negara, termasuk Indonesia. Hype-nya mirip banget sama hype penggemar drakor dan boyband Korea Selatan zaman sekarang. Bahkan, konser F4, para tokoh utama Meteor Garden, sangat ramai ditonton.

Kondisi ini mempengaruhi model aktor yang tampil pada serial dan film Indonesia. Muncul aktor-aktor dengan penampilan rambut semi gondrong, diberi highlight, wajah oriental, dan tentu saja bersih dari kumis. Contohnya Roger Danuarta dalam Amanda (2002).

Via Istimewa

Ada lagi, sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta (2002) yang menampilkan Indra L. Bruggman, Jonathan Frizzy, Steve Emmanuel, dan tentu saja Roger Danuarta. Ada pula sinetron 7 Tanda Cinta (2002) yang menampilkan sosok Baim Wong, tanpa kumis tentunya.

Wajah-wajah aktor Indonesia yang ada di sinetron, seperti Raffi Ahmad, Tommy Kurniawan, Dimas Seto, dan Hengky Kurniawan juga tampil dengan wajah yang bersih. Pada awal-awal 2000-an, memang kumis bukan hal yang ngetren dan para aktor yang berkumis biasanya memerankan bapak-bapak, persis seperti yang terjadi pada dekade 1990-an. Namun, ada penambahan selera yakni muka oriental dan rambut agak gondrong yang seperti di-rebonding.

Via Istimewa

Sekarang, Jambang Begitu Diminati

Tren aktor cowok dalam serial dan film Indonesia tahun 2010-an sampai sekarang sebetulnya variatif. Kondisi ini enggak bisa lepas dari arus informasi yang bisa masuk dari mana aja.

Kalian bisa menemukan para aktor dengan gaya potongan rambut berponi, quiff atau curtain cut ala tokoh-tokoh drama Korea, seperti Dilan dalam film Dilan 1990 (2018) atau dalam aktor-aktor seperti Jerome Kurnia, Morgan Oey, dan Angga Yunanda.

Via Istimewa

Kabar baiknya, kumis kembali ngetren, nih. Hanya saja, tren kumis zaman now ini berbeda jauh dengan tren kumis tahun 1970-an hingga 1980-an. Pada zaman sekarang, para pria suka tampil dengan kumis, jambang, dan juga jenggot. Jadi, gayanya beda dengan gaya 1970-an hingga 1980-an, di mana banyak aktor yang hanya memiliki kumis tebal di atas bibir.

Tren yang mulai hadir sejak 2014 di Indonesia ini enggak bisa dilepaskan dari gaya brewok yang hype di Amerika Serikat pada masanya. Aktor-aktor dengan brewok seperti Reza Rahadian, Rio Dewanto, Alex Abbad, bahkan Aliando pun digandrungi banyak cewek.

Via Istimewa

Tren kumis dengan jambang ini memunculkan produk-produk penumbuh rambut seperti Wak Doyok yang disinyalir bisa membantu pertumbuhan rambut pada wajah. Kumis dianggap memberikan maskulinitas, sama halnya seperti apa yang pernah terjadi pada Amerika Serikat dan Eropa abad ke-19 akhir, di mana kumis dan jambang menjadi tren yang diikuti oleh banyak orang dan dianggap membuat mereka makin “cowok”.

Oh ya, meskipun kumis dan jenggot yang lebat ini cukup disukai, tetapi tetap mayoritas cowok di layar kaca Indonesia menggunakan gaya tanpa kumis atau bahkan kumis yang tipis dan terlihat rapi. Salah satunya bisa kalian lihat dalam sosok Aldebaran di sinetron Ikatan Cinta yang diperankan oleh Arya Saloka.

Sebagai Aldebaran, gaya berbusana Arya Saloka memang mengacu kepada gaya busana cowok-cowok Korea Selatan di dalam drakor. Namun, hal berbeda terlihat pada kumisnya. Alih-alih dibikin super bersih kayak cowok drakor, Aldebaran ini jadi unik dengan adanya kumis dan jenggot yang tipis. Terlihat macho, tetapi juga menampilkan aura metroseksual dan rapi.

Via Istimewa

Uniknya, beberapa waktu lalu, Arya Saloka mengunggah foto lamanya yang memakai kumis ala Marcello Tahitoe. Hmm, berarti Arya Saloka memang mengikuti tren kumis masa kini, nih.

***

Pada dasarnya, kumis di dalam layar sinema dan kaca Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Tren ini, layaknya tren busana, enggak stabil. Jadi, sepuluh tahun kemudian, bakal ada tren baru yang entah melibatkan kumis atau pun enggak. Namun, sampai sekarang, terlepas dari bagaimanapun tren-nya, kumis tetap dipandang sebagai salah satu simbol kejantanan cowok.

Nah, mengetahui tren kumis di layar Indonesia dari masa ke masa, siapa aktor sinetron atau film Indonesia dengan kumis ikonis yang memorable bagi kalian?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.