*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Jika kalian mencari film untuk menghalau keresahan musim panas atau meyakinkan diri soal pernikahan, film Ready or Not jadi pilihan. Film garapan dua filmmaker, Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett, ini menyajikan film horor tanpa hantu yang bikin risau.
Malam pernikahan yang harusnya membahagiakan ternyata enggak terwujud bagi Grace. Sebagai anggota keluarga baru Le Domas, dia harus mengikuti tradisi keluarga, mengikuti sebuah “permainan”.
Ketika undian diputar, Grace dapat permainan petak umpet. Ya, bukan petak umpet biasa, Grace harus “ngumpet” hingga pagi dari kejaran para anggota keluarga. Berhasilkah Grace mengikuti permainan gila Keluarga Le Domas?
Horor Komedi yang Senteng
Kasihan Grace, masih dalam gaun pengantin yang putih bersih, jadi basah kuyup kena darah. Hal tersebut udah bisa kalian amati lewat trailernya aja. Grace harus menghindari perburuan yang menimpanya. Alex, sang suami, tentu saja, enggak menginginkannya. Namun, benarkah demikian?
Perasaan dan tampilan film Ready or Not seperti roller coaster. Mulai dari dialog, adegan, visual, dan scoring. Perasaan yang mirip seperti nonton film Parasite (2019). Bedanya, hanya seperempat awal aja yang menyajikan kesenangan dan humor. Selebihnya, penuh kejutan yang kerap bikin dada tersentak.
Semuanya berubah, dari yang lucu menjadi “berdarah”. Banyak momen enggak terduga sampai bikin mengernyitkan dahi, tutup mata, sampai yang bikin meringis kasihan dengan nasib para karakter.
Ya, melihat treatment filmnya, mirip dengan film yang skenarionya ditulis Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett sebelumnya, V/H/S (2012). Sebenarnya, premis yang out of the box ini makin luar biasa karena Olpin dan Gillett memasukkan kecerdasan subversif pada institusi pernikahan.
Film Ready or Not ini menggarisbawahi kejahatan yang dilakukan atas nama ikatan keluarga dan kebahagiaan dalam pernikahan. Lalu, bagaimana ending-nya? Ya, akhir cerita ditampilkan dengan keabsurdan yang menyenangkan.
Para Tokoh Bikin “Berimajinasi”
Samara Weaving berperan sebagai Grace, seorang pengantin baru yang harus terperosok dalam keeksentrikan keluarga suaminya, Alex Le Domas (Mark O'Brien) yang kaya. Buktinya? Banyak jika Grace ingin memerhatikan.
Totalitas Weaving udah terlihat sejak awal. Bintang acara SMILF (2017) ini memang kurang merona di awal, tapi ke-badass-annya terbayar sampai akhir. Pengembangan karakter Grace dibangun pelan-pelan oleh Olpin dan Gillett.
Harus diakui, film Ready or Not memang bintang utamanya adalah Weaving. Ketika dia berteriak, rasanya bukan gambaran ketakutan tak berdaya yang biasa terjadi pada film horor. Akan tetapi, sesuatu yang lebih memuakkan dan mendebarkan.
Akting total Weaving enggak terlepas dari dukungan pemain lain, seperti Mark O’Brein sebagai Alex yang plin-plan, dan Adam Brody sebagai Daniel yang cukup waras. Lalu, ada Nicky Guadagni sebagai Bibi Helene yang punya tatapan membunuh, Andie MacDowell sebaga ibu Alex, dan sebagainya.
Memang, para karakter dikembangkan bertahap sepanjang film. Tentunya, fakta tiap anggota keluarga lah yang jadi unsur kejutan. Sayangnya, mereka hanya dikembangkan secara permukaan. Film ini masih menempatkan Weaving sebagai woman of the match.
Visual dan Scoring yang Bikin Resah
Dengan cara ini, sutradara memainkan emosi penonton seperti biola. Sepanjang film, latar hanya ada di dalam rumah dengan para karakter yang tertawa dan berteriak serempak.
Seolah-olah, penonton adalah paduan suara yang tengah diarahkan oleh seorang konduktor dengan nada yang mengerikan. Apalagi, scoring-nya pas timing dengan mengikuti adegan. Layaknya scoring Les Misérables (2012) dengan nuansa yang jauh lebih suram.
Visualnya yang gelap seakan menggambarkan nasib Grace ketika jadi anggota keluarga Le Domas. Rumah mewah dengan barang-barang antik penuh misteri, seakan mengamati gerak-gerik Grace dalam “perburuan”.
Gambaran Kesenjangan dan Kapitalis
Meski banyak contoh film tentang si kaya dan si miskin, lagi-lagi mengingatkan kita pada film Parasite. Kesenjangan ekonomi dan kapitalis jadi momok nomor satu yang tak terlihat.
Di tengah kengerian dan humornya, Ready or Not mengeksplorasi bagaimana kekayaan dan kemiskinan memutarbalikkan jiwa manusia. Mereka yang enggak memiliki apa-apa lebih baik mati daripada kembali ke sana. Mereka yang memiliki semuanya akan membunuh siapa saja untuk mempertahankannya.
Kejahatan sebenarnya adalah kapitalisme. Dalam film Ready or Not memang enggak ditampilkan gamblang. Kapitalisme yang digambarkan menyangkut semua hal, termasuk didikan keluarga.
Film horor ini adalah kisah yang kejam, lucu, dan seni kebrutalan yang menempatkan kinerja Weaving sebagai pusat gravitasinya. Dia bisa meminjamkan Grace energi yang kuat dan tajam. Lewat banyak teriakan, darah, dan kekacauan di Ready or Not, meminta kita untuk menyaksikan kengerian dalam pernikahan.
Setelah debut Festival Film Fantasia, Ready or Not akan menjadi film Closing Night pilihan di festival horor Lincoln Center, Scary Movies XII. Film ini bisa kalian saksikan di bioskop mulai 28 Agustus 2019.
Oh ya, karena film horor ini diperuntukkan untuk 17 tahun ke atas, pastikan enggak mengajak anak di bawah umur, ya. Mengingat banyak adegan kekerasan, gore, alkohol, narkoba, adegan kematian, dan adegan dewasa lainnya.
Kalau udah nonton filmnya, bagikan review versi kalian di kolom ulasan yang ada di awal artikel ini, ya. dan terus pantengin review film dan game terbaru hanya di KINCIR.