Spoiler Alert: Artikel ini mengandung sedikit bocoran film Project Power Netflix yang bisa aja mengganggu buat kalian yang belum nonton.
Pada Agustus 2020, situs streaming Netflix kembali menghadirkan sebuah film orisinal yang berjudul Project Power. Film yang mengusung tema fiksi-ilmiah dan superhero ini dibintangi oleh sejumlah aktor Hollywood ternama, seperti Joseph Gordon-Levitt, Jamie Fox, Rodrigo Santoro, dan juga Dominique Fishback.
Project Power berkisah tentang sebuah pil misterius yang mampu membuat penggunanya mendapatkan kekuatan super dengan durasi selama lima menit. Sayangnya, pil tersebut kerap digunakan oleh orang enggak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kriminal. Hal ini kemudian membuat seorang polisi lokal, remaja pengedar obat, serta mantan tentara untuk melacak dalang di balik pembuatan tersebut.
Nah, sebelum kalian sebelum kalian streaming film Project Power di Netflix, simak terlebih dahulu ulasan KINCIR di bawah ini!
Plot Padat dengan Pembawaan yang Terlalu Cepat
Seperti yang sedikit dibahas di bagian pembuka, film ini berfokus pada pencarian dalang di balik tersebarnya sebuah pil super. Salah satu sosok yang paling berniat untuk mencari tahu hal ini adalah seorang mantan tentara bernama Art alias The Major (Jamie Foxx). Hal ini dilakukan oleh Art karena pihak yang memproduksi pil super tersebut telah menculik putri semata wayangnya.
Setelah melakukan penyelidikan, Art pun mulai menemukan titik terang terkait organisasi tersebut lewat seorang remaja bernama Robin (Dominique Fishback). Robin dikisahkan sebagai remaja yang memperjualbelikan pil super tersebut dengan tujuan untuk membeli obat demi ibunya yang tengah sakit. Dalam menjalani aksinya ini, Robin ditemani oleh seorang polisi bernama Frank (Joseph Gordon-Levitt) yang melindunginya saat ada masalah.
Saat Robin diculik oleh Art untuk mencari info tentang sumber pilnya, Frank pun langsung mencari tahu keberadaan sang remaja dan menyelamatkannya. Namun, sebenarnya Frank juga memiliki tujuan lain. Soalnya, dia justru menganggap Art sebagai dalang dari pil super yang mengakibatkan banyaknya tindakan kriminal di kotanya. Jalan cerita dari film ini pun semakin rumit setelah titik ini.
Penjabaran di atas bisa dibilang hanya ringkasan dari plot film Project Power yang sebenarnya sangat padat dan penuh konflik. Namun, pembawaan jalan ceritanya terbilang sangat singkat, bahkan untuk film yang berdurasi dua jam. Well, sebenarnya pembawaan cepat ini ada sisi baik dan buruknya.
Di satu sisi, kalian akan bisa menikmati film ini tanpa memikirkan berapa lama film tersebut berjalan. Apalagi, kalian bakal disajikan dengan adegan aksi yang bisa dibilang hampir selalu ada di setiap babak pentingnya.
Namun, di akhir film kalian pasti akan merasa ‘hampa’ karena ada yang kurang setelah menonton film ini. Salah satu faktornya adalah konsep dunia yang memiliki pil super yang dapat memberikan kekuatan secara acak terhadap penggunanya. Hal ini pasti membuat penonton berekspektasi bakal disajikan dengan berbagai kekuatan super yang keren. Sayangnya, hal tersebut enggak terwujudkan dalam film ini.
Meski begitu, bukan berarti Project Power enggak menarik untuk ditonton. Soalnya, kita tetap akan dapat menyaksikan momen seru dari kekuatan tersebut. Hanya saja, alangkah baiknya Project Power dibuat sebagai film seri atau serial orisinal Netflix sekalian. Hal ini agar lebih ada pendalaman cerita sehingga tidak terlalu buru-buru untuk dihabiskan dalam durasi 2 jam.
Absennya Sosok Antagonis Utama
Di Project Power, organisasi yang memproduksi sekaligus menyebarkan pil super dianggap sebagai pihak yang jahat atau bisa dibilang villain pada filmnya. Di balik organisasi tersebut, terdapat tiga sosok penting di dalamnya, yaitu Biggie (Rodrigo Santoro), pria berjanggut bernama Wallace (Tait Fletcher), serta dokter Gardner (Amy Landecker). Sayangnya, enggak ada di antara mereka yang seolah menjadi antagonis utama di filmnya.
Sosok Wallace yang dicari-cari pertama kali oleh Art ternyata hanyalah anak buah dari organisasi tersebut yang menculik anaknya. Lalu, sosok Biggie yang sempat diduga bakal menjadi villain utama justru mendapatkan porsi yang sangat sedikit dan cuma muncul hingga pertengahan filmnya.
Sedangkan, Gardner mungkin bisa dibilang sebagai dalang dari konflik yang ada pada film ini. Namun, lagi-lagi dia hanya digambarkan sebagai dokter yang melakukan eksperimen terkait pil super tersebut dan enggak memiliki kekuatan apapun. Hal ini tentunya membuat enggak adanya adegan pertarungan sengit yang melibatkan Gardner dengan para protagonis di film ini.
Absennya sosok antagonis utama di Project Power pun membuatnya terasa hambar karena puncak dari konfliknya menjadi kurang ‘gereget’. Terlepas dari konsep filmnya yang mungkin ingin menggambarkan konflik korporat jahat melawan publik, kehadiran antagonis utama cukup penting bagi film yang mengusung tema aksi dan superhero.
Chemistry Antarkarakter yang Terasa Apik
Mungkin ‘kekuatan’ terbesar yang ada dalam Project Power terletak pada chemistry antara tiga karakter utamanya, bukan dari pil super tersebut. Joseph Gordon-Levitt, Jamie Fox, dan juga Dominique Fishback berhasil menghadirkan hubungan pertemanan yang natural seolah sudah sering bekerja sama selama beberapa kali.
Namun, yang paling menarik perhatian adalah bagaimana Art dan Frank menjalin hubungan dengan Robin. Kedua karakter tersebut berhasil mengisi kekosongan sosok ayah yang hilang dari hidup Robin dengan selalu melindunginya. Ketiganya terlihat nyaman antara satu sama lain, terlepas dari latar belakang serta tujuan mereka yang bisa dibilang bertolak belakang.
Daya Tarik dari Sosok Dominique Fishback
Dominique Fishback bisa dibilang sebagai daya tarik utama dari film Project Power. Di usianya yang sudah menginjak 29 tahun saat membintangi film ini, Fishback berhasil memerankan Robin yang dikisahkan masih berumur 14 tahun. Dia pun berhasil menggambarkan tingkah laku remaja yang memiliki mimpi sebagai seorang rapper.
Selain itu, karakter yang diperankan oleh Fishback ini juga sukses mendeskripsikan arti sebenarnya dari seorang ‘superhero’. Hal ini karena pada filmnya, Robin enggak pernah sekalipun menggunakan pil super tersebut. Namun, dia justru terbilang sangat berjasa bagi keberlangsungan konflik utama filmnya. Kehadirannya pun seolah memberi pesan kalau kita enggak memerlukan kekuatan super hanya untuk membantu orang lain.
Visual Superpower yang Epik
Terlepas dari adanya sejumlah kekurangan di filmnya, Project Power tetap menyajikan visual yang cukup menarik, terutama saat penggunaan pil supernya. Setiap kali seseorang mengonsumsi pil tersebut, adegannya akan dibuat menjadi slow motion untuk menunjukkan besarnya kekuatan dari pil itu. Setelah itu, adegannya akan dipercepat dan membuat momen pertarungannya menjadi lebih epik.
Bahkan, ada adegan pertarungan di akhir filmnya dengan momen slow motion yang sangat lamban dan mengindikasikan kalau kekuatan yang ada di adegan tersebut sangat dahsyat. Sayangnya, momen visual superpower ini kurang terasa dalam filmnya karena faktor minimnya eksplorasi karakter yang menggunakan pil tersebut.
***
Secara garis besar, Project Power bakal cocok ditonton untuk kalian yang suka film fiksi-ilmiah yang dibumbui aksi tanpa henti. Kalau kalian berminat, film yang memiliki klasifikasi usia untuk 16 tahun ke atas ini sudah bisa ditonton secara streaming di Netflix mulai 14 Agustus 2020.
Nah, kalau kalian sudah nonton Project Power, jangan lupa buat tulis pendapat kalian dalam kolom review yang ada di bagian atas artikel ini, ya! Nantikan ulasan menarik film lainnya hanya di KINCIR!