*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Hillbilly Elegy yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Memasuki pekan terakhir di November, Netflix menghadirkan film orisinal yang jadi salah satu tontonan yang diantisipasi, yakni Hillbilly Elegy. Pasalnya, kisah drama tersebut diangkat dari memoar terlaris pada 2016 berjudul sama karya pengusaha J.D. Vance. Enggak hanya itu, film ini juga digarap sutradara dan produser peraih Oscar, Ron Howard dan Brian Grazer serta menampilkan aktris senior ternama, seperti Amy Adams dan Glenn Close.
Sinopsis film Hillbilly Elegy berpusat pada kisah keluarga penulis sekaligus pebisnis, J.D. Vance (Gabriel Basso). Dihadapkan dua pilihan berat, J.D. yang lahir dari keluarga kulit putih kelas menengah ini harus memilih antara pekerjaan impiannya atau membenahi krisis keluarga yang memaksanya kembali ke rumah yang coba dia lupakan.
Perjalanan sang mantan marinir Ohio yang juga menjadi mahasiswa hukum dari Yale University ini dipenuhi drama sarat konflik keluarga. Di film ini, kita bisa melihat tiga generasi dengan kepribadian unik tersebut berjuang melawan pergumulannya masing-masing.
Seperti apa kisahnya? Simak review film Hillbilly Elegy khas KINCIR di bawah ini!
Dinamika Konflik Keluarga yang Kompleks
Sepanjang film berdurasi 1 jam 57 menit ini, kita disuguhkan hubungan kompleks keluarga Vance yang dipenuhi oleh konflik. Berbagai adegan menampilkan suka-duka setiap momen yang dialami J.D. Vance kecil (Owen Asztalos) melalui perjalanan emosional yang bergejolak, hingga dilema yang dialaminya ketika dewasa.
Di tengah kesulitan mencari pekerjaan, J.D. mendapat kesempatan emas untuk maju selangkah lebih dekat menggapai pekerjaan impiannya. Di saat yang sama, kakak J.D., Lindsay (Haley Bennett) mengabarkan ibunya, Bev (Amy Adams) jatuh kembali sebagai pecandu setelah sekian lama berjuang melawan kecanduannya.
Didorong oleh kenangan akan nenek yang membesarkannya, Mamaw (Glenn Close), J.D. kembali ke kampung halamannya dan kembali merangkul jejak keluarga penuh konflik yang tak bisa lepas dari perjalanan pribadinya.
Dengan alur maju-mundur, penonton dibawa memasuki dinamika konflik keluarga Vance yang penuh kerumitan dan ketidakstabilan. Rasanya, seperti baru saja melihat momen keharmonisan keluarga yang menghangatkan hati, tiba-tiba dengan sekejap berubah jadi suasana keruh yang tak jarang melibatkan kekerasan verbal dan fisik.
Memang berbeda dari novel memoar aslinya, sutradara Ron Howard mengemas film ini tanpa memasukkan unsur politik sedikit pun. Fokusnya terletak pada dinamika perjalanan sarat drama dan konflik yang menjadi bagian dari hidup J.D. Vance.
Kisahnya pun dibuat lebih “halus” dan terasa personal. Walaupun demikian, banyak penonton yang merupakan penggemar novel karya J.D. Vance ini merasa kecewa melihat film garapan Howard tersebut.
Alur Flashback yang Repetitif
Ditulis oleh penulis naskah peraih nominasi Oscar, Vanessa Taylor, film Hillbilly Elegy pada awalnya tampak menjanjikan. Taylor menggunakan dual-timeline yang secara bergantian ditampilkan. Alur maju-mundur yang digunakan Taylor ini bermaksud untuk memperjelas kompleksitas hubungan J.D. dengan sang ibu yang memengaruhi tindakan dan emosinya di masa kini terhadap keluarganya.
Ketika sedang berfokus menonton kisah J.D. dewasa dalam menghadapi Bev yang kembali bermasalah dalam berjuang melawan kecanduan, penonton juga disajikan flashback ketika J.D. kecil dihadapkan pada konflik yang tak jauh berbeda.
Namun, flashback tersebut enggak terlalu menggambarkan perubahan atau perkembangan karakter J.D. dari kecil hingga seperti saat ini. Terlalu banyak flashback yang memiliki poin yang sama dan enggak berarti banyak untuk timeline J.D. dewasa di masa kini.
Bukannya membawa penonton untuk lebih mendalami bagaimana masa lalu J.D. menjadikannya seperti saat ini, kebanyakan adegan flashback yang disajikan hanya memperjelas Bev sebagai sosok ibu pecandu yang bermasalah dan bagaimana J.D. memiliki masa kecil yang enggak menyenangkan.
Penampilan Memukau Amy Adams dan Glenn Close
Akting kedua bintang peraih nominasi Oscar ini memang enggak perlu diragukan. Tampil “all-out” dalam Hillbilly Elegy, keduanya cukup berhasil mencuri perhatian dengan penampilannya.
Amy Adams sebagai Bev berhasil memberikan emosi yang terasa nyata. Dia jadi wanita yang berjuang melawan kecanduannya, bagaimana dirinya bisa tetap menjadi ibu yang mencintai kedua anaknya meski dirinya sendiri sedang mengalami pergumulan. Ekspresinya benar-benar terasa tepat untuk mengungkapkan semua hal tersebut, mulai dari tertawa senang, teriak histeris, menangis pilu, hingga tersenyum lesu.
Akting Glenn Close sebagai Mamaw yang merupakan sosok wanita tegas, tangguh, cerdas, dengan cara bicaranya yang “nyelekit” juga berhasil jadi pusat perhatian. Meski begitu, Mamaw adalah sosok nenek yang penyayang dan memiliki cara didiknya tersendiri. Dengan penampilannya yang memukau, enggak heran Close pun berhasil menghidupkan momen bersama J.D. dalam film Hillbilly Elegy.
Kurang Mengikat secara Emosional
Meski didukung oleh penampilan para cast yang memukau, sayangnya film Hillbilly Elegy kurang meninggalkan kesan, karena ceritanya yang kurang terikat secara emosional. Kisah drama sarat konflik tiga generasi keluarga Vance ini memang menyajikan berbagai peristiwa emosional, tetapi hanya tampil layaknya formalitas.
Sebenarnya, dengan segala gejolak emosi dan konflik yang ada, kisah keluarga Vance ini sangat menarik untuk disaksikan. Sayangnya, kepribadian tiap karakter sepanjang film ini enggak terlalu terasa perkembangannya. Ditambah alur flashback repetitif yang “enggak ke mana-mana”, film Hillbilly Elegy jadi kurang membekas dalam ingatan para penonton.
Walaupun enggak berhasil memperoleh skor yang baik, yaitu hanya 27% di Rotten Tomatoes, film ini memiliki audience score yang cukup tinggi, yaitu 83%. Artinya, meski enggak dinilai cukup memuaskan oleh para kritikus, para penonton antusias dengan kisah drama garapan Ron Howard yang satu ini.
***
Bagaimana pendapat kalian tentang film Hillbilly Elegy? Kalian bisa menontonnya mulai 24 November 2020 di Netflix. Oh ya, film ini diperuntukkan penonton usia 18 tahun ke atas.
Buat yang sudah menonton, bagikan komentar kalian pada kolom di bawah ini, ya! Jangan lupa juga ikuti terus KINCIR untuk ulasan seputar film atau serial lainnya.