(REVIEW) Star Wars: The Rise of Skywalker (2019)

Star Wars: The Rise of Skywalker
Genre
  • Action
Actors
  • adam driver
  • carrie fisher
  • daisy ridley
  • john boyega
  • Mark Hamill
  • oscar isaac
Director
  • J.J. Abrams
Release Date
  • 18 December 2019
Rating
4 / 5

*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film Star Wars yang bisa aja mengganggu buat kalian yang belum nonton

Penghujung 2019 bisa dikatakan jadi momen yang paling dinantikan penikmat sinema, khususnya penggemar Star Wars. Pasalnya, saga epik dari konflik sisi terang dan gelap di galaksi nun jauh di sana pada akhirnya finis di Star Wars: The Rise of Skywalker yang tayang mulai 18 Desember 2019.

Penggemar setia Star Wars tentu sangat menantikan kehadiran Star Wars: The Rise of Skywalker. Selain karena jadi konklusi dari semua kisah, film ini seakan jadi ‘obat’ dari entri sebelumnya, Star Wars: The Last Jedi, yang dituding “menista” mahakarya George Lucas yang sudah eksis sejak 1977 tersebut.

Pada dasarnya, The Last Jedi enggak bisa dikambinghitamkan begitu aja. Penggemar fanatik Star Wars memang sangat membenci film arahan Rian Johnson ini. Namun, kritikus film di seluruh dunia memujinya sebagai sajian yang sangat menghibur serta terobosan yang berani.

J.J. Abrams selaku pemegang komando Star Wars: The Rise of Skywalker pun dihadapkan akan misi yang cukup berat. Sutradara Star Trek ini harus membuat sebuah sajian sinematis yang bisa diterima semua kalangan seperti cita-cita Disney, tapi juga bisa memuaskan loyalis Star Wars.

Nah, apakah Abrams bisa mewujudkan harapan tersebut sekaligus dalam Star Wars: The Rise of Skywalker? Temukan jawabannya lewat ulasan khas KINCIR di bawah ini. Enggak pakai spoiler, kok!


Penutup yang Manis dari Kisah Skywalker

Via istimewa

Wahai para loyalis Star Wars yang terhormat, enggak ada yang perlu kalian khawatirkan dari Star Wars: The Rise of Skywalker. Sebab, semua yang kalian inginkan dan harapkan akan kisah Star Wars yang suci tanpa noda bakal terwujud!

Seperti biasa, Lucasfilm dan Disney berhasil menampilkan sajian visual yang impresif. Laga perang galaksi, duel lightsaber, hingga penggambaran makhluk-makhluk luar angkasa meninggalkan kesan tersendiri. Perwujudan karakter Leia yang diperankan mendiang Carrie Fisher juga ditampilkan sangat baik sehingga tidak terlihat seperti menggunakan efek komputer.

J.J. Abrams seakan menjadikan film kedua Star Wars setelah The Force Awakens ini jadi hadiah akhir tahun untuk mengobati kekecewaan yang dirasakan dua tahun lalu. Rasanya, semua adegan dan elemen yang ada di dalamnya terasa sebagai sajian fan service.

Rasa dimanjakan tersebut datang dari segi penceritaan yang sangat to the point. Intrik antara Light Side, yang diwakili Rey dan kubu Resistance, serta Kylo Ren dan First Order yang mewakili Dark Side, diakhiri tanpa cela di film ini.

Konflik antara dua karakter utama ini juga jadi sajian menarik dalam film. The Rise of Skywalker berhasil menunjukkan hubungan yang erat serta menyentuh. Daisy Ridley dan Adam Driver juga menampilkan performa yang sangat baik serta chemistry yang tampak erat sehingga membuat semua jadi sempurna.

Keepikan The Rise of Skywalker makin lengkap dengan hadirnya Darth Sidious alias Emperor Palpatine (Ian McDiarmid). Eits, enggak maksud membocorkan, ya. Soalnya, kalian semua pasti udah nonton cuplikan terbaru atau poster yang memang sengaja ditampilkan untuk menunjukkan kehadiran sang legenda.

Via istimewa

Harus diakui, kehadiran Palpatine di The Rise of Skywalker bikin intrik jadi makin terasa. Apalagi kita juga butuh sosok penjahat yang benar-benar jahat setelah tewasnya Snoke dengan tragis di The Last Jedi.

Selain itu, film ini juga menonjolkan nostalgia dengan kehadiran Billy Dee Williams sebagai Lando Calrissian. Sahabat dari Han Solo (Harrison Ford) ini memang tidak tampil banyak. Namun, kehadirannya cukup membuat film jadi makin berwarna.

Bicara twist pada plot, The Rise of Skywalker memang lebih minim kejutan dibanding The Last Jedi yang sangat “ekstrem”. Namun, film ini tetap bisa memuaskan penggemar lewat kejutan yang dihadirkan.

The Rise of Skywalker juga berhasil menjawab semua pertanyaan yang muncul sejak Star Wars: The Force Awakens. Salah satunya adalah misteri masa lalu Rey sebagai karakter utama yang sempat dihiraukan begitu saja di The Last Jedi.


Main Aman yang Tepat Sasaran

Via istimewa

Sebagai sutradara, Abrams memang melakukan tugasnya dengan sangat baik untuk menutup kisah Skywalker. Namun, harus diakui, dia juga terkesan cari aman dengan memenuhi keinginan penggemar setia Star Wars di film episode kesembilan ini.

Lagi-lagi kita akan membandingkan filmnya ini dengan Star Wars: The Last Jedi. Upaya Rian Johnson untuk membawa pembaruan dalam kisah Star Wars memang patut diapresiasi. Meski mendapat pujian atas karyanya, nyatanya The Last Jedi dicibir habis-habisan oleh loyalis Star Wars karena dianggap terlalu progresif.

Layaknya Jedi di semesta Star Wars, Kathleen Kennedy selaku produser pun seakan dibebani tugas untuk menjadi penyeimbang suara penggemar dan kebutuhan akan sajian hiburan berkualitas. Untungnya, kali ini Lucasfilm dan Disney bersatu demi memenuhi kepuasan penggemar Star Wars yang telah mereka kecewakan di film sebelumnya.

Langkah untuk kembali merekrut Abrams sebagai sutradara pun terbayarkan. Sebagai sutradara kawakan, kualitasnya pun enggak perlu diragukan lagi. Star Wars: The Rise of Skywalker sukses memuaskan loyalis Star Wars akan glorifikasi kisah Skywalker sembari tetap bisa menghibur penonton awam.

Aspek yang tentu menggembirakan penggemar adalah minimnya “penistaan” dari versi trilogi orisinal. Enggak ada lagi Luke Skywalker yang pesimis dan serampangan. Sisi baik dan jahat pun benar-benar terlihat bedanya. Dari semua itu, hal terpenting adalah enggak ada lagi hal-hal konyol yang dijadikan material meme (halo, topless Kylo Ren!).

Via Via Istimewa

Meski begitu, ada efek samping dari langkah main aman ini. Alur The Rise of Skywalker terasa lebih “datar” ketimbang The Last Jedi yang terasa seperti duduk di bangku roller coaster. Namun, selagi masih bisa memuaskan penggemar, apa boleh buat?


Terganggu Hantu Masa Lalu

Via istimewa

Langkah yang diambil Lucasfilm dan Disney di Star Wars: The Rise of Skywalker memang berakhir positif di mata penggemar. Namun, di sisi lain langkah main aman ini juga membuat film terasa sangat terganggu dengan masa lalu.

Isu ini cukup terasa dengan hadirnya kembali Palpatine. Kehadirannya memang menjadi nilai positif untuk menghidupkan kembali intrik antara Jedi dan Sith. Namun, hal tersebut menunjukkan bahwa Abrams terlalu terpaku dengan segala yang eksis di versi orisinalnya.

Efek sampingnya pun terasa dengan kaburnya fokus pada plot dari keseluruhan trilogi. Ketiga film pun jadi terasa seperti kisah yang terpisah satu sama lain.

Star Wars: The Force Awakens memulai semuanya dengan menghadirkan sajian sinematis dengan sensasi ala Star Wars: A New Hope. Kita pun merasa bahwa The Force Awakens akan menghadirkan kisah baru dari seorang Rey sebagai Jedi yang mencari identitasnya yang misterius.

Selanjutnya, Star Wars: The Last Jedi hadir dengan mementahkan semua teori yang dimiliki penggemar. Hal ini memang terasa menyebalkan bagi loyalis Star Wars. Namun, di sisi lain, hal tersebut jadi membuka peluang cerita baru seorang Rey dan konfliknya dengan Kylo Ren sebagai nemesis yang harus dikalahkan.

The Rise of Skywalker memang berhasil memperbaiki kesalahan yang dilakukan Rian Johnson di The Last Jedi. Sayangnya, plot yang tadinya masih fokus kepada kisah Rey dan Kylo Ren, kini jadi terasa kurang lebih seperti upaya rejuvenasi keluarga Skywalker yang sempat “ternoda” di film sebelumnya.

Via istimewa

Akibatnya, fokus pada penokohan pun juga terasa seperti ada gangguan, khususnya jika kita membahas Rey. Sepanjang film, motivasinya terlihat berubah-ubah. Bagi sebagian orang, isu ini memang tidak begitu kentara. Namun, hal tersebut juga membuat plot terasa sedikit terdistraksi.

Lagipula, film ini terasa seperti tidak punya identitas. The Force Awakens masih diuntungkan dengan elemen nostalgia dan hadirnya tokoh baru. The Rise of Skywalker sejatinya membawa kembali elemen tersebut. Sayangnya, film ini jadi terkesan terpaku dengan trilogi orisinal.

***

Secara keseluruhan, Star Wars: The Rise of Skywalker adalah film yang menghibur. Memang ada berbagai kekurangan teknis yang membuatnya terasa inferior ketimbang The Last Jedi dan The Force Awakens. Namun, kekurangan tersebut akan tertutupi dengan sajian fan service yang tepat sasaran demi memuaskan loyalis Star Wars.

Hal ini bisa jadi positif, bisa juga negatif tergantung perspektif kalian masing-masing. Semua tergantung bagaimana kalian menanggapi ketiga film dari trilogi teranyar Star Wars ini.

Jika kalian suka dengan The Force Awakens dan benci dengan segala yang ada di The Last Jedi, kalian pun akan menyukai The Rise of Skywalker. Sebaliknya, jika kalian menikmati The Last Jedi, film ini bisa membuat kalian merasa dilematis.

Selagi masih hangat, kami sarankan untuk segera menonton film ini sebelum pihak-pihak nakal menyebar spoiler di dunia maya. Setelah menonton, yuk kita diskusi di kolom komentar. Soalnya, enggak asyik kalau bahas Star Wars sendirian. Ikuti terus KINCIR untuk ulasan film khas serta informasi menarik lainnya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.