Industri film Indonesia tak akan habis pembahasannya. Di masa pandemi, film Indonesia melebarkan media distribusi melalui platform streaming film ketika bioskop tutup. Visinema Pictures misalnya. Rumah produksi yang dipimpin oleh Angga Dwimas Sasongko ini meluncurkan platform Bioskop Online pada Agustus 2020. Platform ini khusus mewadahi film Indonesia.
Nah, berbicara soal platform streaming film, dalam sebuah acara bincang bertajuk “Think Again! Curhat Founders” yang membawa dua pembicara, yaitu Angga Dwimas Sasongko selaku Founder/CEO Visinema Pictures dan Danny Wirianto selaku CMO GDP, berbincang seputar industri film di masa pandemi.
Angga yang juga dikenal sebagai sutradara kebanggaan Indonesia ini mengungkapkan gagasannya mengenai layanan nonton film yang ternyata memiliki dampak di masa pandemi. Melihat banyaknya layanan over-the-top (OTT) dan jadi tren baru nonton film, juga mempengaruhi produksi dan distribusi film Indonesia, termasuk kaitannya dengan eksistensi Bioskop Online yang masuk dalam salah satu jajaran OTT di Indonesia.
“Saya bisa bilang bahwa pertumbuhan digital platform ini complimentary untuk produser. Akan tetapi saya orang yang cukup konservatif, yang percaya bawa bioskop akan tetap ada dan tetap tumbuh, karena kalau dilihat datanya sebelum pandemi itu subscriber di digital tumbuh terus dan penonton di bioskop juga tumbuh terus,” ujarnya.
Bagi Angga, platform-platform tersebut dianggap sebagai complimentary dan hal ini bisa dimanfaatkan produser untuk membuat karya yang lebih besar dan berkualitas. Seperti di Visinema, Angga bersama timnya justru meningkatkan kapabilitas produksi dan kualitas produksinya.
“Buat saya ini masih jadi complimentary, bukan substitusi. Karena kebiasaan nonton di streaming dan di bioskop itu beda sekali. Selain soal experience juga soal kebiasaan. Nonton di streaming biasanya sendiri, sementara nonton film di bioskop biasanya bareng-bareng,” lanjut sutradara kebanggaan Indonesia tersebut.
Lalu, bagaimana Angga dengan Visinema Pictures dan Bioskop Online menghadapi krisis di masa pandemi? Ditambah dengan banyaknya platform streaming film terbaru dengan promosi yang tak kalah menarik. “Satu-satunya cara adalah dengan tidak compute with them,” ucap Angga sambil tertawa.
Angga mengaku menjalani hal itu di masa pandemi. Dia tidak merasa bahwa layanan OTT yang tersebar saat ini bukan kompetitor dari Bioskop Online, karena beberapa perbedaan. Mulai dari model bisnisnya yang berbeda. Ketika OTT lain itu subscription based, Bioskop Online hadir dengan transaction based, dan sebagainya.
Selain itu, sutradara peraih Piala Citra ini juga membagikan rencananya dalam industri film bersama Visinema Pictures. Kabarnya, dia bersama timnya sedang mempersiapkan 52 film untuk Bioskop Online.
“Jangka pendeknya, Visinema akan memanfaatkan momentum sekarang, di mana dunia digital punya atensi luar biasa dan Bioskop Online hadir sebagai strong alternatif bukan kompetitor. Contohnya, film-film Indonesia klasik cuma ada di Bioskop Online. Semuanya adalah karya sineas indonesia, dan hanya film Indonesia,” jelas Angga dengan semangat.
Menyimak gagasan dan semangat Angga memajukan industri film Indonesia, bagaimana pendapatmu? Sudah enggak zamannya, deh, nonton film bajakan. Sekarang, mari hargai karya film anak bangsa dan bentuk perilaku nonton film yang terpuji.