Setelah komedi Indonesia didominasi oleh grup lawak dan sketsa komedi selama 1970-an hingga 2000-an, tiba-tiba muncul tren komedi “baru”, konsep stand up comedy.
Walau baru populer di Indonesia pada 2010-an, sebenarnya stand up comedy sudah lama ada di Indonesia, hanya saja enggak sebesar sitkom pada masanya. Pertunjukkan stand up comedy pertama di Indonesia bertajuk “Stand Up Comedy Open Mic”, diadakan pada 1997. Stand up comedy bahkan pernah dibawa ke TV pada 2004, lewat acara Comedy Cafe yang dipandu Taufik Savalas dan ditayangkan di Trans TV.
Sayangnya, konsep stand up comedy yang ditampilkan Comedy Cafe kurang mendapatkan respons yang baik dari masyarakat. Stand up comedy baru berhasil mencuri perhatian Indonesia pada era 2010-an, apalagi sejak kehadiran Raditya Dika dan Pandji Pragiwaksono, dalam meramaikan dunia komedi Indonesia.
Kebangkitan stand up comedy dimulai ketika dua stasiun TV besar di Indonesia, yaitu Metro TV dan Kompas TV, masing-masing menayangkan acara stand up comedy. Metro TV dengan acara Stand Up Comedy Show yang pertama kali tayang pada 22 September 2011 dan Kompas TV dengan acara Stand Up Comedy Indonesia yang pertama kali tayang pada 24 September 2011.
Acara Stand Up Comedy Indonesia bahkan punya peran besar dalam perkembangan jenis komedi ini di Indonesia. Menariknya lagi, Raditya dan Pandji punya peran dalam pembuatan acara ini bersama Indro Warkop dan Indra Yudhistira.
Stand Up Comedy Indonesia berperan dalam melahirkan komika-komika berbakat yang masih populer hingga saat ini, di antaranya Ge Pamungkas, Babe Cabita, Ernest Prakasa, dan masih banyak lagi. Cukup banyak jebolan Stand Up Comedy Indonesia yang kini menguasai industri hiburan Indonesia.
Stand up comedy sendiri merupakan komedi yang ditampilkan oleh satu orang dengan melakukan monolog lucu kepada penonton tanpa dukungan properti. Selain sebagai hiburan, stand up comedy juga mengajak penontonnya untuk berpikir kritis mengenai hal-hal yang terjadi di kehidupan sosial, politik, dan permasalahan populer lainnya.
Enggak jarang juga digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kritik sosial dengan cara yang lebih santai dan lucu. Kiky Saputri merupakan salah satu contoh komika yang sering menyampaikan kritik lewat materi stand up-nya. Bahkan, dia cukup berani menyampaikan langsung di depan tokoh penting yang sedang dikritiknya.
Berhubung stand up comedy bisa ditampilkan seorang diri dan tidak membutuhkan banyak properti, jenis komedi ini lebih fleksibel karena enggak harus bergantung pada keberadaan panggung secara harfiah. Stand up comedy lebih mudah ditampilkan di platform digital, seperti YouTube, untuk bisa menarik lebih banyak penonton.
Konsep stand up comedy memungkinkan para komika untuk membuat panggungnya sendiri. Bisa jadi di YouTube, atau sekadar TikTok dan Instagram. Dalam kanal YouTube-nya, Pandji pernah menjelaskan bahwa para komika sebaiknya berekesperimen dengan kontennya sendiri di platform gratis.
“Kita itu dimudahkan, kalian melihat sendiri saya bikin konten pakai handphone. Sayang kalau enggak dimanfaatkan karena YouTube gratis, Instagram gratis, dan handphone sudah pada punya,” ujar Pandji Pragiwaksono di video “Perlukah Komunitas Bikin Kanal YouTube?” di kanal YouTube pribadinya.
Kehadiran platform yang lebih luwes, bikin para komedian dan komika lebih bebas berekspresi. Keresahan pribadi sampai kritik sosial bisa dijadikan bahan ngelucu dengan gaya bahasa yang lebih luwes. Mereka pun enggak perlu lagi bersinggungan dengan KPI dan sensor ketat stasiun TV.
Seiring melejitnya popularitas stand up comedy, jumlah komika juga semakin bertambah selama era 2010-an, apalagi setelah adanya acara Stand Up Comedy Indonesia. Enggak hanya meramaikan panggung off air dan on air, cukup banyak komika yang akhirnya terjun ke dunia perfilman.
Ada beberapa judul film yang sebagian besar pemerannya adalah komika, di antaranya seri film Comic 8, Koala Kumal (2016), dan Ngenest (2015). Kebanyakan komika biasanya membintangi film komedi yang sudah menjadi keahlian mereka. Walau begitu, berakting di film komedi ternyata bukan perkara yang mudah bagi Rigen.
Rigen yang merupakan pemenang Stand Up Comedy 2015, termasuk salah satu komika yang melebarkan sayap menjadi aktor. Beberapa film yang pernah dibintanginya adalah Partikelir (2018), Sesuai Aplikasi (2018), dan Sabar Ini Ujian (2020). Kepada KINCIR, Rigen menjelaskan tantangan yang dihadapinya saat membintangi film komedi.
“Pasti ada tantangan karena main film komedi, tuh, naskahnya dari sutradara atau penulis. Jadi kami harus ngikutin apa yang diarahan sutradara. Kalau stand up, ‘kan, kami tahulah bawainnya gimana, cara aktingnya gimana, cara men-deliver ke penonton gimana. Kalau film beda banget karena kami harus ikutin sutradaranya dan harus tahu seperti apa yang dimau sutradara,” ujar Rigen.
Enggak hanya tampil sebagai aktor, beberapa komika juga ikut terjun ke dunia perfilman sebagai penulis naskah, sutradara, dan produser. Salah satu sosok yang dianggap sebagai senior di stand up comedy, Raditya Dika, bahkan telah terjun ke dunia perfilman sebelum meledaknya popularitas stand up comedy di Indonesia.
Radit debut sebagai aktor lewat film Kambing Jantan (2009), film adaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Radit sendiri. Di tahun yang sama, Radit juga terlibat sebagai penulis naskah film Maling Kutang (2009). Sejak saat itu, Radit selalu terlibat sebagai penulis naskah di film yang dia bintangi.
Radit kemudian debut sebagai sutradara lewat film Marmut Merah Jambu (2014). Setelah Marmut Merah Jambu, Radit selalu berperan sebagai sutradara sekaligus penulis naskah film yang dia bintangi. Setelah Radit, beberapa komika lainnya turut mengikuti jejaknya dengan menjadi aktor, penulis naskah, sekaligus sutradara.
Komika lainnya yang cukup aktif menjadi aktor, penulis naskah, dan sutradara adalah Ernest Prakasa. Jebolan Stand Up Comedy Indonesia 2011 ini debut sebagai aktor lewat film Make Money (2013). Dua tahun kemudian, Ernest langsung menjadi pemeran, penulis naskah, dan sutradara lewat film Ngenest. Enggak hanya berkutat di film komedi, Ernest juga mengeksplorasi genre drama misteri di film Teka-teki Tika (2021).
Tahun ini juga dimeriahkan oleh beberapa judul Indonesia yang disutradarai oleh komika. Sosok yang juga menjadi senior stand up comedy Indonesia, yaitu Muhadkly Acho, baru debut menjadi sutradara lewat film Gara-gara Warisan (2022). Lalu, ada juga jebolan Stand Up Comedy Indonesia 2013, yaitu Bene Dion, yang merilis Ngeri-ngeri Sedap pada Juni 2022.
Baca selanjutnya: Ironi Sang Penghibur