Comeback besar bagi John Rambo setelah istirahat panjang udah pasti ditunggu penggemarnya. Rambo: Last Blood yang tayang 18 September ini dijanjikan akan memberikan aksi penutup bagi sang legenda.
Hampir empat dekade setelah film First Blood (1982), Sylvester Stallone pun kembali tunjukkan taringnya sebagai prajurit tangguh sepanjang masa, John Rambo.
Kali ini, Rambo harus menghadapi masa lalunya dan menggali keterampilan tempurnya untuk membalas dendam dalam misi terkahir. Perjalanan pembalasan yang mematikan, Rambo: Last Blood menandai bab terakhir dari seri Rambo yang legendaris.
Final Brutal yang Dramatis
Harus diakui, film garapan Adrian Grunberg ini enggak bisa memuaskan seluruh penonton, terlebih bagi mereka yang mengikuti perjalanan Rambo sejak hampir 40 tahun yang lalu. Banyak yang merasa puas, enggak sedikit pula yang merasa kecewa.
Bagi yang kecewa, bisa jadi karena banyak yang menaruh ekspektasi tinggi untuk penutup perjalanan Rambo. Mengingat, seri Rambo telah menjadi waralaba yang menginspirasi film-film aksi seperti Sicario, John Wick, bahkan The Raid.
Rasanya di film Last Blood ini lebih dramatis dan enggak melupakan aksi spektakuler dari John Rambo dalam menyelamatkan semua orang. Sejak awal, kisah dibangun seakan Rambo telah memiliki keluarga angkat dan hidup bahagia selama 10 tahun terakhir.
Lewat film produksi Lionsgate ini, kalian akan disuguhkan serangkaian aksi adu tembak, adu hantam, bahkan adu emosi. Sekuens yang ditampilkan memang cenderung lambat, karena bisa jadi sang sutradara ingin memperlihatkan kehidupan tenang Rambo setelah pensiun dari perang.
Harus diakui pula, naskah yang ditampilkan memang enggak se-macho film-film sebelumnya. Soalnya, Rambo: Last Blood lebih menampilkan rasa kemanusiaan Rambo dalam menghadapi kejahatan di masa ini, seperti perdagangan manusia.
Oh ya, isu perdagangan manusia dan kesenjangan sosial berhasil ditampilkan Grunberg. Kehidupan nyata kaum pinggiran perbatasan Amerika dan Meksiko ini sebagai salah satu bentuk kritik terhadap pemerintah setempat.
Tenang, buat yang baru tahu Rambo, film ini masuk kategori aman untuk dimengerti kisahnya. Memang, latarnya setelah film-film sebelumnya, tapi alur kisahnya berdiri sendiri, kok.
Pengembangan Karakter Kurang Imbang
Ke-badass-an Sylvester Stallone yang berusia di atas 70 tahun ini enggak berkurang. Sutradara sekaligus produser ini masih berkarisma memerankan pahlawan fenomenal. Sayangnya, ekspresi yang seharusnya mendukung kedramatisan film malah enggak imbang.
Dibuktikan dengan Stallone yang kurang menunjukkan ekspresi sedih, marah, kecewa, dan khawatir. Selain itu, menempatkan banyak pemain enggak terkenal di antara Stallone yang udah melegenda, juga kurang imbang. Enggak salah, sih, bisa jadi maksudnya agar Stallone enggak kehilangan karisma sebagai bintang utama.
Selain Stallone, ada Yvette Monreal sebagai Gabrielle, keponakan Rambo yang harus mengalami jebakan perdagangan manusia. Lalu, ada Adriana Barraza, ibunya Gabrielle yang kurang ngena sebagai ibu yang kehilangan anaknya.
Kemudian, ada Sergio Peris-Mencheta sebagai Hugo dan Oscat Jaenada sebagai Victor yang udah ngeselin sejak awal tampil. Pembantaian yang dilakukan Rambo terhadap mereka bakal bikin kalian tepuk tangan.
Gore dan Penuh Darah
Jika film-film Rambo sebelumnya tampilkan kebrutalan sejak awal, film Last Blood ini hanya brutal dari setengah film sampai akhir. Memang, beberapa adegan akan mengingatkan kalian pada Home Alone (1990), tapi efeknya, dijamin bakal bikin tepuk tangan.
Ya, udah pasti jika filmnya gore, tontonan ini hanya diperuntukkan untuk 17 tahun ke atas. Sebenarnya, kalau soal adegan sadis, film Rambo: Last Blood lebih sadis dan ngeri dibandingkan dengan Midsommar (2019) yang memiliki klasifikasi 21 tahun ke atas dengan 9 menit pemotongan.
Penutup “Bahagia” untuk Rambo
Terlepas dari masalah politik yang disampaikan, Last Blood menginginkan kita bersorak dalam pembalasan dendam Rambo dengan kejam. Diharapkan, film ini benar-benar menjadi terakhir dari saga Rambo. Karena jika dilanjutkan, makna “Darah Terakhir” dalam judulnya, jadi enggak terkenang.
Memang, meski jadi penutup “bahagia dan tenang” Rambo, bukan berarti film ini tampil sempurna dan enggak lebih baik dari film-film sebelumnya yang tampil spektakuler. Namun, Last Blood berhasil jadi tribute Sylvester Stallone sebagai Rambo yang dikenang sepanjang masa.
Apalagi, di akhir film, ditampilkan pula potongan adegan dari First Blood sampai hubungannya ke film Last Blood. Adegan-adegan tersebut sekaligus mengenang karakter legendaris, John Rambo.
***
Buat yang udah rindu sama aksi Sylvester Stallone, sekaligus comeback-nya di saga Rambo, film ini jadi pilihan. Begitu juga dengan kalian suka dengan film laga yang tampilkan aksi sadis dan gore, Last Blood bisa jadi pilihan hiburan di akhir pekan yang tayang mulai 18 September 2019.
Kalau udah nonton, bagikan review singkat film ini di kolom ulasan yang ada di awal artikel ini, ya. Tunggu ulasan film lainnya hanya di KINCIR.