*(SPOILER ALERT) Artikel ini sedikit mengandung bocoran film Riki Rhino yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian yang belum nonton.
Hingga saat ini, film animasi lokal produksi anak bangsa memang masih jarang terlihat di layar bioskop. Di penghujung Februari, muncul sebuah film animasi buatan lokal berjudul Riki Rhino. Menariknya, Riki Rhino mengangkat kehidupan satwa langka di Indonesia yang sudah mulai punah keberadaanya.
Riki Rhino bercerita tentang Riki (Hamish Daud), seekor anak badak Sumatera yang menjalani kehidupan di Hutan Gunung Leuser yang asri. Ketenangan hutan sekejap terusik oleh segerombolan pemburu hewan pimpinan Mr. Jak (Zack Lee). Mereka mengincar banyak hewan untuk ditangkap. Salah satu buruan utamanya adalah cula dari Riki. Peristiwa tersebut menyebabkan pertarungan besar antara pemburu dan hewan hutan.
Lalu, bagaimana petualangan Riki dalam perjuangannya melawan komplotan pemburu hutan tersebut? Sebelum kalian menonton filmnya di bioskop, simak dulu ulasan Riki Rhino oleh KINCIR di bawah ini!
Terburu-buru Membangun Plot
Premis film ini memperlihatkan perjalanan Riki dan temannya memperjuangkan cula yang sudah diambil oleh Mr. Jak. Dari film Riki Rhino dimulai, penceritaan terkesan agak tergesa-gesa. Pencurian cula Riki oleh Mr. Jak menjadi faktor utama mengapa film ini terlihat seperti ingin cepat menyelesaikan masalah.
Disaat Riki mencoba untuk memperjuangkan culanya, unsur dramatis yang disuguhkan enggak membuat penonton merasa iba ataupun tegang. Keseluruhan petualangan Riki bisa dibilang dibilang terlalu “gampang”. Bisa jadi memang hal ini dipertimbangkan karena menyasar penonton anak-anak.
Karena terkesan enggak mendapatkan masalah yang menyulitkan Riki, emosi di tiap adegan juga biasa aja. Hal ini disebabkan oleh situasi saat Riki selalu mendapat bantuan agar masalah cepat selesai. Balik lagi karena ditonton oleh anak-anak, konfliknya pun mudah dan sederhana.
Background Tiap Karakter yang Kurang Kuat
Dilihat melalui sudut pandang tiap karakter Riki Rhino, sosok para hewan hutan protagonis utama kurang memiliki latar belakang yang jelas. Latar belakang Riki sebagai karakter utama hanya diceritakan pada menit awal pada saat kebakaran hutan melanda. Beni (Ge Pamungkas), selaku sahabat Riki juga enggak mendapatkan tempat dalam film untuk menjelaskan keberadaannya sebagai seekor bebek yang kocak.
Selain itu, penonton juga akan bertanya-tanya dengan kisah Mr. Jak, sosok antagonis yang terbilang misterius. Mr. Jak muncul sebagai antagonis yang langsung memperlihatkan raut wajah dan sikap emosional layaknya penjahat. Latar belakang karakter yang enggak cukup kuat ini menyebabkan perkembangan cerita terasa kurang dramatis.
Masalah Editing yang Meresahkan
Pemotongan gambar dalam film merupakan hal penting untuk mendapatkan sebuah continuity dalam adegan. Seringkali pergerakan Riki dan Beni yang cenderung lincah, kurang sinkron dengan gerakan mereka. Saat pertempuran antara satwa dengan komplotan Mr. Jak, teknik cutting yang terlalu banyak ditambah kurangnya sinkronisasi dengan gerakan, terkadang membuat penonton merasa kurang nyaman.
Hal ini memang terlihat seperti faktor minor dalam film, tetapi akan menjadi penting ketika film Riki Rhino banyak menyuguhkan gerakan-gerakan yang ekstrem. Masalah pemotongan gambar tersebut merupakan alasan inti mengapa film ini sedikit membingungkan.
Oleh sebab itu, kesan membingungkan yang dirasakan akan mengurangi esensi dari logika adegan. Ketika logika adegan sudah berkurang penonton akan cenderung terganggu, terutama penonton dewasa. Jadinya, hanya bisa menikmati premis cerita tentang satwa-satwa langka, enggak lagi mencari sebuah perasaan dramatis akan perjuangan Riki dalam mengembalikkan culanya.
Pengangkatan Isu Cerita yang Tepat
Di luar kekurangannya mengenai segi teknis dan plot, cerita yang diangkat dari keresahan Indonesia dengan satwa-satwa langka yang punah ini tetap menunjukan perkembangannya sebagai animasi yang menarik. Cerita tentang satwa tersebut berkesinambungan tentang tindakan manusia yang keji dengan kelestarian hutan.
Setelah menonton film Riki Rhino, penonton akan mendapatkan kemudahan untuk memahami cerita mengenai potret kejahatan manusia pada ekosistem hutan yang sering kali terjadi di dunia nyata, khususnya Indonesia. Film yang dibintangi oleh Hamish Daud ini menjadi menarik dengan dibalut dengan humor yang segar dan relevan dengan anak-anak.
Keputusan untuk menyampaikan makna melalui film animasi Riki Rhino juga merupakan keputusan yang brilian. Kejahatan manusia yang dijadikan karya animasi sangat memudahkan penonton untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada satwa langka di Indonesia.
Secara garis besar, terlepas dari masalah eksekusi plot dan background karakter, teknis editing masih perlu dikembangkan. Faktor yang menarik dari film Riki Rhino adalah kekuatan cerita yang menunjukan realita kejahatan manusia pada hutan dan satwa langka di Indonesia.
***
Bagi kalian yang penasaran dengan petualangan Riki, segera ke bioskop! Nah, kalau kalian sudah nonton filmnya, jangan lupa tuliskan ulasan kalian mengenai Riki Rhino di kolom review ya. Ikutin terus KINCIR untuk ulasan-ulasan menarik tentang film selanjutnya!