*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Pet Sematary yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Versi baru dari film Pet Sematary ini merupakan adaptasi dari novel Stephen King dengan judul sama yang di-remake dari film versi jadulnya pada 1989. Review film Pet Sematary ini juga enggak banyak berisi perbandingan dengan versi terdahulunya. Digarap oleh Kevin Kölsch dan Dennis Widmyer, Pet Sematary berhasil dibuat kembali dengan nuansa horor baru.
Menceritakan keluarga Creed yang pindah ke pedesaan yang jauh dari keramaian dan berada di tengah hutan. Ternyata, desa tersebut menyimpan misteri supranatural yang dianggap tabu, terutama lahan pekarangan rumah keluarga Creed. Terdapat pemakaman hewan massal yang konon mampu membangkitkan kematian. Lalu, apa hubungannya dengan keluarga Creed?
Kadang, Dibuat Kembali Lebih Baik
Dibuka dengan adegan sebuah rumah yang ditinggalkan dengan jejak darah di sekitarnya. Lalu, beralih ke kehangatan keluarga Creed yang berada di dalam mobil menuju rumah barunya. Ya, kebahagiaan tersebut mirip dengan adegan pembuka film horor lain, seperti Us (2019), The Shining (1980), dan Evil Dead (2013).
Film Pet Sematary ini bisa dibilang jadi contoh di mana terkadang remake lebih baik. Namun, apa pun perasaan kalian terhadap film aslinya, Pet Sematary yang baru ini berdiri sendiri: sebuah hiburan horor yang mencekam, ditandai dengan penampilan yang kuat, dan rasa malapetaka yang terus meningkat.
Film ini membangun metode mengerikan pada setiap pergantian alur cerita, termasuk adegan yang mengganggu, meski sedikit berbeda dari buku dan film aslinya. Perubahan tersebut tetap bekerja baik, karena mungkin kedua sutradara ingin membuat kisah yang lebih modern dan bisa diterima penonton masa kini.
Karena ceritanya berdasarkan novel horor fantasi, film Pet Sematary memiliki dua sisi mata uang. Satu sisi tampil sebagai cerita horor remake yang punya jump scare mantap. Sedangkan sisi lain, ending fantasinya kurang begitu ngena, karena mood film sejak awal udah dibangun secara nyata.
Karakter Beri Emosi yang Kuat
Jason Clarke sebagai Dr. Creed secara efektif menjadi busur over-the-top untuk karakternya Louis. Menyampaikan dengan baik soal mimpi terburuk orang tua, tetapi juga dengan terampil menggambarkan seorang ayah yang hancur berantakan. Clarke akan bikin kalian bersimpati dengan karakter Louis, meskipun tindakannya salah dalam mencoba “menipu” kematian.
Jeté Laurence yang memerankan Ellie Creed mencuri perhatian di film yang makin lama makin intens. Dia bisa jadi Ellie, gadis polos yang selalu ingin tahu. Film Pet Sematary bisa saja dengan mudah keluar dari jalurnya dalam aksi terakhirnya jika sang aktris enggak bisa melakukan pergantian karakter jahat dan kejam. Namun, Laurence benar-benar maksimal.
Sebagai Rachel, Amy Seimetz juga menunjukkan sisi karakternya lebih dalam dan lebih gelap ketika masa lalunya yang tragis. Seimetz memang enggak banyak tampil sebanyak Louis dan Ellie, tetapi dia membuat Rachel merasa otentik bahkan ketika ceritanya mengambil giliran alur mengerikan.
John Lithgow unggul dalam menggambarkan sisi manusia yang terang dan gelap, manis dan jahat dalam satu momen. Membuat kita bertanya-tanya tentang misteri yang diketahuinya. Lalu, sosok kucing di film ini juga mencuri perhatian, bahkan menjadi penyambung cerita.
Visual dan Scoring Mencekam Ala Semesta Stephen King
Ya, kalau dilihat keseluruhan, film-film yang diadaptasi dari novel Stephen King pasti bernuansa kelam, jahat, dan mengerikan. Begitu juga dengan film ini yang dari cuplikan dan visual posternya aja udah bikin kalian was-was. Film Pet Sematary punya visual gabungan film It (2017) dan The Mist (2007), dan Gerald’s Game (2017).
Sedangkan scoring-nya, Christopher Young bersama dengan Departemen Suara bisa memberikan suara mencekam dan mendukung jump scare tampil optimal. Suara-suara tersebut tampil dengan timing pas yang bahkan enggak diduga oleh penonton.
Apakah Keseluruhannya Lebih Baik?
Sebagai informasi, di film Pet Sematary versi baru ini ada pergantian karakter, tapi tetap bekerja dengan baik. Ada juga sedikit pergantian alur, tapi masih bisa diterima. Film yang diproduseri oleh Lorenzo di Bonaventura ini enggak tampil buruk ketika dibangkitkan kembali. Namun, bukan berarti tampil luar biasa sebagai remake terdahulunya.
Terlepas dari itu, versi baru ini muncul sebagai mimpi buruk yang mengerikan karena jump scare yang ditampilkan benar-benar optimal. Meski fantasi, film Pet Sematary akan memberikan kalian pemahaman tentang kematian dan kesedihan. Dua hal tersebut enggak akan bisa dihindari, karena pasti akan menghampiri.
***
Kalian bisa ajak teman-teman kalian buat nonton film horor yang tayang mulai 5 April 2019 ini di bioskop. Eits, enggak boleh bawa anak-anak di bawah umur, ya, soalnya film ini ditujukan untuk penonton di atas 17 tahun ke atas. Enggak perlu ngeyel, karena dikhawatirkan akan membuat trauma bagi anak-anak di bawah umur.
Kalau udah nonton, kalian bisa kasih ulasan versi kalian di kolom review film Pet Sematary yang ada di awal artikel ini. Tungguin review film selanjutnya hanya di KINCIR, ya.