*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Satu lagi film besutan sineas Tanah Air yang menyajikan unsur budaya daerah kental. Dibesut oleh Andibachtiar Yusuf (Love For Sale), Pariban: Idola dari Tanah Jawa adalah film bertema drama komedi yang didukung oleh beberapa aktor papan atas Indonesia. Sebut saja Ganindra Bimo (Headshot), Atiqah Hasiholan (Mantan Manten) yang menjadi figur sentral di film keluaran Stayco Media ini.
Enggak cuma sarat akan budaya Batak Samosir, kalian juga akan disuguhi lanskap memesona khas Danau Toba yang dibentengi oleh tebing raksasa. Namun bagaimana dengan cerita dan narasi, serta komedi yang dibangun? Apakah mampu menghibur para penonton dan memberikan kesan dahsyat?
KINCIR udah siapkan ulasan film Pariban: Idola dari Tanah Jawa di bawah. Yuk, simak di bawah.
Kisah Seorang Playboy yang Dipaksa Menikah
Pada bagian awal, kalian akan disuguhi sebuah setting premis yang menggambarkan sosok Halomoan Brandon Sitorus (Ganindra Bimo) sebagai pria tampan, mapan, dan punya banyak ‘gandengan’. Tiap bertemu perempuan cantik, Moan langsung pasang aksi menawan demi bisa mendapatkan cewek idaman.
Tiap hari, Moan selalu menggandeng cewek yang berbeda. Khawatir enggak bisa menimang cucu, Mamak Moan (Mak Gondut) meminta agar anak tunggalnya ini segera mencari pendamping hidup. Didesak oleh Bapak Moan (Joe Project P.), Moan akhirnya setuju untuk datang ke Samosir untuk menjemput pariban-nya (sepupu jauh yang bisa dinikahi menurut adat Batak).
Sesampainya di sana, Moan akhirnya bertemu dengan pariban-nya yang bernama Uli Silalahi (Atiqah Hasiholan). Kepincut dengan kecantikan Uli, sang protagonis akhirnya memulai strategi untuk mendapatkan hati sang pujaan. Namun, ternyata usaha Moan mendapatkan rintangan dari Binsar (Rizky Mocil), pemuda lokal yang sudah lama mengidamkan Uli.
Sarat Komedi, Minim Chemistry
Pada babak awal, kalian akan disuguhi dengan adegan komedi slapstick dan jokes ‘dewasa’ yang memancing tawa. Sebagai playboy asal ibukota, aksi Moan dalam meluluhkan kaum hawa cukup menarik untuk di simak. Beralih ketika tiba di tanah Samosir, sang protagonis dihadapkan dengan Bapak Uli (Rukman Rosadi) dan Ibu Uli (Dayu Wijanto) yang ‘unik’.
Kelucuan kembali terjadi ketika Moan dan Binsar sepakat untuk bersaing demi mendapatkan Uli. Menjadi sosok yang disegani di Samosir, Binsar memiliki sedikit keuntungan dalam memenangkan kompetisi. Namun, bukan Moan namanya jika mudah putus asa. Ada saja akal bulus yang dilancarkan Moan untuk membuat hidup Binsar sengsara.
Komedi yang di setting cukup berhasil membuat penonton tertawa. Sayangnya, menuju paruh akhir, kelucuan yang coba dibangun masih menggunakan formula yang sama. Enggak ada hal baru dan terkesan monoton, jokes yang dihadirkan enggak sedahsyat pada paruh pertama film.
Satu hal lagi yang dirasa kurang maksimal adalah enggak adanya chemistry yang terbangun rapi antara Moan dengan Uli. Di sepanjang film, Moan memang selalu berusaha merayu Uli, sementara Uli terus mengelak, menganggap sepupu jauhnya ini hanya bercanda saja.
Harapannya, penonton disuguhi lebih banyak momen kedekatan antara Moan dan Uli. Yang terjadi, persaingan Moan dan Binsar lebih mendominasi di sepanjang film. Efeknya, penonton enggak merasa ada romansa nyata antara dua pemeran utama tersebut.
Narasi yang Enggak Konsisten
Di luar keunggulan dalam menghadirkan unsur budaya Batak dan pemandangan indah Danau Toba, film Pariban: Idola dari Tanah Jawa memiliki kekurangan dari segi cerita dan penggarapan di bagian akhir. Seiring berjalannya durasi, penonton enggak diberikan narasi tentang mengapa Moan rela menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan hati Uli.
Enggak ada momen spesial dari Uli yang mampu membuat Moan berkata dalam hati “Ini dia calon Ibu dari anak-anak gue”. Tiba-tiba kalian ‘dipaksa’ menerima bahwa Moan jatuh cinta kepada Uli . Pun begitu, di sepanjang aksinya, kalian akan disuguhi momen yang menggambarkan bahwa Uli enggak tertarik dengan yang namanya cinta.
Begitu memasuki babak akhir, akan ada sedikit twist yang dihadirkan. Sayangnya, kejutan ini enggak konsisten dengan jalan cerita yang sudah berjalan dari awal. Enggak ada planting yang bisa diterima dengan baik oleh penonton.
***
Buat kalian yang penasaran dengan kehidupan masyarakat Batak, terutama di pesisir Danau Toba, filmini berhasil menggambarkan nuansa tersebut dengan cukup baik. Di luar aspek drama yang masih memiliki kekurangan, komedi yang dibangun di film ini cukup sukses memancing gelak tawa.
Sudah hadir mulai ini, kalian bisa menyaksikan Pariban: Idola dari Tanah Jawa di bioskop terdekat. Setelah menonton, jangan lupa untuk memberikan ulasan versi kalian, ya.