Setelah lama ditunggu, akhirnya The Great Wall, film kolosal kolaborasi antara Hollywood dengan Tiongkok udah bisa lo saksikan mulai 4 Januari nanti di bioskop Indonesia. The Great Wall sendiri sebenarnya udah dirilis sejak 16 Desember lalu di Tiongkok, dan baru akan dirilis 17 Februari di Amerika Serikat dan Eropa. Film bergenre action-adventure ini disutradarai oleh sutradara kondang asal Tiongkok, Zhang Yimou, serta diproduksi oleh Legendary, studio Hollywood yang dimiliki oleh Tiongkok.
Filmnya sendiri jadi salah satu yang paling diantisipasi dan berhasil membuat berbagai kalangan penasaran. Faktanya, The Great Wall menjadi film dengan biaya produksi terbesar sepanjang sejarah industri perfilman Tiongkok. Bukti besarnya biaya produksi ini bisa lo liat pertama kali dalam daftar aktor/aktris kelas atas yang menjadi pemeran dalam film ini. Mulai dari Matt Damon, William Dafoe, hingga artis kelas atas Cina seperti Andy Lau, Zhang Hanyu, dan Jing Tian. Tapi sepertinya ekspektasi yang besar ini enggak diimbangi sama filmnya yang bisa dibilang sedikit mengecewakan.
Viki sendiri adalah tipe penikmat film yang enggak mau melihat teaser atau trailer sebelum menonton filmnya, apalagi kalo filmnya sendiri emang udah Viki tunggu-tunggu kehadirannya. Yes, Viki sejujurnya penasaran banget sama The Great Wall ini. Setelah melihat posternya, bayangan Viki langsung tertuju pada sebuah cerita kolosal ala Romance of the Three Kingdom rasa Hollywood, atau cerita perang antar dinasti Tiongkok dengan bangsa barat. Sayangnya, apa yang akan lo dapat dalam filmnya nanti akan benar-benar berbeda.
Penjelasan lebih lanjutnya sendiri enggak akan Viki jelaskan disini, karena kali ini Viki enggak bakal bocorin spoiler yang berhubungan sama jalan cerita. Karena Viki sadar pasti ada orang yang setipe sama Viki dan enggak mau sensasi menonton filmnya nanti akan berkurang gara-gara spoiler. Buat yang udah melihat trailer atau membaca sinopsisnya, Viki cuma bisa ucapkan selamat menikmati ulasan The Great Wall versi Viki yang apa adanya!
Film dimulai dengan adegan pendek teks epilog yang membangun narasi kalo The Great Wall atau Tembok Besar Tiongkok ini "dibangun selama 1700 tahun dengan panjang 5500 mil". Setelah itu lo akan diberikan penjelasan singkat kenapa tembok yang jadi salah satu dari 7 keajaiban dunia ini dibangun berdasarkan "fakta" dan "legenda". Film arahan Zhang Yimou ini akan mengambil kisah "legenda". Kisah film ini dimulai dari petualangan sekawanan tentara bayaran yang dipimpin oleh William (Matt Damon), ngebet banget buat ngebawa pulang sebuah senjata yang disebut sebagai "bubuk hitam". Perjalanan mereka ke negeri timur untuk mendapatkan senjata mitos tersebut ternyata enggak semudah itu. William dan Tovar (Pedro Pascal) harus menghadapi hadangan tentara "dinasti tanpa nama", serta hal lain yang lebih mengerikan dan enggak diperkirakan sebelumnya.
Dari awal film ini dimulai, lo pasti akan merasa kalo salah satu hal yang paling menonjol dalam film ini adalah penggunaan computer generated images atau CGI yang bisa lo lihat hampir di seluruh 104 menit durasi penayangannya. Tentunya penggunaan CGI yang berlebihan bukanlah sebuah hal yang negatif, dengan catatan penggunaan CGI itu sendiri benar-benar maksimal. The Great Wall termasuk film yang berhasil menumbuhkan rasa kagum dan imajinasi akan situasi China di abad pertengahan, mulai dari Tembok Besar Cina yang digambarkan sesuai dengan keadaannya di masa lampau, kota fiktif yang terlihat megah, hingga pemandangan yang terlihat nyata.
Kalo lo termasuk penikmat film dengan sajian visual yang memukau, Viki jamin lo akan benar-benar menikmati apa yang terlihat dalam film ini. Enggak hanya CGI yang keren, The Great Wall juga jadi salah satu film yang benar-benar memaksimalkan penggunaan kostum. Memang enggak bisa dibilang Oscar-worthy, tapi kostum yang digunakan bisa dibilang jadi salah satu nilai positif yang paling menonjol dalam film. Meskipun begitu, ada sedikit hal yang sebenarnya enggak terlihat buruk, tapi bisa dibilang sedikit mengganggu, yaitu kostum yang digunakan oleh 5 panglima perang. Lo coba lihat foto di bawah. Viki tanya, apa yang muncul di benak lo pertama kali saat melihat foto itu? Viki yakin apa yang lo pikirkan pasti sama kayak yang Viki pikirkan.
Melihat posternya, mungkin apa yang lo bayangkan pasti enggak jauh-jauh dari intrik, pengkhianatan, serta adegan perang yang kejam dan berdarah-darah, seperti yang seringkali disajikan dalam sebuah film kolosal. Tapi tenang aja, karena lo bakal jarang banget ngeliat adegan-adegan seperti itu. Jadi lo bisa ajak anak atau keponakan lo yang masih kecil tanpa harus khawatir ada adegan kekerasan atau adegan yang menjurus seksual. Faktanya, film ini sendiri memang enggak bisa dibilang sebagai film kolosal. Tapi Viki bisa jamin film ini enggak kalah seru kok! Dari awal hingga akhir film, lo bakal disajikan dengan adegan-adegan super seru dan menegangkan yang tersaji lengkap dengan efek visual yang memanjakan mata dan terlihat pas banget, yang bahkan untuk anak-anak sekalipun.
Sayangnya, 108 menit bukanlah waktu yang cukup untuk membangun sebuah cerita secara terstruktur. Jangan heran kalo pas lo nonton filmnya nanti, lo akan bertanya-tanya kepada diri sendiri. Hal ini dikarenakan film ini sendiri enggak punya waktu yang cukup untuk mengembangkan ceritanya, dan bahkan karakter-karakternya sendiri. Film ini sebenarnya punya banyak karakter penting yang bisa dieksplorasi lebih jauh. Tapi apa daya dengan durasi yang enggak cukup membuat banyak karakter terasa datar dan hambar. Hal ini diperparah dengan dialog yang begitu-gitu aja yang ngebuat antara satu pemeran dengan pemeran lain terasa enggak terbentuk chemistry-nya. Bahkan artis sekelas Matt Damon dan William Dafoe yang terkenal dengan akting briliannya enggak mampu membuat film ini jadi istimewa. Bahkan peran Bullard yang dimainkan oleh Dafoe seharusnya enggak perlu ada dalam film. Tapi harus diakui chemistry antara Matt Damon (William) dan Pedro Pascal (Tovar) benar-benar hidup. Meskipun sedikit terasa kurang natural, tapi bromance antara keduanya sukses membuat penonton terhibur dengan celetukan dan tingkah kocak Tovar.
Cerita The Great Wall ini sendiri yang jadi salah satu kelemahan terbesar film ini. Secara garis besar cerita The Great Wall sederhana dan datar banget tanpa ada twist yang berarti. Lo sendiri harus bersiap-siap dengan tempo super cepat. Saking cepatnya, Viki sendiri merasa kalo film ini seperti supir angkot yang lagi kejar setoran. Intinya, film ini emang menyajikan keseruan yang luar biasa. Tapi sayangnya keseruan itu enggak ditambah dengan unsur atau adegan yang lebih dramatis. Mungkin seringkali lo merasa dramatisir itu suka membuat film menjadi berlebihan. Kali ini kebalikannya, karena lo akan merasa The Great Wall butuh banget elemen-elemen dramatis.
Secara keseluruhan film ini ekstra menghibur tanpa takut harus kehilangan adegan-adegan aksi nan seru dalam filmnya. The Great Wall mampu menyajikan sebuah cerita kolosal ringan yang dikombinasikan secara tepat dengan efek-efek CGI yang fantastis, ditambah sedikit unsur humor yang mengundang tawa. Lo juga akan terkesima dengan penampilan para pasukan tiongkok yang dibalut dengan kostum-kostum keren, terutama penampilan Jenderal Lin (Jing Tian) yang geulis pisan tapi jago tubir. Viki sendiri menyarankan, sebelum lo menonton The Great Wall, lebih baik lo turunkan, atau bahkan hilangkan ekspektasi besar lo akan sebuah film kolosal mahaepik. Karena faktanya film ini enggak seperti itu. Memang pada dasarnya film ini sendiri punya banyak kelemahan yang cukup terlihat jelas. Tapi, apa salahnya menonton film yang dijamin bisa menghibur?