*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 6 | Penokohan: 7 | Visual: 7 | Sound Effect/Scoring: 7 | Penyutradaraan: 7 | Nilai Akhir: 6,8/10
Film yang ditunggu-tunggu penggemar karakter Spider-Verse akhirnya tayang. Film Venom yang dibintangi Tom Hardy memang sukses bikin pencinta film penasaran. Bukan soal ceritanya, tapi bikin penasaran soal kualitas film yang diproduksi dalam waktu kurang dari setahun ini. Mengingat, sebelumnya Venom sempat diundur produksinya karena kendala lokasi syuting.
Sinopsis: Life Foundations selalu berambisi menyelamatkan dunia. Sayangnya, hal ini enggak terlintas sama sekali di pikiran Eddie Brock. Seorang jurnalis yang karirnya sedang diambang kehancuran. Berbagai investigasi dilakukan Eddie, sayangnya usaha Eddie selalu mengalami kegagalan.
Sampai pada suatu waktu, Eddie menemukan hal yang aneh sekaligus mengerikan. Sebuah organik dikenal dengan symbiote yang bikin dia penasaran. Di satu sisi, Dr. Carlton, pemimpin Life Foundation, enggak pengen symbiote ini terungkap. Ada harga yang harus dibayar antara Eddie dan Dr. Carlton. Lalu, siapa sosok Venom sebenarnya? Benarkah symbiote ini bisa membantu manusia mencapai keinginannya?
Diadaptasi dari Marvel Comics, Venom hadir pertama kali di sinema dalam Spider-Man 3 (2007). Debut kemunculannya di film pun mencuri perhatian publik dan dianggap jadi antihero ikonis yang memangsa manusia laba-laba hingga saat ini. Makanya, enggak heran kalau Sony Pictures mulai mengembangkan film tersebut dan bikin SUMC alias Sony Universe by Marvel Characters.
Di film Venom, makhluk symbiote ini hadir sebagai karakter yang kompleks. Bukan sebagai antihero atau monster menakutkan yang bikin Spidey kewalahan. Venom memang jahat, tapi bisa bikin lo ketawa. Dia bisa bijak dan toleran. Dengan kecerdasan yang tinggi, di film ini Venom bukan lagi sebagai parasit yang merugikan. Akan tetapi sebagai teman yang melindungi.
Tom Hardy adalah aktor hebat, Venom adalah karakter yang luar biasa. Lalu, kenapa Sony bikin film Venom terlihat seperti tampilan komik era tahun 1960-an, padahal latar filmnya masa kini? Bisa jadi, inilah hasil dari kualitas pengerjaan yang singkat.
Film ini bukan film buruk, bukan juga film bagus. Yap, biasa aja. Kelebihan dan kekurangan di film ini seimbang. Jadi, enggak salah jika bilang film ini ngasih berbagai selera publik tentang film blockbuster Sony. Lo pun udah bisa menilai bagus atau enggaknya, menjanjikan atau mengecewakannya film Venom lewat cuplikan filmnya dan baca ulasan ini. Singkatnya, kalau lo suka film Suicide Squad (2016), lo pasti bakal suka film Venom.
Baca juga 17 Fakta Symbiote Marvel yang Mind-blowing
Bukan berarti lo bakal kecewa kalau lo nonton filmnya. Bukan berarti juga lo harus nonton filmnya. Sekali lagi, film Venom ada di batas antara bagus dan jelek. Masih ada unsur-unsur yang bikin lo enggak ngerasa rugi meluangkan waktu nonton film ini. Masih ada beberapa hal yang bisa lo ambil dari film ini. Salah satunya, lo bisa tahu bahwa Venom enggak semenakutkan yang kita pikirkan selama ini.
Tanda bahwa seorang aktor melakukan pencapaian yang baik secara kualitas bisa dilihat dari film buruk yang dibintanginya. Apakah dia mampu menyelamatkan atau malah bikin makin buruk? Yap, Tom Hardy pun melakukan itu. Akting-aktingnya sebelumnya menyelamatkan film ini. Enggak bermaksud menyinggung, Venom enggak terlalu buruk karena Tom Hardy. Lalu, bagaimana jika bukan Tom Hardy?
Hardy bermain secara professional. Enggak menghilangkan khas karakter bawaannya tapi tetap tampil dengan look yang baru. Harus diakui, dia menyelamatkan film ini secara keseluruhan. Apalagi, ekspresi sakit, kaget, hingga tersipu-sipunya, semuanya berjalan natural dan bikin lo gemes.
Selain Hardy, ada juga Michelle Williams yang bikin lo salfok saking cantiknya sebagai Anne Weying, kekasih Eddie Brock. Lalu, ada Riz Ahmed sebagai Carlton Drake dan Riot yang jadi musuh Venom. Jenny Slate sebagai Dr. Dora Skirth yang bikin lo suka sekaligus sebel dengan karakternya. Tentunya, ada Stan Lee yang selalu hadir di film-film Marvel.
Kalau film ini dibikin dengan standar film Spider-Man: Homecoming (2007) lo bakal lebih asyik nontonnya. Sayangnya, film tentang Venom yang berkarakter suram ini juga dibikin lebih suram dan datar, begitu juga dengan efek CGI-nya. Efek komputer yang kasar, bikin film ini bukan terlihat film zaman sekarang. Tone yang kurang nyala, bikin film Venom seperti era film Spider-Man milik Sam Raimi.
Baca juga 5 Fakta Keliru tentang Venom
Untungnya, efek suaranya enggak dibikin seburuk visualnya. Selain suara para symbiote yang bikin lo ngeri, lagu-lagu soundtrack-nya juga menyeimbangkan aksi Venom jadi terdengar asyik. Lagu-lagu Eminem yang mengisi sebagian film ini, bikin film ini terlihat kekinian.
Venom digarap oleh Ruben Fleischer yang pernah membuat Zombieland (2009) dan Gangster Squad (2003). Kelihatannya, Fleischer pengen menghadirkan film antihero yang bukan sekadar film aksi biasa. Melainkan ada sisi humor dan romantis. Enggak ada twist yang bikin lo terperanjat. Secara keseluruhan, film ini standar. Bagus atau enggaknya, lo bisa menilai dari sudut manapun.
Kepoin juga 13 Karakter Marvel yang Pernah Jadi Makhluk Mirip Venom
Lo bisa ajak teman-teman atau gebetan lo buat nonton film ini. Film Venom udah mulai tayang mulai 3 Oktober 2018. Eits, jangan langsung keluar, ya, soalnya ada dua post-credit scene yang nampilin cuplikan dari sekuelnya. Jangan lupa bawa kembali sampah lo dan buang ke tempat sampah, ya! Setelah nonton, lo bisa kasih ulasan versi lo di kolom review yang ada di awal artikel ini.